Brilio.net - Indonesia kembali membuka keran ekspor pasir laut setelah dua dekade melarangnya. Keputusan ini diambil Presiden Joko Widodo berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) terbaru yang memfasilitasi ekspor sedimentasi laut yang dinilai mengganggu alur pelayaran kapal. Namun langkah ini menuai penolakan dari berbagai kalangan, terutama aktivis lingkungan, yang khawatir akan dampak buruknya terhadap ekosistem laut.
Sedimentasi yang diekspor bukanlah pasir biasa, melainkan material yang diambil dari laut untuk menjaga kelancaran pelayaran. Presiden Joko Widodo menekankan bahwa tindakan ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang timbul dari penumpukan sedimentasi. Meski demikian, banyak yang berpendapat bahwa kebijakan ini dapat memicu kerusakan lingkungan yang lebih besar, mengingat laut adalah sumber kehidupan bagi banyak spesies.
BACA JUGA :
Tradisi di Madura ini unik banget, siang malam tidur beralas pasir
Kekhawatiran ini muncul karena berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi pasir laut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Para ahli lingkungan mengingatkan bahwa dampak negatif dari aktivitas ini tidak hanya akan dirasakan saat ini, tetapi juga dapat berlangsung dalam jangka panjang.
Berikut brilio.net himpun dari berbagai sumber, Jumat (20/9), sejumlah bahaya mengintai yang perlu dipahami masyarakat terkait kebijakan ekspor pasir laut ini.
1. Kerusakan terumbu karang.
BACA JUGA :
15 Patung pasir berwujud manusia ini bikin takjub
foto: freepik.com/bedneyimages
Kegiatan pengambilan pasir laut dapat merusak terumbu karang yang berfungsi sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Proses ekstraksi pasir dapat menyebabkan kerusakan fisik pada struktur karang, yang mengakibatkan hilangnya habitat dan menurunnya populasi spesies yang bergantung pada karang tersebut.
Penelitian dari National Geographic menunjukkan bahwa kerusakan terumbu karang dapat mengurangi biodiversitas dan merusak rantai makanan di ekosistem laut. Saat terumbu karang rusak, ikan-ikan yang biasanya berlindung di sana akan kehilangan tempat tinggal, dan pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan populasi. Kerusakan ini tidak hanya berdampak pada spesies laut, tetapi juga pada masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber daya laut untuk kehidupan mereka.
2. Penurunan kualitas air.
Ekstraksi pasir laut berpotensi menurunkan kualitas air laut. Proses pengambilan pasir dapat mengaduk sedimen yang mengandung kontaminan dan polutan, yang kemudian mengalir ke perairan sekitar. Kekeruhan yang meningkat akibat pengambilan pasir dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, yang berdampak negatif pada fotosintesis alga dan organisme laut lainnya.
Menurut laporan dari World Wildlife Fund (WWF), peningkatan kekeruhan air dapat memengaruhi kesehatan ekosistem laut secara keseluruhan. Penurunan kualitas air dapat menyebabkan keracunan pada spesies laut dan mengganggu keseimbangan biologis. Hal ini pada gilirannya dapat mengancam mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada perikanan dan pariwisata laut.
3. Gangguan terhadap habitat spesies laut.
foto: freepik.com/wirestock
Habitat spesies laut seperti ikan dan krustasea dapat terganggu akibat aktivitas pengambilan pasir. Ketika pengambilan pasir dilakukan secara agresif, ini dapat mempengaruhi pola migrasi dan pemijahan spesies-spesies tersebut. Banyak spesies yang bergantung pada habitat tertentu untuk berkembang biak, dan gangguan pada habitat ini dapat menyebabkan penurunan jumlah populasi.
4. Peningkatan risiko bencana alam.
Kegiatan ekstraksi pasir laut juga dapat meningkatkan risiko bencana alam, seperti abrasi dan banjir. Pengambilan pasir yang berlebihan dapat mengurangi garis pantai dan membuat daerah pesisir lebih rentan terhadap gelombang tinggi dan badai. Penelitian yang dilakukan oleh University of California menunjukkan, daerah yang mengalami pengikisan pantai memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi terhadap dampak perubahan iklim.
Ketika garis pantai berkurang, perlindungan alami yang diberikan oleh pantai terhadap badai juga akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi infrastruktur dan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir.
5. Kerugian ekonomi jangka panjang.
foto: freepik.com/frimufilms
Meskipun pemerintah berharap dapat memperoleh keuntungan dari ekspor pasir laut, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dapat berujung pada kerugian ekonomi jangka panjang. Ekosistem laut yang sehat sangat penting untuk sektor perikanan dan pariwisata. Menurut analisis oleh Ocean Conservancy, kerusakan lingkungan dapat mengakibatkan penurunan hasil tangkapan ikan dan menurunkan daya tarik wisata.
Kerugian di sektor perikanan dapat langsung berdampak pada pendapatan masyarakat pesisir yang bergantung pada hasil laut. Selain itu, kerusakan ekosistem juga dapat memengaruhi sektor pariwisata yang mengandalkan keindahan alam. Dalam jangka panjang, kerusakan ini dapat menyebabkan kehilangan pendapatan yang signifikan dan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
6. Hilangnya keanekaragaman hayati.
Ekosistem laut yang sehat bergantung pada keanekaragaman hayati yang tinggi. Ekstraksi pasir laut dapat mengancam berbagai spesies yang bergantung pada habitat alami mereka. Penelitian dari Marine Biodiversity Records menunjukkan, penurunan keanekaragaman hayati dapat menyebabkan gangguan yang lebih besar dalam ekosistem dan mengurangi daya tahan terhadap perubahan lingkungan.
Ketika spesies-spesies penting menghilang, ekosistem laut menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan. Keanekaragaman hayati yang tinggi adalah indikator kesehatan ekosistem, dan hilangnya spesies dapat mengarah pada ekosistem yang kurang stabil. Tidak hanya akan mengancam kehidupan laut, hal ini juga berdampak pada kehidupan manusia yang bergantung pada sumber daya laut.
7. Ancaman bagi masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber daya laut untuk kehidupan mereka juga akan terdampak. Pengambilan pasir laut dapat mengganggu aktivitas penangkapan ikan dan merusak sumber pendapatan mereka. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Coastal Conservation Association, masyarakat pesisir melaporkan penurunan hasil tangkapan dan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas ekstraksi pasir.
Pengaruh negatif terhadap sumber daya laut dapat mengakibatkan kemiskinan di kalangan masyarakat pesisir yang tergantung pada hasil laut untuk bertahan hidup. Selain itu, perubahan lingkungan akibat ekstraksi pasir dapat memicu konflik antara komunitas lokal dan industri yang melakukan ekstraksi.