Brilio.net - Setiap pasangan pasti ingin memiliki kehidupan rumah tangga yang harmonis dan penuh kedamaian. Namun sayangnya, berbagai konflik dapat memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi masalah serius yang masih sering terjadi di masyarakat, merusak hubungan keluarga, hingga mengancam keselamatan anggota keluarga.
Banyak orang yang berpikir KDRT hanya melibatkan fisik, padahal bentuk kekerasan ini juga bisa bersifat emosional, verbal, dan seksual. Tak bisa dipungkiri siapa saja berpotensi mengalami KDRT baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana yang dialami selebriti tanah air, Kimberly Ryder.
BACA JUGA :
[KUIS] Andai bertemu pelaku KDRT, apa yang kamu lakukan untuk pertama kali ungkap level kesabaranmu
Prahara perceraian Kimberly Ryder tengah hangat dibincangkan. Tak sedikit yang penasaran dengan alasannya menggugat cerai sang suami, Edward Akbar. Usut punya usut, diketahui Kimberly Ryder telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sejak tahun 2019. Alhasil Kimberly mengakui mengalami luka mental hingga verbal selama pernikahannya.
Berkaca dari peristiwa yang dialami Kimberly tersebut, tentu jadi pelajaran bagi setiap orang untuk ambil peran dalam mencegah kekerasan dalam rumah tangga, terlebih bagi kedua pasangan. Pasalnya mencegah KDRT menjadi tanggung jawab bersama, serta ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kekerasan di dalam rumah.
Lantas apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya KDRT? Yuk simak selengkapnya di bawah ini, seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (4/10).
BACA JUGA :
Viral KDRT, intip 7 ciri-ciri pasangan red flag yang harus diwaspadai versi psikolog
Cara mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
foto: freepik.com
1. Memahami kekerasan dalam rumah tangga
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi suatu tindakan yang merugikan, baik secara fisik, psikologis, seksual, maupun ekonomi, yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Memahami akar permasalahan dan dampak KDRT sangat penting untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam lingkungan keluarga.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), sekitar 1 dari 3 perempuan mengalami KDRT dalam kehidupannya. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya upaya pencegahan agar keluarga dapat hidup harmonis serta sehat.
2. Edukasi dan kesadaran
Salah satu cara utama untuk mencegah KDRT yakni melalui edukasi dan kesadaran keluarga untuk menghindari perilaku ini. Keluarga harus diajarkan tentang hak maupun kewajiban masing-masing anggota dalam hubungan rumah tangga. Edukasi ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, atau diskusi di komunitas.
Penelitian oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan bahwa pendidikan mengenai kekerasan dalam rumah tangga dapat mengurangi angka KDRT hingga 30%. Edukasi ini juga meliputi pemahaman tentang komunikasi yang sehat, pengelolaan emosi, sekaligus cara menyelesaikan konflik dengan baik.
3. Menciptakan komunikasi yang sehat
Selanjutnya, komunikasi yang baik jadi kunci dalam mencegah terjadinya KDRT. Anggota keluarga perlu belajar cara berbicara lalu mendengarkan satu sama lain dengan penuh rasa hormat. Komunikasi yang terbuka sert jujur dapat membantu mencegah kesalahpahaman yang dapat memicu konflik.
Menyadur riset dari Universitas Gadjah Mada, keluarga yang memiliki pola komunikasi yang baik memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami KDRT. Pelatihan keterampilan komunikasi, seperti menggunakan kalimat "Saya" untuk mengekspresikan perasaan dan kebutuhan, dapat membantu menciptakan suasana yang lebih harmonis. Sebaliknya, hindari menyalahkan pihak lain. Oleh karena itu, membangun kesepahaman antar keluarga sangat penting.
4. Dukungan sosial
Dukungan sosial dari lingkungan sekitar juga berperan penting dalam mencegah KDRT. Keluarga harus merasa memiliki akses untuk mencari bantuan dari teman, tetangga, atau organisasi yang peduli terhadap masalah KDRT. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Pulih menunjukkan bahwa individu yang memiliki jaringan sosial yang kuat lebih mampu mengatasi konflik dalam rumah tangga sekaligus mencegah terjadinya KDRT. Membangun jaringan dukungan, baik melalui komunitas agama, kelompok masyarakat, ataupun organisasi non-pemerintah, dapat membantu keluarga merasa tidak sendirian dalam menghadapi masalah.
5. Intervensi dini
Intervensi dini sangat penting dalam mencegah KDRT. Jika terdapat tanda-tanda awal kekerasan atau ketegangan dalam keluarga, penting untuk segera mencari bantuan. Ini bisa dilakukan melalui konseling maupun terapi keluarga.
Intervensi yang tepat dapat mengurangi risiko KDRT di masa depan. Pihak yang berwenang, seperti lembaga sosial atau psikolog, dapat memberikan bantuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang ada sebelum berkembang menjadi kekerasan yang lebih serius. Namun sayangnya, dalam masalah keluarga sangat kecil kemungkinan pihak keluarga secara sukarela mencari bantuan orang lain.
Sebaliknya, kebanyakan orang beranggapan lebih baik menyembunyikan kekerasan yang dialaminya sebab kerap dianggap sebagai aib. Oleh sebab itu, pentingnya kesadaran untuk lebih peduli pada diri sendiri serta jangan segan mencari bantuan kepada orang lain. Supaya tidak terjadi KDRT yang bahkan bisa mengancam nyawa.
6. Menghargai perbedaan
Keluarga terdiri dari individu dengan latar belakang, pengalaman, hingga pandangan yang berbeda. Menghargai perbedaan ini jadi langkah penting dalam mencegah KDRT. Mendorong anggota keluarga untuk memahami lalu menghormati pandangan satu sama lain dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Family Issues, keluarga yang mampu menerima perbedaan lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam konflik yang berujung pada kekerasan. Menciptakan budaya saling menghargai dalam keluarga dapat membantu mencegah terjadinya KDRT.
Kesimpulannya, pencegahan kekerasan dalam rumah tangga memerlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan semua anggota keluarga. Melalui edukasi, komunikasi yang baik, dukungan sosial, intervensi dini, hingga penghargaan terhadap perbedaan, keluarga dapat membangun lingkungan yang aman sekaligus harmonis. Dengan kesadaran akan artinya keluarga, menjadi langkah penting bersama-sama mencegah terjadinya KDRT serta menciptakan keluarga yang lebih bahagia.