Brilio.net - Bullying atau tindakan perundungan tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi dapat pula terjadi dimana pun termasuk di tempat kerja. Bullying di lingkungan kerja adalah masalah yang serius dan harus ditangani dengan serius pula. Dalam lingkungan kerja yang sehat dan produktif, penting untuk mendorong penghargaan terhadap perbedaan, menghormati hak setiap individu, dan mengedepankan sikap inklusif dan saling menghormati.
Bullying adalah perilaku yang disengaja, berulang, dan merugikan yang dilakukan oleh satu individu atau sekelompok individu terhadap orang lain yang lebih lemah atau rentan. Bullying terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di sekolah, di tempat kerja, di lingkungan sosial, atau bahkan secara daring melalui media sosial.
BACA JUGA :
Contoh program anti-bullying di sekolah yang butuhkan partisipasi aktif siswa
Perilaku bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, atau relasional yang bertujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mendominasi korban. Ini mencakup intimidasi, ancaman, ejekan, penghinaan, pelecehan, isolasi sosial, pemfitnahan, pencemaran nama baik, atau penolakan terhadap individu atau kelompok tertentu.
Bullying dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan mental, emosional, dan fisik korban. Bisa jadi korban bullying mengalami stres, kecemasan, depresi, rendah diri, kesulitan belajar, gangguan tidur, penarikan diri sosial, atau bahkan pemikiran atau tindakan bunuh diri.
Untuk menelusuri apa saja bentuk bullying di tempat kerja, berikut contoh bullying di lingkungan kerja, yang dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Senin (26/6).
BACA JUGA :
Fuji ungkap alasan batal jadi psikolog, sering dibully waktu SMA
-Dampak bullying di tempat kerja.
foto: pexels.com
1. Dampak pada kesejahteraan psikologis.
Korban bullying di tempat kerja sering mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Hal ini dapat berakibat korban mungkin merasa rendah diri, tidak berdaya, dan kehilangan motivasi dalam pekerjaan. Dampak psikologis tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan umum dan kualitas hidup korban.
2. Gangguan kesehatan mental dan fisik.
Bullying di tempat kerja dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan tidur. Selain itu, stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko penyakit fisik, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau gangguan pencernaan.
3. Penurunan produktivitas dan kinerja.
Korban bullying cenderung mengalami penurunan produktivitas dan kinerja kerja. Si korban mungkin kesulitan berkonsentrasi, mengalami kesalahan yang lebih sering, dan menghadapi hambatan dalam mencapai target kerja. Selain itu, lingkungan kerja yang terinfeksi oleh bullying juga dapat menghambat kerjasama tim, inovasi, dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
4. Hubungan kerja yang terganggu.
Bullying di tempat kerja dapat merusak hubungan antar rekan kerja dan tim. Hal ini dapat menciptakan ketegangan, konflik, dan kurangnya kepercayaan di lingkungan kerja. Selain itu, saksi atau pelaku bullying yang tidak mengambil tindakan juga dapat mengalami rasa bersalah, kekhawatiran, dan beban psikologis.