1. Home
  2. ยป
  3. Ragam
25 Mei 2023 10:22

Contoh program anti-bullying di sekolah yang butuhkan partisipasi aktif siswa

Program ini dapat membantu sekolah maupun siswa untuk saling menghargai dan menjaga satu sama lainnya. Sri Jumiyarti Risno
foto: pexels.com

Brilio.net - Akhir-akhir ini kita kerap mendengar terjadinya kasus bullying di sekolah. Tindakan bullying di sekolah memiliki dampak besar bagi para korban. Tak jarang tindakan bullying di sekolah mengakibatkan trauma hingga korban tidak enggan mengikuti proses belajar di sekolah. Bahkan tindakan bullying dapat menyebabkan kematian bagi korban. Tentu, kamu tidak ingin hal itu terjadi.

Nah agar tindakan bullying tidak marak terjadi di sekolah maka kamu patut untuk melakukan program anti-bullying di sekolah. Dengan program anti-bullying di sekolah ini dapat membantu sekolah maupun siswa untuk saling menghargai dan menjaga satu sama lainnya.

BACA JUGA :
Arti body shaming, ketahui jenis dan dampaknya bagi kesehatan mental


Contoh program anti-bullying di sekolah ini bisa menjadi referensi kamu untuk membuat kegiatan aktif bagi para siswa agar tidak terlibat dalam perilaku tersebut. Sebelum itu, kamu perlu memahami apa yang dimaksud dengan bullying ini.

Berikut contoh program anti-bullying di sekolah yang lengkap dengan pengertian dan manfaatnya yang dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (24/5).

BACA JUGA :
Pengertian bullying, ciri-ciri dan cara mengatasinya

Pengertian bullying di sekolah.

foto: pexels.com

Bullying di sekolah adalah tindakan agresif atau tindakan yang menyakiti orang lain secara terus-menerus dan berulang yang dilakukan oleh individu atau sekelompok individu terhadap orang lain yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti fisik, verbal, atau psikologis, dan seringkali memiliki tujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mendominasi korban.

Adapun beberapa tindakan bullying yang umumnya terjadi di sekolah sebagai berikut:

1. Bullying fisik.

Ini melibatkan penggunaan kekerasan fisik atau kekuatan untuk menyakiti atau melukai korban. Contoh dari bullying fisik termasuk pukulan, tendangan, dorongan, penganiayaan, atau merampas barang milik korban.

2. Bullying verbal.

Perilaku bullying ini melibatkan penggunaan kata-kata atau bahasa yang menghina, melecehkan, atau menyakitkan perasaan korban. Contoh dari bullying verbal termasuk ejekan, cacian, mengancam, mengolok-olok, atau menyebarkan rumor negatif tentang korban.

3. Bullying psikologis atau emosional.

Tindakan bullying ini melibatkan tindakan yang bertujuan untuk merendahkan harga diri, mengisolasi, atau mengintimidasi korban secara psikologis. Contoh dari bullying psikologis termasuk mengabaikan, mempermalukan di depan orang lain, mengancam korban dengan serius, atau mengabaikan kebutuhan sosial dan emosional korban.

4. Bullying seksual.

Tindakan bullying ini melibatkan tindakan atau komentar yang bersifat seksual yang tidak diinginkan atau tidak pantas terhadap korban. Contoh dari bullying seksual termasuk pelecehan seksual, komentar ofensif atau melecehkan, sentuhan yang tidak pantas, atau penyebaran konten seksual yang merugikan korban.

5. Bullying cyber.

Perilaku bullying seperti ini melibatkan penggunaan teknologi dan media digital untuk menyebarkan pesan atau konten yang merendahkan, menghina, atau menyakiti perasaan korban. Contoh dari bullying cyber termasuk pengiriman pesan teks atau email yang mengancam, penghinaan di media sosial, penyebaran foto atau video memalukan secara online, atau pencemaran nama baik melalui platform digital.

Bullying di sekolah adalah perilaku yang tidak dapat diterima dan dapat memiliki dampak yang serius pada kesejahteraan psikologis dan fisik korban. Sekolah memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani bullying melalui program-program anti-bullying dan penegakan kebijakan yang tegas untuk melindungi semua siswa.

Manfaat program anti-bullying di sekolah.

foto: pexels.com

1. Menciptakan lingkungan yang aman.

Program anti-bullying membantu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, bebas dari rasa takut dan ancaman. Ini memungkinkan siswa untuk fokus pada pendidikan dan perkembangan mereka tanpa terganggu oleh perilaku intimidasi atau agresif.

2. Meningkatkan kesejahteraan emosional.

Dengan mengurangi insiden bullying, program anti-bullying dapat meningkatkan kesejahteraan emosional siswa. Siswa yang merasa aman dan dihormati cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi, lebih percaya diri, dan lebih bersemangat dalam menghadapi kehidupan sehari-hari di sekolah.

3. Meningkatkan kinerja akademik.

Dengan mengurangi tingkat stres dan gangguan yang disebabkan oleh bullying, program anti-bullying membantu siswa fokus pada pembelajaran. Siswa yang merasa aman dan nyaman di lingkungan sekolah cenderung memiliki kinerja akademik yang lebih baik dan mencapai potensi mereka dengan lebih baik.

4. Membangun keterampilan sosial.

Program anti-bullying sering kali melibatkan kegiatan dan pelatihan yang membantu siswa membangun keterampilan sosial yang sehat. Mereka belajar tentang empati, komunikasi yang efektif, pemecahan masalah, dan kerjasama. Ini membantu siswa dalam menghadapi konflik dengan cara yang konstruktif dan membangun hubungan yang positif dengan teman sebaya.

5. Mendorong partisipasi siswa.

Program anti-bullying yang melibatkan partisipasi aktif siswa memberi mereka peran aktif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari bullying. Siswa dapat terlibat dalam kampanye kesadaran, menjadi anggota tim anti-bullying, atau menjadi bagian dari kelompok peer support. Ini memberikan mereka rasa memiliki dan tanggung jawab dalam membangun budaya sekolah yang inklusif dan menghormati.

6. Mengajarkan toleransi dan menghormati perbedaan.

Program anti-bullying sering kali menekankan pentingnya menghormati perbedaan dan menerima keanekaragaman. Melalui pendidikan dan kesadaran, siswa belajar untuk menghormati orang lain yang berbeda dari mereka dan menolak perilaku diskriminatif atau menyakiti.

7. Membantu korban dan pelaku.

Program anti-bullying tidak hanya berfokus pada korban, tetapi juga memberikan dukungan dan pembinaan kepada pelaku. Ini penting untuk mencegah terjadinya ulang atau perluasan perilaku bullying. Dengan memberikan pemahaman dan pendidikan kepada pelaku, program ini dapat membantu mengubah perilaku mereka dan mendorong pertumbuhan pribadi yang lebih positif.

Program anti-bullying di sekolah bukan hanya tentang mengatasi insiden bullying secara individu, tetapi juga tentang menciptakan budaya sekolah yang ramah, inklusif. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perilaku bullying di sekolah.

Contoh program anti-bullying di sekolah.

foto: pexels.com

1. Ciptakan pendidikan dan kesadaran anti-bullying.

- Mengadakan seminar atau ceramah tentang pentingnya menghormati satu sama lain dan dampak negatif dari perundungan.
- Mengintegrasikan materi anti-bullying dalam kurikulum sehingga siswa mempelajari nilai-nilai empati, toleransi, dan keberagaman.
- Membentuk kelompok diskusi atau klub di sekolah yang fokus pada pencegahan perundungan dan dukungan teman sebaya.

2. Pelatihan keterampilan sosial.

- Mengadakan program pelatihan keterampilan sosial untuk siswa, di mana mereka belajar cara berkomunikasi efektif, menyelesaikan konflik, dan mengembangkan empati.
- Menerapkan peran-modeling, di mana siswa memainkan peran dalam situasi perundungan dan mempraktikkan cara-cara yang tepat untuk menangani dan mencegah perundungan.

3. Membuat kampanye kesadaran anti-bullying.

- Mengadakan kampanye kesadaran anti-bullying di sekolah, dengan poster, spanduk, dan slogan yang menyoroti pentingnya menghormati dan mendukung satu sama lain.
- Menggunakan media sosial dan platform online untuk mempromosikan pesan anti-bullying dan mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam kampanye secara aktif.

4. Membuat tim pengawasan dan intervensi.

- Membentuk tim pengawas anti-bullying yang terdiri dari staf sekolah dan siswa yang bertugas untuk memantau dan mengintervensi situasi perundungan.
- Mendorong siswa untuk melaporkan kasus perundungan kepada guru, konselor, atau anggota tim pengawas, dan menjamin kerahasiaan pelapor.

5. Menciptakan kerjasama dan penguatan dukungan teman sebaya.

- Mengembangkan program "Buddy System" di sekolah, di mana siswa lebih tua bertindak sebagai mentor dan pendukung untuk siswa yang lebih muda.
- Membentuk kelompok teman sebaya yang aktif dalam mendukung siswa yang mengalami perundungan dan mempromosikan iklim sekolah yang inklusif dan ramah.

6. Membuat kebijakan sekolah yang menerapkan sanksi dan restorasi.

- Menerapkan kebijakan yang jelas dan tegas terhadap perundungan, dengan sanksi yang sesuai bagi pelaku.
- Menawarkan program restorasi atau pemulihan bagi pelaku perundungan, di mana mereka belajar tentang dampak tindakan mereka dan diarahkan untuk mengubah perilaku mereka.

7. Membentuk tim diskusi antar siswa. Dimana partisipasi siswa dalam perencanaan program.

- Melibatkan siswa dalam perencanaan dan evaluasi program anti-bullying, melalui survei, diskusi kelompok, atau forum siswa.
- Membentuk tim atau kelompok siswa yang menjadi penghubung antara siswa dan staf sekolah dalam mengatasi perundungan.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags