Brilio.net - Mulia, begitulah sebutan akrab untuk Komunitas Muslim Tuli Yogyakarta. Komunitas ini menginisiasi kegiatan belajar mengaji Alquran dengan bahasa isyarat. Kegiatan yang rutin dilakukan setiap akhir pekan ini mendapat antusiasme yang besar dari penyandang tunarungu di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain mengaji, biasanya pertemuan juga diisi dengan kajian keislaman, belajar menulis arab atau latin, dan juga mempelajari doa-doa.
BACA JUGA :
Tampil di festival musik ramah tuli, Yura Yunita nyanyi pakai bahasa isyarat
foto: mg/Millenia ramadita
Komunitas Mulia, baru saja mendapatkan nama resminya pada 26 Februari 2023 lalu. Meskipun demikian, menurut salah satu pengurus komunitas, Ny Dwi, yang ditemui brilio.net, Minggu (26/3), kegiatan pengajian sudah berjalan kurang lebih selama satu tahun.
Dwi yang bertanggung jawab mengurusi media sosial Komunitas Mulia mengatakan, dulunya kegiatan mengaji isyarat ini diadakan pertama kali oleh Gerkatin Sleman (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) pada tahun 2016. Namun, terdapat beberapa hambatan, salah satunya berupa fasilitas Iqra' dan Alquran yang tidak memadai, sehingga mengurangi minat penyandang tunarungu untuk mengikuti kegiatan tersebut.
BACA JUGA :
Wanita tunarungu pesan makanan di KFC, reaksi karyawannya bikin haru
foto: mg/Millenia Ramadita
Pada November 2021, muncul program mengaji isyarat yang digagas oleh salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat Islam milik swasta. Di dalam kegiatan ini, lembaga tersebut menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung, sehingga banyak teman-teman tuli yang datang. "Sayangnya, program itu hanya dilaksanakan sebanyak 8 kali pertemuan saja," tambah Dwi.
Karena dirasa tidak cukup dan masih banyak yang antusias terhadap program ini, munculah ide untuk membuat kegiatan mengaji isyarat kembali. Hanya saja, kali ini para anggota sepakat agar program mengaji isyarat tidak mengatasnamakan Gerkatin manapun melainkan dengan membuat komunitas sendiri. Kemudian tercetuslah Komunitas Muslim Tuli Yogyakarta yang disingkat menjadi Mulia.
"Untuk tempat bisa beda-beda setiap minggunya, pernah ada lembaga-lembaga yang menawarkan tempat, kadang juga di rumah anggota yang mau," timpal Dian Laila, salah satu relawan dengar yang turut membantu kelancaran kegiatan ini.
Pernah juga dilaksanakan di beberapa SLB (Sekolah Luar Biasa) di sekitar DIY. Padabulan Ramadan 2023, kegiatan ini akan mengambil tempat di Masjid Mardliyyah UGM setiap Sabtu, dan untuk Minggu diadakan di tempat lain. "Sebelum-sebelumnya hanya 1 kali dalam seminggu, tapi khusus Ramadan jadi 2 kali dalam seminggu," jelas Andi, Ketua Komunitas Mulia.
(Kiri-kanan) Ketua Komunitas Mulia, Andi dan Wakil Ketua Komunitas Mulia, Agil. foto: mg/Millenia Ramadita
Para pengajarnya ada yang berasal dari internal Komunitas Mulia seperti Andi, Toni, dan Dwi. Selain itu, relawan dengar seperti Dian. Terkadang juga sesama anggota saling mengajari satu sama lain, misalnya si A sudah IQRO 2 nanti mengajari si B yang masih IQRA satu.
Pada awalnya yang bisa mengaji isyarat adalah Andi. Dia sempat mempelajarinya waktu masih duduk di bangku perkuliahan beberapa tahun silam.
Andi kemudian mulai mengajari tata cara mengaji isyarat ke anggota Mulia lainnya. Saat ini setidaknya ada kurang lebih 6 anggota Mulia yang sudah bisa mengaji Alquran, sisanya masih dalam proses belajar Iqro.
Ada sekitar 20 peserta yang hadir pada Minggu itu dan pesertanya tidak harus tergabung di dalam komunitas Gerkatin. Menurut Andi, ada banyak peserta yang bukan berasal dari Gerkatin, bahkan bukan hanya penyandang tunarungu saja yang bisa mengikuti kegiatan ini. Teman-teman dengar pun akan diterima sangat baik jika ingin mengikuti kegiatan ini, dengan harapan nantinya bisa membantu mengajari penyandang tunarungu yang ingin belajar mengaji isyarat.
Potret kegiatan mengaji isyarat oleh anggota Komunitas Mulia. foto: dok.pribadi Dian Laila
Sepanjang kegiatan berlangsung sampai saat ini, Komunitas Mulia belum pernah menarik uang kas dari anggota. Biasanya yang menawarkan rumahnya untuk dijadikan tempat kegiatan akan secara otomatis menyediakan konsumsi untuk anggota lainnya. Kadang ada juga dari anggota lain yang menyumbang seikhlasnya. Untuk Alquran dan Iqra', sempat didukung oleh donatur dan juga orang tua siswa-siswi SLB.
foto: mg/Millenia Ramadita
Kegiatan mengaji isyarat ini diakui banyak membawa manfaat bagi para pesertanya. Dengan adanya kegiatan ini, membuka kesempatan bagi penyandang tunarungu muslim memperdalam agama, membuat forum diskusi, dan mendekatkan diri ke Yang Maha Kuasa. Sebelum ada kegiatan ini banyak penyandang tunarungu yang tidak tau perihal agama, namun setelah ikut banyak ilmu yang bisa diambil dari sini terutama ilmu agama. "Aku seneng ikut kegiatan ini bisa nambah ilmu agama," ujar Atika, salah satu anggota komunitas Mulia.
foto: mg/Millenia Ramadita
Metode isyarat yang dipakai oleh Komunitas Mulia untuk mengaji Alquran dikenal dengan nama metode kitabah. Isyaratnya dibuat dengan mempertimbangkan filosofi dari setiap huruf hijaiyah. Misalnya huruf alif, isyaratnya adalah menggenggam tangan kanan dengan posisi ibu jari menghadap lurus ke arah atas.
Metode ini sudah diakui oleh Kemenag dan bahkan sudah terdapat Alquran isyarat yang dikeluarkan oleh Kemenag. Perlu diketahui, metode tilawahini juga tidak menyerap dari Bahasa Isyarat Arab seperti yang banyak dikira.
Reporter: mg/Millenia Rizky