Karakteristik tantrum secara umum
foto: freepik.com
BACA JUGA :
95 Kata-kata gaul bahasa Inggris, bikin pintar dan kekinian
Orang yang sedang mengalami tantrum cenderung sulit untuk dikomunikasikan. Mereka seringkali menunjukkan sikap yang keras kepala dan enggan mendengarkan penjelasan dari orang lain. Maka dari itu kamu harus paham seperti apa karakteristik perilaku tantrum pada anak.
Berikut karakteristik tantrum secara umum:
1. Tantrum terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Tantrum seringkali terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Ini adalah fenomena umum yang dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak generasi Z. Dalam bahasa gaul, terutama mereka dari generasi ini, tantrum dapat mengacu pada perilaku yang meluapkan kekecewaan atau ketidakpuasan dengan cara yang dramatis.
BACA JUGA :
45 Kata-kata gaul kekinian, simpel dan cocok untuk anak muda
Dalam dunia modern yang serba cepat ini, di mana informasi dapat diakses dengan mudah dan keinginan bisa terpenuhi dengan cepat, anak-anak generasi Z telah tumbuh dengan harapan-harapan yang tinggi. Namun, ketika mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa keinginan mereka tidak akan langsung terpenuhi, maka tantrum muncul sebagai respons alami.
2. Tantrum biasanya disertai dengan tangisan, teriakan, dan perilaku agresif lainnya.
Jika kamu pernah melihat seorang anak berteriak-teriak di toko mainan karena tidak diberi mainan yang diinginkannya, maka itulah contoh kecil yang bisa dikategorikan sebagai tantrum. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa juga.
Ketika merujuk pada kamu bahasa gaul anak gen Z, tangisan, teriakan dan perilaku agresif sering dilayangkan untuk orang-orang yang menurut mereka perilakunya berlebihan dan tidak wajar, ketika tidak bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Apakah kamu pernah mendapati seseorang yang memiliki karakteristik ini?
3. Tantrum bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Dalam perkembangan zaman yang pesat ini, kata tantrum telah merambah ke dalam bahasa gaul anak-anak generasi Z. Mereka juga menggunakan kata ini untuk menggambarkan perilaku orang dewasa yang menunjukkan sikap kekanakan, temperamental, dan sering kali berlebihan dalam mengekspresikan emosi mereka.
Begitu banyak tekanan dan tuntutan yang dihadapi oleh anak-anak dan orang dewasa dalam era modern ini. Mulai dari tekanan akademik, tuntutan sosial media, hingga stres pekerjaan yang berlebihan. Semua itu bisa berkontribusi dalam munculnya perilaku tantrum baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Tantrum pada anak-anak seringkali dianggap sebagai bentuk ketidakmampuan mereka untuk mengelola emosi mereka dengan baik. Sementara itu, tantrum pada orang dewasa bisa menjadi pertanda adanya problematika dalam pemecahan masalah dan kurangnya keterampilan komunikasi yang efektif.
Cara menangani perilaku tantrum
foto: freepik.com
Ketika menangani perilaku ini, penting untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi saat anak sedang tantrum. Menjaga ketenangan diri adalah kunci untuk membantu anak mengendalikan emosinya. Jangan ikut serta dalam pertikaian dan hindari menggunakan kekerasan fisik sebagai cara mengatasinya. Coba hadapi anak secara penuh perhatian dan cobalah memahami perasaan atau keinginannya.
Ajaklah anak berbicara dengan tenang dan penuh kasih sayang. Beri mereka pengertian bahwa perilaku marah mereka tidak dapat diterima, tetapi bahwa Anda memahami bahwa mereka sedang mengalami emosi yang kuat. Berikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan perasaan atau kebutuhan mereka dengan kata-kata yang sebenarnya, bukan dengan tantrum.
Selain itu, memberikan pemahaman tentang emosi dan membantu anak-anak dalam pengembangan keterampilan pengaturan emosi juga sangat penting. Ajari mereka cara bernapas dalam-dalam atau menghitung hingga sepuluh saat mereka merasa marah. Selain itu, berikan pujian dan penghargaan saat anak dapat mengontrol emosinya dengan baik atau menyampaikan perasaannya dengan cara yang lebih baik.
Terakhir, ciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak. Pastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup, makanan yang sehat, dan rutinitas harian yang teratur. Lingkungan yang stabil dan terorganisir akan membantu anak merasa lebih aman dan mengontrol emosinya dengan lebih baik.