Brilio.net - Istilah tantrum kerap berseliweran di dunia maya belakangan ini. Kata tantrum dulunya hanya merujuk pada anak kecil mengeluarkan emosinya dengan beragam cara mulai dari menangis kencang, hingga berguling-guling di lantai.
Seiring dengan perkembangan zaman, tantrum kini pemaknaannya bukan hanya dialamatkan oleh anak kecil. Orang dewasa yang mengeluarkan emosi dengan beragam cara ini juga kerap disebut tantrum. Seperti yang kemarin sempat didapatkan oleh Lolly dari komentar netizen saat dirinya sedang live TikTok.
BACA JUGA :
95 Kata-kata gaul bahasa Inggris, bikin pintar dan kekinian
Namun sebenarnya apa sih arti kata tantrum sebenarnya? Jika dilihat dari polanya, tantrum adalah salah satu perilaku yang sering terjadi pada anak-anak, terutama pada anak generasi Z yang sedang dalam masa perkembangan. Karakteristik tantrum ini tampak jelas dalam pola perilaku mereka saat mengalami kegagalan atau ketidakpuasan terhadap suatu hal.
Saat ini, banyak generasi Z yang memakai arti kata tantrum ketika melihat ada perilaku dari seseorang yang berlebihan atau tidak seperti biasanya. Jika kamu masih penasaran dengan arti kata tantrum dalam bahasa gaul, kali ini brilio.net sudah merangkum dari berbagai sumber tentang arti kata tantrum dalam bahasa gaul, lengkap dengan pengertian dan cara menanganinya, Selasa (23/4).
Pengertian tantrum menurut medis dan generasi Z.
BACA JUGA :
45 Kata-kata gaul kekinian, simpel dan cocok untuk anak muda
foto: freepik.com
Tantrum, menurut definisi medis, adalah reaksi emosional yang kuat dan terjadi pada anak-anak atau bayi yang seringkali disertai dengan perilaku yang menantang dan melakukan adegan dramatis. Biasanya, tantrum terjadi ketika anak tidak dapat memenuhi keinginannya atau ketika dia merasa frustasi, lelah, atau lapar. Anak mungkin menjerit, menangis, berteriak, melempar diri ke lantai, atau melakukan perilaku yang merusak.
Namun, menurut anak-anak generasi Z, tantrum memiliki makna yang sedikit berbeda. Dalam bahasa gaul generasi Z, tantrum menggambarkan situasi ketika seseorang bertindak secara berlebihan atau tampil dengan sikap drama yang berlebihan dalam mengungkapkan emosi atau ketidakpuasan. Generasi Z sering menggunakan kata ini untuk menggambarkan perilaku orang yang melampiaskan kemarahannya secara berlebihan, seperti marah-marah, mengepalkan tangan, dan berteriak tanpa alasan yang jelas.
Bagi anak-anak generasi Z, tantrum juga dapat merujuk pada sikap dramatis atau kejadian yang menarik perhatian dalam kehidupan sehari-hari, seperti situasi dalam drama, film, atau acara televisi favorit mereka yang penuh dengan adegan emosional. Mereka menggunakan kata ini dengan cara yang santai dan cenderung positif, untuk menggambarkan reaksi yang intens dan tidak biasa terhadap sesuatu.
Karakteristik tantrum secara umum
foto: freepik.com
Orang yang sedang mengalami tantrum cenderung sulit untuk dikomunikasikan. Mereka seringkali menunjukkan sikap yang keras kepala dan enggan mendengarkan penjelasan dari orang lain. Maka dari itu kamu harus paham seperti apa karakteristik perilaku tantrum pada anak.
Berikut karakteristik tantrum secara umum:
1. Tantrum terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Tantrum seringkali terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Ini adalah fenomena umum yang dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak generasi Z. Dalam bahasa gaul, terutama mereka dari generasi ini, tantrum dapat mengacu pada perilaku yang meluapkan kekecewaan atau ketidakpuasan dengan cara yang dramatis.
Dalam dunia modern yang serba cepat ini, di mana informasi dapat diakses dengan mudah dan keinginan bisa terpenuhi dengan cepat, anak-anak generasi Z telah tumbuh dengan harapan-harapan yang tinggi. Namun, ketika mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa keinginan mereka tidak akan langsung terpenuhi, maka tantrum muncul sebagai respons alami.
2. Tantrum biasanya disertai dengan tangisan, teriakan, dan perilaku agresif lainnya.
Jika kamu pernah melihat seorang anak berteriak-teriak di toko mainan karena tidak diberi mainan yang diinginkannya, maka itulah contoh kecil yang bisa dikategorikan sebagai tantrum. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa juga.
Ketika merujuk pada kamu bahasa gaul anak gen Z, tangisan, teriakan dan perilaku agresif sering dilayangkan untuk orang-orang yang menurut mereka perilakunya berlebihan dan tidak wajar, ketika tidak bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Apakah kamu pernah mendapati seseorang yang memiliki karakteristik ini?
3. Tantrum bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Dalam perkembangan zaman yang pesat ini, kata tantrum telah merambah ke dalam bahasa gaul anak-anak generasi Z. Mereka juga menggunakan kata ini untuk menggambarkan perilaku orang dewasa yang menunjukkan sikap kekanakan, temperamental, dan sering kali berlebihan dalam mengekspresikan emosi mereka.
Begitu banyak tekanan dan tuntutan yang dihadapi oleh anak-anak dan orang dewasa dalam era modern ini. Mulai dari tekanan akademik, tuntutan sosial media, hingga stres pekerjaan yang berlebihan. Semua itu bisa berkontribusi dalam munculnya perilaku tantrum baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Tantrum pada anak-anak seringkali dianggap sebagai bentuk ketidakmampuan mereka untuk mengelola emosi mereka dengan baik. Sementara itu, tantrum pada orang dewasa bisa menjadi pertanda adanya problematika dalam pemecahan masalah dan kurangnya keterampilan komunikasi yang efektif.
Cara menangani perilaku tantrum
foto: freepik.com
Ketika menangani perilaku ini, penting untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi saat anak sedang tantrum. Menjaga ketenangan diri adalah kunci untuk membantu anak mengendalikan emosinya. Jangan ikut serta dalam pertikaian dan hindari menggunakan kekerasan fisik sebagai cara mengatasinya. Coba hadapi anak secara penuh perhatian dan cobalah memahami perasaan atau keinginannya.
Ajaklah anak berbicara dengan tenang dan penuh kasih sayang. Beri mereka pengertian bahwa perilaku marah mereka tidak dapat diterima, tetapi bahwa Anda memahami bahwa mereka sedang mengalami emosi yang kuat. Berikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan perasaan atau kebutuhan mereka dengan kata-kata yang sebenarnya, bukan dengan tantrum.
Selain itu, memberikan pemahaman tentang emosi dan membantu anak-anak dalam pengembangan keterampilan pengaturan emosi juga sangat penting. Ajari mereka cara bernapas dalam-dalam atau menghitung hingga sepuluh saat mereka merasa marah. Selain itu, berikan pujian dan penghargaan saat anak dapat mengontrol emosinya dengan baik atau menyampaikan perasaannya dengan cara yang lebih baik.
Terakhir, ciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak. Pastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup, makanan yang sehat, dan rutinitas harian yang teratur. Lingkungan yang stabil dan terorganisir akan membantu anak merasa lebih aman dan mengontrol emosinya dengan lebih baik.