Brilio.net - Kerja hybrid adalah gaya kerja kombinasi, dari kerja di kantorsecara tradisional dan kerja dari jarak jauh. Pekerja hybrid punya banyak pengalaman unik yang cuma dimengerti oleh mereka. Salah satunya zoom fatigue, yaitu rasa capek yang datang gara-gara kebanyakan rapat online nggak ada habisnya. Bayangin harus fokus di depan layar terus-menerus, lama-kelamaan jadi pusing dan lelah sendiri.
Ada lagi coffee break testing, alias ngambil jeda buat ngopi di tengah-tengah rapat online. Buat pekerja hybrid, istirahat kecil sambil nyeruput kopi itu jadi trik buat nge-charge energi supaya nggak gampang loyo. Meski cuma sebentar, momen ngopi ini bisa banget bantu bertahan di tengah padatnya jadwal.
BACA JUGA :
Tak cuma pasang virtual background aesthetic, 10 cara agar meeting online nggak berasa bicara sendiri
Pekerja hybrid mesti pintar-pintar adaptasi dengan situasi yang berubah terus. Dari sini lahir kebiasaan yang kadang cuma bisa dipahami sama pekerja hybrid yang harus jalani dua dunia kerja ini.
Penasaran apa saja fenomena yang cuma dipahami pekerja hybrid? Yuk, simak ulasannya di bawah ini, brilio.net lansir dari berbagai sumber pada Rabu (30/10).
BACA JUGA :
7 Tipe karyawan ini cuma ditemui saat lagi meeting, tingkahnya bikin suasana rapat makin beragam
foto: freepik.com/freepik
1. Sindrom baju kantor.
Fenomena di mana kamu punya baju atasan khusus buat video call. Bagian atas rapi pakai kemeja maupun blazer, tapi bawahnya tetap celana pendek ataupun training. Belum lagi kebiasaan nyetok baju formal yang nggak pernah disentuh karena jarang ke kantor, bahkan kadang kamu bisa stres saat milih baju buat jadwal WFO karena udah lupa dress code kantornya kayak gimana.
2. Kantor jadi tempat wisata.
Sensasi aneh waktu masuk kantor jadi kayak turis yang lagi jalan-jalan. Mulai dari excited liat lobi yang udah berubah, sampai bingung nyari toilet karena sudah jarang datang ke kantor. Bahkan ada yang sengaja foto-foto buat konten social media karena sudah jarang banget masuk kantor.
3. Ribet mau atur jadwal meeting.
Kebingungan atur jadwal meeting hybrid yang bikin pusing. Kadang lupa ada di mana pas jadwal meeting, jadi harus cepat-cepat ganti lokasi ataupun pindah ke virtual. Belum lagi masalah technical seperti susah connect ke wifi kantor maupun laptop yang mendadak eror pas mau presentasi.
4. Bingung mengatur tempat kerja yang nyaman.
Fenomena bingung setting workspace yang tepat, baik di rumah atau kantor. Di rumah pengen bikin ruang kerja yang proper, tapi space terbatas. Di kantor malah kadang nggak dapet meja karena sistem hot desking, bahkan gugup karena lupa password komputer kantor yang jarang dipakai.
5. Pusing memikirkan mau makan siang apa.
Masalah sosial unik di mana kamu harus mikirin strategi makan siang. Pas WFH (work from home) enak bisa masak atau delivery, tapi ketika WFO (work from office) jadi bingung mau makan sama siapa karena tim pada beda jadwal masuk kantornya. Kadang jadi canggung karena udah lama nggak ketemu ataupun malah belum pernah ketemu langsung sama kolega baru.
6. Perjuangan ngatur kalender yang makin kompleks.
Perjuangan ngatur kalender yang makin kompleks. Harus inget jadwal WFO, sinkronin sama jadwal tim, plus atur waktu buat commuting atau kegiatan pulang-pergi yang udah lama nggak dilakuin. Belum lagi mikirin gimana caranya maksimalin waktu di kantor buat meeting yang memang butuh tatap muka langsung.
7. Kekacauan dokumentasi yang setengah digital setengah fisik.
Ada file yang kesimpan di laptop kantor, ada yang di laptop pribadi, ada yang malah masih berbentuk sticky notes di meja kantor. Kadang jadi bingung sendiri nyari dokumen penting karena sistem filing yang nggak konsisten.
8. Perasaan was-was ketinggalan info terbaru di kantor.
Perasaan was-was ketinggalan gosip atau informasi penting, karena nggak selalu ada di kantor. Takut nggak update sama perubahan kebijakan maupun malah nggak dilibatin di project karena jarang kelihatan secara fisik.
9. Bingung mengatur waktu.
Masalah waktu yang makin kompleks buat tim hybrid yang beda zona waktu. Kadang lupa ngatur meeting sesuai waktu lokal vs waktu kantor, atau salah schedule deadline karena waktunya berbeda. Ini bikin planning jadi lebih ribet dan butuh extra effort buat koordinasi.
10. Kebingungan soal alat kantor yang dobel-dobel.
Harus nyiapin dua set lengkap (di rumah dan kantor) mulai dari charger laptop sampai headset. Kadang jadi boros karena beli dua, kadang malah bolak-balik bawa peralatan yang berat karena takut ketinggalan.
11. Fenomena meeting yang tumpang tindih.
Ketika bekerja hybrid, sering terjadi situasi di mana meeting online dan offline berlangsung hampir bersamaan. Misalnya baru selesai meeting tatap muka di kantor, langsung harus join meeting virtual. Atau sedang meeting online dari rumah tapi harus cepat-cepat ke kantor untuk meeting offline. Ini menciptakan sensasi 'teleportasi' yang melelahkan secara mental.