Brilio.net - Membangun hubungan yang harmonis dengan anak membutuhkan komunikasi dan perhatian yang baik. Namun, terkadang tanpa disadari, anak bisa merasa tidak nyaman dalam lingkungan keluarga. Jika perasaan ini tidak ditangani dengan baik, hal tersebut bisa memengaruhi perilaku dan perkembangan anak. Orang tua harus memiliki tingkat kepekaan yang tinggi untuk melihat apakah anak nyaman atau tidak bersama mereka.
Karena tidak semua anak bisa mengungkapkan perasaannya, terkadang sebagai orang tua kamu lah yang harus lebih peka. Anak yang memiliki masalah dalam mengekspresikan emosi, akan cenderung menahan unek-unek sendiri. Lama kelamaan, emosi yang ditahan ini bisa meledak dan membuat anak nekat memberontak. Seperti meniup balon terus menerus, saat makin membesar, ia akan lebih rentan dan meledak di waku yang tak diduga-duga. Saat lebih dewasa nanti, bisa jadi perilaku anak tak terkendali.
BACA JUGA :
7 Cara membangun hubungan antara orang tua dan anak, bantu tumbuh kembang lebih baik
Lebih sensitif sih, ketika anak itu nyaman sama ibunya. Kita lihat ketika kita mendekat misalnya ya. Dia merasa nggak nyaman, dia minggir. Atau diajakin ngomong misalnya. Adik gimana hari ini nggak papa aman aja kalau ditanya tuh seperti itu. Nah itu bisa jadi harusnya ibu lebih sensitif terkait hal itu, tutur Psikolog Klinis Choirunisa Nirahma kepada brilio.net, Rabu (25/9).
Di sini orang tua memainkan peran sentral untuk memelihara hubungan yang baik. Tak selamanya mengatasi kenakalan remaja harus menggunakan cara-cara yang keras. Kenyamanan anak adalah faktor utama dalam menjaga hubungan baik antara orang tua dan anaknya.
Bagaimana anak itu nyaman, itu tergantung bagaimana komunikasi ibu dan anak. Kalau misalnya ada anak atau remaja mau cerita dia melakukan kesalahan. Tapi meresponsnya itu meledak-ledak. Aku mau cerita, kok aku malah dimarahinnya kayak gini, ungkap Choirunisa.
BACA JUGA :
Dampak orang tua terlalu mengekang terhadap perilaku anak, ini penjelasan dan tips parenting seimbang
foto: freepik.com
Memahami tanda-tanda ketidaknyamanan anak sangat penting untuk mencegah masalah perilaku yang lebih serius di kemudian hari. Perubahan perilaku, seperti menarik diri, sering marah, atau menghindari kontak mata, merupakan sinyal bahwa anak mungkin memerlukan perhatian lebih. Dengan memberi perhatian dan dukungan yang tepat, hubungan antara orang tua dan anak bisa kembali harmonis dan membantu anak tumbuh dalam lingkungan yang positif.
Brilio.net melansir dari berbagai sumber, berikut 7 tanda anak tidak nyaman dengan orang tuanya, gejala ini wajib dipahami sebelum anak tak terkendali.
1. Anak cenderung menarik diri
Jika anak sering menghindar dari percakapan atau aktivitas keluarga, ini bisa menjadi tanda bahwa ada rasa ketidaknyamanan. Anak mungkin merasa tidak dipahami atau khawatir akan reaksi orang tua terhadap apa yang ingin disampaikan. Kondisi ini jika dibiarkan bisa membuat anak semakin menjauh secara emosional.
2. Sering marah atau frustrasi
Perubahan emosi yang ekstrem, seperti mudah marah atau sering frustrasi, bisa menjadi sinyal bahwa anak sedang mengalami tekanan. Ketika anak tidak merasa aman untuk mengekspresikan perasaan atau pendapatnya, emosi ini bisa keluar dalam bentuk amarah atau ledakan emosi lainnya.
3. Tidak mau membagikan cerita
Anak yang tidak nyaman biasanya enggan berbagi cerita tentang kesehariannya. Jika anak jarang bercerita tentang apa yang terjadi di sekolah atau lingkungan sosialnya, bisa jadi anak merasa orang tua tidak akan mendengarkan atau memahami apa yang sedang dirasakannya.
4. Menghindari kontak mata
Kontak mata adalah salah satu cara anak menunjukkan kepercayaan diri dan rasa nyaman saat berinteraksi. Jika anak sering menghindari kontak mata ketika berbicara dengan orang tua, ini bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang mengganggu perasaannya atau bahwa anak merasa tidak didengarkan dengan baik.
5. Terlihat gelisah saat di rumah
Gelisah atau tidak bisa tenang di rumah merupakan tanda bahwa anak mungkin merasa tertekan atau cemas. Anak yang merasa nyaman di rumah biasanya akan merasa tenang dan santai. Sebaliknya, jika suasana rumah dirasakan tidak mendukung, anak akan menunjukkan tanda-tanda kegelisahan.
6. Sering membantah atau melawan
Anak yang sering membantah atau melawan bisa jadi sedang mencoba mengekspresikan rasa frustrasi atau ketidaknyamanannya. Tindakan ini sering kali menjadi cara anak menunjukkan bahwa mereka merasa dikendalikan atau tidak diberikan ruang untuk berpendapat.
7. Perubahan dalam pola tidur atau makan
Perubahan drastis dalam pola tidur atau makan juga bisa menjadi indikator ketidaknyamanan. Anak yang merasa stres atau tertekan cenderung mengalami gangguan tidur atau kehilangan nafsu makan. Perubahan ini mungkin tampak sepele, tetapi bisa menunjukkan masalah yang lebih dalam terkait perasaan anak terhadap suasana di rumah.