Brilio.net - Dahsyatnya gempa Yogyakarta pada 2006 sangat memberikan dampak serius bagi masyarakat setempat. Gempa yang terjadi dalam skala 5,9 skala ritcher itu meskipun hanya berlangsung selama 59 detik, telah menelan hingga 6.000 korban jiwa serta memorak-porandakan bangunan dan rumah-rumah warga Jogja, terkhusus di wilayah Bantul yang sangat dekat dengan pusat gempa.
Selain Bantul, daerah lain dekat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pun terdampak. Contohnya Kecamatan Bayat, Klaten yang berbatasan langsung dengan Gunung Kidul, DIY. Akibat kerusakan dari gempa ini, perekonomian masyarakat Kecamatan Bayat menurun dan mengalami banyak kerugian di berbagai sektor.
BACA JUGA :
Para siswa SMK ini mengolah Batik Kudus jadi karya feysen yang keren
Kerusakan yang cukup fatal membuat bantuan datang dari berbagai pihak. Salah satunya dari Qatar yang memiliki kepedulian terhadap bencana di Indonesia saat itu, khususnya di bidang pendidikan. Pemerintah Qatar melalui yayasan ROTA (Reach Out To Asia) mendirikan bantuan berupa sekolah kejuruan di wilayah Bayat dengan diberi nama SMKN 1 ROTA Bayat. Terletak di Jl. Cawas - Bayat No.Km. 1, Kebu, Beluk, Kec. Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, SMKN 1 ROTA sekarang ini merupakan sekolah menengah kejuruan yang telah terakreditasi B.
foto: brilio.net/himma
BACA JUGA :
Koleksi siswi SMK ini curi perhatian fashionista Jogja Fashion Week
Bekerja sama dengan TITIAN Foundation, pada saat itu tujuan utama didirikannya SMK ini oleh yayasan ROTA adalah untuk membantu korban terdampak gempa agar tetap dapat melangsungkan pendidikan, terkhusus yang terkait dengan ketrampilan. Mengingat Kecamatan Bayat memiliki potensi kebudayaan yang bagus, yakni seni kriya batik dan keramik, maka didirikanlah SMKN 1 ROTA Bayat pada 2009.
foto: brilio.net/himma
Dulu sekolah ini hanya memiliki 128 siswa dengan dua jurusan yakni kriya kreatif batik dan tekstil serta kriya kreatif keramik. Karena kondisi ekonomi yang masih proses pulih sejak gempa 2006, awal sekolah ini berdiri, uang SPP digratiskan dan para siswa diberi uang saku sebanyak Rp 5.000 setiap harinya.
"Dulu uang SPP digratiskan dan bahkan uang saku dicukupi oleh sekolah. Berharap ini bisa membantu dan meringankan beban para orang tua dalam hal pendidikan anak setelah gempa. Inilah peran yayasan pada saat itu, membantu mengcover uang SPP dan uang saku," ujar Sriyanta selaku kepala sekolah SMKN 1 ROTA Bayat kepada brilio.net belum lama ini.
Akhirnya SMKN 1 ROTA berkembang pesat. Dari tahun ke tahun, SMK ini juga mengeluarkan lulusan yang memiliki potensi andal dalam bidang keramik dan batik. Bahkan lulusannya memberikan andil dalam masyarakat Bayat untuk melestarikan kebudayaan sekitar. Contohnya seperti membuka sentra industri batik dan keramik baru. Dengan begitu, para murid maupun lulusannya dapat berperan aktif dalam sentra industri batik dan keramik di Bayat. Pun mereka bisa meneruskan potensi bisnis dengan membuat kerajinan ini tak terputus dan tetap lestari.
Bermodal memanfaatkan kekayaan budaya masyarakat Bayat, SMKN 1 ROTA Bayat kini menjadi satu-satunya SMK yang memiliki jurusan seni kriya kreatif batik tekstil dan seni kriya kreatif keramik.
foto: brilio.net/himma
Magang/Himmatul Ahsana
Kiprah jurusan kriya kreatif SMKN 1 ROTA.
Jurusan kriya kreatif batik yang menjadi jurusan favorit SMKN 1 ROTA telah menghasilkan karya yang dipasarkan dalam berbagai kesempatan. Karya batik dari para siswa dipamerkan dalam beberapa acara dan diperjualbelikan secara online dengan nama produk Kriyasta. Dengan memanfaatkan media sosial TikTok @rootexstudio beserta TikTok shop, produk batik karya siswi SMKN 1 ROTA dapat menjadi ajang berbisnis dan meningkatkan jiwa wirausaha siswa dengan keterampilan membatik sebagai kompetensi utama.
foto: brilio.net/himma
Berbagai hasil karya dari para siswa juga ditampilkan di galeri sekolah sehingga siapa pun dapat membeli karya tersebut. Dengan keterampilan membatik dan tekstil, jurusan seni kriya kreatif batik dan tekstil ini lebih banyak diminati oleh perempuan. Mereka aktif mengikuti berbagai pameran dan menampilkan hasil kerajinan dari siswa di mata publik.
"Kebetulan saya waktu itu ditunjuk untuk mewakili SMK ROTA bersama guru saya. Pameran ini memperingati Hari Guru dan dihadiri lebih dari 10 sekolah yang ada di Jawa Tengah dengan berbagai jurusan. Ada kriya kayu dari Jepara, batik dari Pekalongan, pertanian, kecantikan, tata boga dan masih banyak lagi. SMK ROTA menawarkan kain batik, selendang batik dan cangkir keramik," ujar Selfa Ramadani, siswi kelas XII kriya batik pada brilio.net.
Tak hanya itu, Selfa juga menceritakan tentang pengalaman berharganya selama bersekolah di SMKN 1 ROTA Bayat.
"Pengalaman selama 3 tahun di jurusan tekstil sangat mengesankan. Awalnya saya kira tekstil hanya seputar membatik, menggambar dan membuat desain. Tapi ternyata tekstil begitu luas cakupannya, banyak hal baru yang saya pelajari di jurusan ini seperti membatik. Yang saya tahu proses batik hanya sampai pada proses pencantingan. Tapi ternyata kita dibimbing untuk membuat kain batik sampai kain tersebut layak diperjualbelikan," paparnya.
Lebih lanjut Selfa berkisah prosesnya mempelajari cara membuat baju. Dimulai dari proses membuat pola, memotong kain, hingga proses penjahitan yang ternyata tidak mudah. Ia juga belajar menyablon baju yang prosesnya juga tak semudah membalik telapak tangan. Meski demikian, siswi ini tetap menikmati prosesnya menimba ilmu dan skill di SMKN 1 ROTA Bayat.
"Menjadi bagian dari SMK ROTA, terutama di jurusan tekstil, adalah salah satu kebanggaan saya. Karena dengan adanya jurusan tekstil yang mempelajari batik merupakan suatu langkah kecil untuk melestarikan salah satu warisan dunia yaitu batik. Dan SMK ROTA adalah satu satunya sekolah di Klaten yang menyediakan jurusan tekstil," pungkasnya.
foto: brilio.net/himma
Namun berbeda halnya dengan jurusan seni kriya kreatif keramik yang ternyata didominasi oleh siswa laki-laki. Keahlian membentuk tanah liat sebagai bahan dasar untuk dibuat menjadi keramik cantik ini memang lebih sering dikerjakan oleh laki-laki. Hasilnya juga beragam, mulai dari pot, guci, hingga keramik yang dibuat untuk alat makan.
Sebagai salah satu jurusan yang khas dan unik di SMKN 1 ROTA ini, para siswa seni kriya kreatif keramik juga sudah memiliki banyak karya ciamik. Hasilnya sering dipajang di beberapa acara pameran hingga dimasukkan ke galeri sekolah sebagai pajangan dan untuk diperjualbelikan.
"Jurusan ini memang sering dipandang rendah sama orang lain. Tapi dari situlah saya berniat untuk membuktikan bahwa jurusan saya tidak sesepele itu. Dari jurusan, kita belajar bahwa semua itu perlu proses dan terus belajar. Di SMK, saya bisa belajar dan mengetahui banyak hal seperti cara pembuatannya keramik awal sampai akhir, mulai dari tanah liat sampai menjadi benda yang indah dan cantik, bisa membuat terus dijual. Setelah lulus kita bisa membuat usaha sendiri," ujar Shifa, siswa jurusan kria kreatif keramik.
Perkembangan SMKN 1 ROTA mencetak generasi terampil.
Tak hanya dua jurusan seperti disebutkan di awal yang menjadi daya tarik SMKN 1 ROTA Bayat. Sekolah menengah kejuruan ini juga memiliki dua jurusan baru sejak 2015. Jurusan tersebut adalah teknik sepeda motor dan desain komunikasi visual. Dua jurusan ini memang cukup umum ada di sekolah menengah kejuruan lainnya. Namun tentu saja, dengan adanya 2 jurusan baru ini menunjukkan SMKN 1 ROTA mampu menciptakan jurusan yang memiliki kebermanfaatan bagi orang lain.
"Alhamdulillah saya sangat bangga dengan kemajuan anak saya tentang praktik yang selama belajar di sekolahan bisa diterapkan lagi di rumah. Anak saya sering suruh bantuin temennya untuk memperbaiki motor yang rusak," tutur Daryatun, wali murid dari Nabil, murid kelas teknik sepeda motor.
Perkembangan pesat SMKN 1 ROTA juga tampak dari berkembangnya jumlah siswa sekolah ini. Jika pada 2009 hanya 128 siswa untuk dua jurusan, hingga hari ini sudah ada 1.160 siswa mengenyam pendidikan di SMKN 1 ROTA untuk empat jurusan yaitu seni kriya kreatif batik dan tekstil, kria kreatif keramik, teknik sepeda motor, dan desain komunikasi visual.
Hadirnya SMKN 1 ROTA seakan menjadi pelipur lara dan penyemangat masyarakat sekitar pasca musibah gempa 18 tahun lalu. Bukan sekadar sebagai tempat menimba ilmu bagi generasi mudanya, tapi juga sarana masyarakat melestarikan kekayaan budaya batik dan keramik yang menjadi ikon daerah.