1. Home
  2. ยป
  3. Ragam
27 September 2024 19:15

8 Cara mendidik anak di era media sosial, beri kebebasan tanpa melupakan batasan

Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi anak menghadapi dunia digital. Brilio.net

Di era media sosial yang semakin berkembang pesat, tantangan dalam mendidik anak menjadi semakin kompleks. Anak-anak tidak hanya belajar dari lingkungan sekitar, tetapi juga dari dunia digital yang sering kali memberikan pengaruh besar dalam kehidupan mereka. Media sosial menawarkan banyak manfaat seperti kreativitas, hiburan, dan informasi, tetapi di sisi lain, juga membawa risiko seperti kecanduan, cyberbullying, dan paparan konten yang tidak sesuai. Bagaimana orang tua bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk memanfaatkan teknologi, namun tetap menjaga batasan yang sehat?

Mendidik anak di era media sosial memang tidak mudah, terutama karena media digital terus berkembang dengan cepat. Namun, dengan memberikan kebebasan yang terarah, menetapkan batasan yang jelas, serta mengajarkan etika dan literasi digital, anak-anak bisa belajar menggunakan media sosial dengan bijak. Media sosial seharusnya menjadi alat untuk memperluas kreativitas dan pengetahuan anak, bukan menjadi sumber tekanan atau bahaya.

BACA JUGA :
Bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja? Ini 7 peran penting orang tua guna mengontrol perilaku anak


Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi anak menghadapi dunia digital. Dengan pendekatan yang tepat, anak dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi di era yang serba terhubung ini.

Dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, berikut 8 cara yang bisa diterapkan dalam mendidik anak di era media sosial, berdasarkan kajian dari para ahli dan penelitian terbaru.

BACA JUGA :
Anak usia remaja rentan melawan orang tua, salah gaya parenting atau ada masalah yang lebih genting?

foto: freepik.com

1. Memahami Dunia Media Sosial Anak

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami media sosial yang digunakan oleh anak. Banyak platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Snapchat yang memiliki fitur dan dinamika berbeda. Menurut laporan dari Common Sense Media (2021), 90% anak usia 13-17 tahun menggunakan media sosial setiap hari, dengan rata-rata penggunaan lebih dari 3 jam per hari. Angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh platform digital dalam kehidupan mereka.

Memahami platform ini memungkinkan orang tua untuk mengetahui apa saja yang dikonsumsi oleh anak dan bagaimana platform tersebut bisa memengaruhi perkembangan psikologis mereka. Penelitian dari American Academy of Pediatrics (2020) menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi media yang diakses anak, tetapi tanpa melakukan kontrol berlebihan. Dengan memahami dunia media sosial, orang tua dapat berkomunikasi dengan lebih efektif tentang manfaat dan risikonya.

2. Memberikan Kebebasan yang Terkendali

Kebebasan dalam menggunakan media sosial penting untuk memberi ruang bagi anak mengeksplorasi minat dan kreativitas mereka. Namun, kebebasan ini perlu diberikan dengan batasan yang jelas. Anak-anak perlu belajar bertanggung jawab terhadap apa yang mereka unggah dan bagikan di dunia maya. Journal of Adolescent Health (2019) mencatat bahwa kebebasan digital yang diberikan tanpa arahan bisa menyebabkan masalah seperti kecanduan dan tekanan sosial.

Oleh karena itu, perlu ada diskusi terbuka mengenai aturan penggunaan media sosial, misalnya kapan waktu yang tepat untuk menggunakannya dan jenis konten yang boleh diakses. Dengan batasan yang jelas, anak akan lebih memahami pentingnya keseimbangan antara dunia nyata dan digital.

3. Menjadi Contoh dalam Penggunaan Media Sosial

Anak cenderung meniru perilaku orang tua, termasuk dalam penggunaan media sosial. Menurut Child Development Journal (2020), anak-anak yang tumbuh di lingkungan di mana orang tuanya aktif di media sosial, cenderung lebih sering menghabiskan waktu di dunia digital. Oleh karena itu, menjadi contoh yang baik sangat penting dalam mendidik anak di era ini.

Orang tua bisa menunjukkan bagaimana menggunakan media sosial secara bijak, misalnya dengan membatasi waktu penggunaan gawai, tidak terlibat dalam konflik online, dan memanfaatkan platform digital untuk hal-hal yang produktif. Dengan demikian, anak akan belajar bagaimana menggunakan media sosial dengan cara yang sehat dan bertanggung jawab.

4. Membatasi Waktu Layar

Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik anak. Menurut rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (2021), anak usia 6-18 tahun sebaiknya tidak menghabiskan lebih dari 2 jam per hari di depan layar untuk kegiatan yang tidak terkait dengan pendidikan. Waktu yang berlebihan di media sosial bisa menyebabkan berbagai masalah seperti gangguan tidur, penurunan prestasi akademik, dan kecemasan sosial.

Dengan menetapkan batasan waktu layar, anak bisa belajar mengatur waktu dengan lebih baik dan tidak terlalu bergantung pada teknologi. Selain itu, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan fisik atau sosial di dunia nyata juga membantu mengurangi ketergantungan mereka pada media sosial.

5. Mengajarkan Etika Digital

Di dunia maya, anak-anak harus memahami bahwa apa yang mereka lakukan atau katakan bisa berdampak pada orang lain. Pengajaran etika digital menjadi sangat penting agar anak tahu bagaimana bersikap sopan dan bertanggung jawab di dunia online. The International Journal of Cyber Behavior, Psychology and Learning (2020) menemukan bahwa anak yang tidak diajarkan etika digital cenderung terlibat dalam perilaku negatif seperti cyberbullying.

Orang tua bisa mengajarkan anak untuk berpikir dua kali sebelum mengunggah sesuatu atau memberikan komentar, serta menghormati privasi orang lain. Hal ini tidak hanya melindungi anak dari masalah hukum atau sosial, tetapi juga membentuk karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

6. Membangun Keterampilan Literasi Digital

Selain etika, keterampilan literasi digital juga sangat penting di era media sosial. Anak-anak harus mampu membedakan informasi yang valid dan yang tidak. Menurut laporan dari Media Smarts (2019), 80% anak-anak di bawah usia 18 tahun sering kali menerima informasi palsu atau misinformasi melalui media sosial.

Mengajarkan anak cara mengenali berita palsu, memeriksa sumber informasi, dan berpikir kritis terhadap konten yang mereka temui sangat penting dalam era informasi digital ini. Literasi digital yang baik akan membantu anak menghindari jebakan misinformasi dan memanfaatkan media sosial secara lebih bijak.

7. Mendorong Diskusi Terbuka tentang Dampak Emosional

Media sosial sering kali memberikan tekanan sosial yang besar pada anak-anak, terutama dalam hal citra diri dan popularitas. Menurut penelitian dari Journal of Youth and Adolescence (2021), 70% remaja mengaku merasa cemas atau depresi setelah membandingkan diri mereka dengan orang lain di media sosial.

Orang tua perlu mendorong anak untuk berbicara tentang bagaimana perasaan mereka terkait dengan media sosial. Dengan mendiskusikan dampak emosional, anak bisa lebih terbuka mengenai perasaan cemas, takut, atau tidak aman yang mungkin mereka rasakan. Selain itu, diskusi ini juga membantu orang tua memahami lebih baik apa yang dialami anak di dunia maya, sehingga dapat memberikan dukungan yang tepat.

8. Mengajarkan Pentingnya Privasi

Dalam era digital, privasi menjadi isu yang sangat penting. Anak-anak sering kali tidak sadar bahwa apa yang mereka bagikan di media sosial bisa tersebar luas dan memiliki dampak jangka panjang. Menurut European Commissions Report on Digital Privacy (2020), sekitar 60% anak-anak tidak sepenuhnya memahami risiko privasi di internet.

Orang tua perlu mengajarkan anak tentang pentingnya menjaga informasi pribadi, seperti tidak membagikan alamat rumah, nomor telepon, atau informasi sensitif lainnya di media sosial. Selain itu, anak juga perlu diajarkan untuk berhati-hati dalam menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal dan mengelola pengaturan privasi di akun mereka.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags