1. Home
  2. »
  3. Ragam
25 September 2024 06:30

Anak atau ibu yang harus ngalah? Ini 10 cara menyelesaikan konflik antara buah hati dan orang tua

Sebenarnya penting bagi kedua belah pihak untuk mencari jalan keluar yang dapat memperbaiki hubungan. Dwiyana Pangesthi
freepik.com/peoplecreations

Brilio.net - Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan konflik antara Nikita Mirzani dan putri sulungnya, Laura Meizani atau yang akrab disapa Lolly. Ketegangan ini memuncak ketika Nikita ingin membawa Lolly untuk melakukan visum terkait laporan polisi yang diajukan terhadap kekasih sang anak, Vadel. Awalnya, Lolly menolak untuk pergi, namun pada akhirnya dia tak bisa menghindar dari situasi tersebut.

Konflik antara ibu dan anak ini bukanlah hal baru. Hubungan mereka telah mengalami ketegangan cukup lama, bahkan sejak Lolly masih bersekolah di Inggris.

BACA JUGA :
Jelaskan macam-macam bentuk kontravensi dalam masyarakat


Ketika perbedaan pendapat mulai menciptakan jarak emosional, sebenarnya penting bagi kedua belah pihak untuk mencari jalan keluar yang dapat memperbaiki hubungan. Menyelesaikan konflik dalam keluarga sering kali melibatkan perasaan yang dalam dan berbagai emosi.

Saat situasi sudah memanas, baik orang tua maupun anak perlu menahan diri dan berusaha mencari solusi yang saling menguntungkan. Berikut brilio.net himpun dari berbagai sumber, sepuluh cara yang dapat membantu anak dan orang tua menyelesaikan konflik secara efektif dan bisa kembali harmonis, Rabu (25/9).

1. Dengarkan anak dengan sepenuh hati.

BACA JUGA :
Macam-macam konflik yang terjadi akibat keberagaman masyarakat dan dampaknya

foto: freepik.com

Dengarkan dengan sepenuh hati ketika anak berbicara. Ketika anak merasa didengar, mereka akan merasa lebih dihargai. Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang empatik dapat memperbaiki hubungan interpersonal dan mengurangi konflik (Rosenberg, 2003). Dengan mengesampingkan pendapat pribadi sejenak, orang tua dapat memahami sudut pandang anak.

2. Jaga komunikasi positif.

Pilih kata-kata yang tepat saat berdiskusi dengan anak. Hindari nada menghakimi atau terlalu mendominasi pembicaraan. Sebagai contoh, daripada mengatakan, Kamu selalu salah, lebih baik gunakan ungkapan, Saya ingin mendengarkan pendapatmu tentang ini. Hal ini dapat menciptakan suasana yang lebih terbuka dan konstruktif.

3. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan.

foto: freepik.com

Ajak anak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai masalah yang dihadapi. Dengan melibatkan mereka, anak merasa memiliki peran dan tanggung jawab dalam situasi tersebut.

Misalnya, jika ada aturan yang perlu dibahas, tanyakan pendapat mereka dan cari solusi bersama. Dengan begitu, akan membantu mengurangi rasa ketidakpuasan dan kebangkitan konflik di kemudian hari.

4. Tetapkan aturan yang jelas.

Buatlah aturan yang jelas dan terperinci dalam keluarga. Libatkan anak dalam penyusunan aturan tersebut agar mereka merasa lebih bertanggung jawab. Misalnya, jika ada aturan tentang waktu belajar dan bermain, diskusikan bersama tentang batasan yang sesuai dan mengapa itu penting. Aturan yang disepakati bersama akan lebih mudah diikuti.

5. Gunakan pendekatan problem solving.

foto: freepik.com/tirachardz

Ketika konflik muncul, fokuslah pada penyelesaian masalah, bukan pada mencari siapa yang salah. Ajak anak untuk berpikir tentang solusi yang mungkin.

Dengan berpikir kreatif, baik orang tua maupun anak dapat menemukan jalan keluar yang tidak terduga. Metode ini tidak hanya menyelesaikan masalah saat ini tetapi juga mengajarkan anak cara menghadapi tantangan di masa depan.

6. Tunjukkan empati kepada anak.

Jadilah teladan dalam menunjukkan empati. Ketika anak menghadapi masalah, tunjukkan bahwa kamu mengerti perasaan mereka. Cobalah untuk merasakan apa yang mereka rasakan. Penelitian menunjukkan bahwa empati dapat memperkuat ikatan antara orang tua dan anak serta meningkatkan komunikasi (Miller & Stiver, 1997).

7. Ambil waktu untuk diri sendiri.

foto: freepik.com

Ketika emosi memuncak, ada baiknya untuk memberikan waktu bagi diri sendiri sebelum melanjutkan diskusi. Beri diri kamu dan anak waktu untuk merenung. Teknik ini bisa membantu menurunkan ketegangan dan memberi kesempatan bagi pikiran untuk kembali jernih. Sering kali, menjauh sejenak dari situasi yang sulit dapat membuka jalan untuk dialog yang lebih konstruktif.

8. Berikan penghargaan kepada anak untuk kebaikan.

Ketika anak menunjukkan perilaku positif dalam menyelesaikan konflik, berikan penghargaan. Pujian dapat memotivasi mereka untuk terus berusaha berkomunikasi dengan baik. Misalnya, jika mereka mampu menyampaikan pendapat tanpa emosi yang berlebihan, berikan pujian untuk keberanian tersebut. Cara ini akan membangun rasa percaya diri anak dan mendorong perilaku yang baik di masa depan.

9. Minta maaf ketika perlu.

foto: freepik.com

Jika kamu merasa telah berbuat salah, jangan ragu untuk meminta maaf. Mengakui kesalahan bukan hanya menunjukkan kerendahan hati, tetapi juga mengajarkan anak tentang pentingnya tanggung jawab. Hal ini dapat memperbaiki hubungan dan menciptakan suasana saling menghormati. Dengan menunjukkan bahwa semua orang bisa membuat kesalahan, kamu mengajarkan anak nilai-nilai penting dalam hubungan.

10. Ciptakan waktu berkualitas.

Luangkan waktu khusus untuk berinteraksi dengan anak tanpa gangguan. Saat berkumpul, diskusikan hal-hal positif dan bersenang-senanglah bersama. Kegiatan ini dapat memperkuat ikatan emosional dan membantu menciptakan suasana yang nyaman untuk berbicara tentang masalah. Waktu berkualitas bisa berupa bermain, memasak bersama, atau hanya berbincang santai.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags