Brilio.net - Dalam beberapa tahun terakhir, film-film Indonesia telah mendapatkan perhatian dan pujian dari kritikus film dunia. Hal ini karena ternyata kualitasnya yang tak kalah dibanding film-film mancanegara lainnya.
Beberapa faktor yang membuat dunia sinema Tanah Air jadi buah bibir dunia antara lain, meningkatnya kualitas film Indonesia. Industri film Indonesia telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya film Indonesia yang berkualitas tinggi, baik dari segi cerita, akting, maupun sinematografi.
BACA JUGA :
Longlegs dinobatkan film terseram 2024, ini 15 rekomendasi film horor yang nggak kalah menakutkan
Selain itu, film Indonesia cukup punya genre yang beragam. Film-film Indonesia kini hadir dengan berbagai genre, mulai dari drama, thriller, horror, hingga komedi. Hal ini membuat film Indonesia lebih menarik bagi penonton global.
Tak cuma dipertontonkan di bioskop, film-film Indonesia juga seringkali terlibat dalam festival film internasional, seperti Festival Film Cannes, Berlin International Film Festival, dan Sundance Film Festival. Hal ini membantu meningkatkan profil film Indonesia di mata dunia.
Alhasil, banyak film Indonesia yang membuat kagum para kritikus dari berbagai media internasional. Nah, dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (24/7), berikut beberapa contoh pujian dari kritikus film dunia terhadap film-film Indonesia:
BACA JUGA :
Wild Roots, rekomendasi film yang diputar di Jakarta Film Week 2022
1. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
foto: imdb.com
Film ini menceritakan kisah Marlina (Christine Hakim), seorang janda yang tinggal di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Suatu hari, Marlina dikunjungi oleh empat orang perampok yang dipimpin oleh Markus (Egi Fedly). Para perampok itu menjarah harta benda Marlina dan ingin memperkosanya. Namun, Marlina melawan balik dan berhasil membunuh Markus.
Keesokan harinya, Marlina membawa kepala Markus ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian tersebut. Namun, ia malah dihadapkan dengan berbagai rintangan dan ketidakadilan dari pihak berwajib. Marlina juga harus berurusan dengan keluarga Markus yang ingin membalaskan dendam.
Di tengah situasi yang sulit ini, Marlina tetap tegar dan pantang menyerah. Ia mencari keadilan dengan caranya sendiri dan berusaha untuk melindungi diri dan keluarganya.
Pujian:
- The Hollywood Reporter: "Film yang brutal dan menegangkan ini adalah salah satu film terbaik yang pernah saya lihat dari Indonesia."
- Variety: "Film ini adalah mahakarya sinematik yang tidak boleh dilewatkan."
2. Pengabdi Setan (2017)
foto: imdb.com
Film Pengabdi Setan (2017) menceritakan tentang kisah keluarga Rini (Tara Basro) dan dua adiknya yang dihantui oleh teror setelah ibu mereka, Mawarni (Ayu Laksmi), meninggal dunia. Mawarni, yang merupakan mantan penyanyi terkenal, dikabarkan meninggal karena sakit keras.
Sejak kematian Mawarni, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi di rumah keluarga Rini. Benda-benda bergerak sendiri, suara-suara gaib terdengar, dan bayangan-bayangan misterius muncul di sekitar mereka. Anak bungsu mereka, Ian (Muhammad Adhiyat), juga mulai menunjukkan perilaku yang aneh.
Rini dan adik-adiknya mulai curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kematian ibu mereka. Mereka kemudian mencari tahu tentang masa lalu ibu mereka dan menemukan bahwa Mawarni pernah terlibat dalam sekte pemuja setan.
Ternyata, Mawarni telah dibunuh oleh anggota sekte pemuja setan yang ingin menggunakannya sebagai pengorbanan untuk ritual mereka. Roh Mawarni pun terperangkap dan dipaksa untuk membantu sekte tersebut dalam meneror keluarganya.
Rini dan adik-adiknya harus berjuang untuk menyelamatkan diri dan mengalahkan roh jahat yang menghantui mereka. Mereka dibantu oleh Pak Ustaz (Arswendi Nasution) dan Hendra (Dimas Aditya), seorang anak muda yang memiliki pengetahuan tentang ilmu gaib.
Pujian:
- The Guardian: "Film horor yang menakutkan dan atmosferik ini adalah salah satu film paling orisinal dan inovatif yang pernah saya lihat dalam beberapa tahun terakhir."
- Screen Daily: "Film ini adalah bukti bahwa Indonesia adalah kekuatan baru dalam genre horor."
3. The Raid 2: Berandal (2014)
foto: imdb.com
The Raid 2: Berandal merupakan film aksi laga Indonesia yang disutradarai Gareth Evans dan merupakan kelanjutan dari film The Raid (2011). Film ini menceritakan kisah Rama (Iko Uwais), seorang polisi muda yang menyamar sebagai preman untuk mengungkap jaringan kriminal yang beroperasi di Jakarta.
Setelah lolos dari operasi penggerebekan yang berdarah di film pertama, Rama (Iko Uwais) ditugaskan oleh Bunawar (Cok Simbara), seorang petinggi korup di kepolisian, untuk menyusup ke dalam organisasi kriminal Bangun (Tio Pakusadewo), seorang bos mafia yang kuat dan berbahaya.
Rama harus mendapatkan kepercayaan Bangun dengan melakukan berbagai misi berbahaya, seperti membunuh pesaingnya dan menyelesaikan tugas-tugas kriminal lainnya. Di dalam organisasi Bangun, Rama bertemu dengan berbagai karakter berbahaya, termasuk Ucok (Arifin Putra), putra Bangun yang ambisius, Bejo (Alex Abbad), seorang preman yang kejam, dan Keiichi (Ryuhei Matsuda), seorang pangeran Yakuza dari Jepang.
Seiring waktu, Rama mulai menjalin hubungan dengan Ucok dan Bejo, tetapi dia tidak pernah melupakan misinya untuk mengungkap jaringan kriminal Bangun. Dia diam-diam mengumpulkan informasi dan bukti tentang aktivitas kriminal mereka, dan berencana untuk menggunakan informasi tersebut untuk menghancurkan organisasi Bangun dari dalam.
Pujian:
- The New York Times: "Film aksi yang brutal dan penuh adrenalin ini adalah salah satu film paling menghibur yang pernah saya lihat."
- Indiewire: "Film ini adalah mahakarya sinematik yang akan membuat Anda tercengang."
4. Postcards from the Zoo (2012)
foto: imdb.com
Postcards from the Zoo (atau "Kebun Binatang" dalam bahasa Indonesia) adalah film drama Indonesia yang disutradarai oleh Edwin dan dibintangi oleh Ladya Cheryl dan Nicholas Saputra. Film ini menceritakan kisah Lana (Ladya Cheryl), seorang wanita yang dibesarkan di kebun binatang dan berusaha untuk menemukan tempatnya di dunia.
Lana ditinggalkan oleh ayahnya di kebun binatang Ragunan saat dia masih kecil. Dia dibesarkan oleh Pak Musa (Tuty Wibowo), seorang penjaga kebun binatang, dan menghabiskan masa kecilnya di antara hewan-hewan. Lana tidak pernah bersekolah dan tidak memiliki teman sebaya. Dia hanya mengenal dunia kebun binatang.
Seiring waktu, Lana tumbuh menjadi wanita yang cantik dan cerdas. Dia memiliki pengetahuan yang luas tentang hewan dan memiliki hubungan yang spesial dengan mereka. Namun, dia juga merasa terasing dari dunia luar. Dia tidak tahu bagaimana berbicara dengan orang lain dan tidak merasa nyaman berada di luar kebun binatang.
Suatu hari, seorang pesulap bernama Dimas (Nicholas Saputra) datang ke kebun binatang untuk melakukan pertunjukan. Lana tertarik dengan Dimas dan mereka mulai menjalin hubungan. Dimas membantu Lana untuk keluar dari kebun binatang dan menjelajahi dunia luar.
Namun, dunia luar tidak seperti yang dibayangkan Lana. Dia merasa bingung dan tersesat di tengah hiruk pikuk kota. Dia juga harus menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan, seperti kemiskinan, diskriminasi, dan kekerasan.
Lana mulai merindukan kehidupan di kebun binatang. Dia merasa bahwa dia tidak akan pernah bisa diterima di dunia luar. Dia kembali ke kebun binatang dan memutuskan untuk tinggal di sana selamanya.
Pujian:
- Screen International: "Film ini adalah komedi yang unik dan menyentuh hati tentang seorang pria yang berusaha menemukan makna hidupnya."
- The Hollywood Reporter: "Film ini adalah film yang indah dan mengharukan yang akan membuat Anda berpikir."
5. Tabula Rasa (2014)
foto: erieknjuragan.com
Tabula Rasa adalah film drama dokumenter Indonesia yang disutradarai oleh Adriyanto Dewo dan dibintangi oleh Jimmy Kobogau, Dewi Irawan, dan Yayuk Unru. Film ini menceritakan kisah Hans (Jimmy Kobogau), seorang pemuda asal Papua yang bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional.
Hans berasal dari Serui, Papua, dan memiliki bakat sepak bola yang luar biasa. Dia bermimpi untuk menjadi pemain sepak bola profesional dan bermain di liga utama Indonesia. Suatu hari, Hans mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi pemain di Jakarta. Dia bersemangat untuk mewujudkan mimpinya dan meninggalkan kampung halamannya.
Namun, sesampainya di Jakarta, Hans dihadapkan pada berbagai rintangan dan kesulitan. Dia tidak memiliki uang dan tempat tinggal, dan dia ditipu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mimpi Hans untuk menjadi pemain sepak bola profesional pun mulai pupus.
Tabula Rasa adalah film yang menyentuh hati tentang mimpi, persahabatan, dan makna kebahagiaan. Film ini dipuji karena mampu menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari apa yang kita impikan, tetapi dapat ditemukan dalam hal-hal sederhana dalam hidup.
Pujian:
- The Playlist: "Film ini adalah drama yang kuat dan menyentuh hati tentang seorang pria yang berusaha mencari jati dirinya."
- Film Threat: "Film ini adalah salah satu film Indonesia terbaik yang pernah saya lihat."