1. Home
  2. ยป
  3. Ragam
19 Juni 2024 05:25

Ibu riskan alami depresi post partum, kenali gejala baby blues dan tips mengatasinya

Kondisi ini sering kali disebabkan oleh kombinasi perubahan hormonal, tekanan emosional, dan tuntutan fisik. Brilio.net
headline: pixabay.com

Brilio.net - Kebahagiaan menyambut kelahiran bayi sering kali disertai dengan berbagai tantangan emosional bagi ibu baru. Salah satu tantangan terbesar yang sering kali diabaikan adalah depresi post partum, atau yang lebih dikenal dengan istilah baby blues. Meskipun umum terjadi, kondisi ini dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional ibu baru. Banyak ibu yang mengalami perasaan cemas, sedih, dan lelah yang berlebihan setelah melahirkan.

Fakta membuktikan banyak dari ibu mengalami baby blues setelah menjalani persalinan. Hal ini dirasa wajar karena gangguan psikologi ini muncul seiring perubahan hormonal yang terjadi. Pada laman hopkinsmedicine.org disampaikan 85% ibu melahirkan alami baby blues. Dari sumber lain, postpartumdepression.org depresi post partum dapat dialami ibu baru hingga 6 bulan. Walaupun setengahnya tidak terdiagnosis dokter ahli, namun 80% di antara penderita dapat mencapai kepulihan total.

BACA JUGA :
9 Momen Anisa Rahma umumkan anak ketiga, ungkap amalkan Al-Qur'an untuk terapi agar bisa hamil normal


Penting untuk memahami bahwa baby blues dan depresi pasca melahirkan bukanlah tanda kelemahan atau ketidakmampuan sebagai ibu. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh kombinasi perubahan hormonal, tekanan emosional, dan tuntutan fisik dari merawat bayi yang baru lahir.

Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan adalah langkah penting dalam proses pemulihan. Selain itu, berbagi pengalaman dengan sesama ibu yang mengalami hal serupa bisa sangat membantu dalam mengurangi perasaan isolasi dan memberikan perspektif baru.

Mengenali tanda-tanda awal dan mencari bantuan adalah kunci untuk mengatasi depresi pasca melahirkan. Dengan pendekatan yang tepat, banyak ibu yang berhasil melewati masa sulit ini dan kembali menikmati momen-momen berharga bersama bayi mereka. Dukungan dan pemahaman dari lingkungan sekitar sangatlah penting untuk membantu ibu baru menjalani peran barunya dengan percaya diri dan kebahagiaan.

BACA JUGA :
Waspada cacar air selama kehamilan, kenali risiko, pencegahan, dan cara pengobatannya

Berikut brilio.net telah melansir salah satu depresi post partum yaitu baby blues lengkap dengan gejala dan tips mengatasinya dari hasil rangkuman berbagai sumber, Selasa (18/6)

Apa itu baby blues?

foto: pixabay.com

Seorang ibu bisa merasa cemas, mudah menangis, dan gelisah yang bersifat sementara. Perasaan tersebut biasanya hilang dalam dua minggu pada hari kelahiran anak. Maka dari itu, sebutan baby blues muncul mendeskripsikan bentuk depresi post partum bersifat ringan dan cenderung sementara.

Stabilnya emosional ibu akan mengikuti kondisi hormon yang berangsur membaik. Depresi yang lebih parah seringkali berhasil ditangani oleh ahli sekalipun melalui obat-obatan. Dari data negara-negara yang meneliti jumlah kasus baby blues yang terjadi, hopkinsmedicine.org menyampaikan gangguan ini memiliki 20% faktor penyebab kematian seorang ibu.

Kelompok orang berisiko alami baby blues

1. Kondisi genetik berkaitan dengan keluarga

foto: pixabay.com

Kondisi genetik dapat mempengaruhi risiko baby blues melalui warisan biologis tertentu yang membuat seseorang lebih rentan terhadap perubahan hormon dan stres. Gen yang terkait dengan regulasi suasana hati, seperti gen serotonin transporter, dapat berperan dalam bagaimana tubuh dan otak merespon perubahan hormonal yang signifikan setelah melahirkan.

Jika seorang ibu memiliki varian gen tertentu yang membuatnya lebih rentan terhadap depresi atau gangguan suasana hati, dia mungkin lebih berisiko mengalami baby blues.

Selain itu, riwayat keluarga dengan masalah kesehatan mental juga dapat meningkatkan risiko. Jika anggota keluarga dekat, seperti ibu, saudara perempuan, atau nenek, pernah mengalami baby blues atau depresi pascapersalinan, ada kemungkinan bahwa faktor-faktor lingkungan dan genetik yang sama dapat mempengaruhi ibu yang baru melahirkan.

Faktor-faktor ini bisa mencakup pola pikir yang diwariskan, cara mengatasi stres, dan dukungan sosial yang tersedia. Memahami riwayat keluarga dengan gangguan suasana hati dapat membantu dalam mengidentifikasi ibu yang mungkin memerlukan dukungan tambahan selama periode pascapersalinan.

2. Riwayat lemah mental

foto: pixabay.com

Gangguan mental sebelumnya, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan bipolar, bisa membuat seorang ibu lebih rentan terhadap perubahan emosional dan hormonal yang terjadi setelah melahirkan.

Pengalaman masa lalu dengan gangguan mental sering kali berarti bahwa mekanisme koping yang dimiliki oleh individu tersebut mungkin tidak seefektif dalam menghadapi stres tambahan yang datang dengan kelahiran bayi baru.

Salah satu alasan utama mengapa riwayat gangguan mental meningkatkan risiko baby blues adalah karena adanya predisposisi biologis dan psikologis terhadap respons stres. Individu dengan riwayat depresi atau kecemasan mungkin memiliki sistem saraf yang lebih sensitif terhadap perubahan hormon postpartum, seperti penurunan tiba-tiba dalam estrogen dan progesteron, yang dapat mempengaruhi suasana hati.

Selain itu, pengalaman masa lalu dengan gangguan mental dapat membuat seseorang lebih waspada terhadap tanda-tanda awal dari perubahan suasana hati, yang bisa meningkatkan kecemasan dan ketidakpastian.

3. Lingkungan sosial kurang mendukung

foto: pixabay.com

Faktor psikososial berperan dalam gangguan baby blues. Ibu yang pernah mengalami gangguan mental mungkin memiliki pengalaman negatif dengan sistem dukungan atau mungkin merasa malu atau takut untuk mencari bantuan karena stigma yang terkait dengan kesehatan mental.

Hal ini bisa memperburuk isolasi dan meningkatkan perasaan tidak berdaya atau kewalahan setelah melahirkan. Dukungan yang kurang memadai dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan juga dapat memperburuk situasi, membuat ibu merasa tidak mendapatkan bantuan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan emosional pascapersalinan.

Kondisi genetik dan riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko, mereka bukanlah penentu tunggal. Banyak faktor lain seperti dukungan sosial, situasi kehidupan, dan kesehatan fisik ibu juga memiliki peran penting. Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif dan inklusif dalam mendukung kesehatan mental ibu baru sangat diperlukan untuk mengurangi risiko dan dampak baby blues serta untuk memastikan kesejahteraan ibu dan bayi.

Gejala baby blues

foto: pixabay.com

Secara umum ibu dengan gangguan baby blues akan mengalami:

1. Kesedihan
2. Kesulitan tidur
3. Mudah tersulut kemarahan
4. Sensitif pada hal tertentu sehingga mudah tersinggung
5. Kecemasan
6. Halusinasi untuk menyakiti bayi

Gejala terakhir dalam baby blues sangat jarang terjadi. Meskipun demikian, mungkin saja banyak pikiran-pikiran aneh terpikirkan oleh ibu baru. Wanita dengan gangguan psikologi parah, bahkan berkepanjangan perlu lebih diperhatikan. Terlebih saat depresi yang dirasakan sudah terdeteksi saat dia hamil.

Tips atasi baby blues

foto: pixabay.com

Mengatasi baby blues memerlukan pendekatan yang holistik, menggabungkan dukungan emosional, fisik, dan mental. Salah satu langkah penting adalah mencari dukungan dari orang-orang terdekat. Berbicara dengan pasangan, keluarga, atau teman tentang perasaan dan kekhawatiran dapat membantu meringankan beban emosional.

Tidak merasa sendirian dan mengetahui bahwa orang lain siap mendengarkan dan membantu bisa sangat menenangkan. Selain itu, bergabung dengan kelompok dukungan bagi ibu baru juga dapat memberikan rasa solidaritas dan berbagi pengalaman, yang dapat sangat membantu dalam mengurangi perasaan terisolasi.

Perawatan diri juga sangat penting dalam mengatasi baby blues. Menjaga kesehatan fisik dengan makan makanan bergizi, tetap terhidrasi, dan cukup istirahat adalah kunci. Meskipun mungkin sulit dengan adanya bayi baru, mencoba untuk tidur ketika bayi tidur bisa membantu. Aktivitas fisik ringan, seperti berjalan-jalan di luar rumah, dapat membantu meningkatkan suasana hati melalui pelepasan endorfin. Jika perasaan sedih dan cemas berlanjut atau memburuk, penting untuk mencari bantuan profesional dari konselor atau terapis yang berpengalaman dalam menangani kesehatan mental pascapersalinan. Intervensi dini dapat mencegah baby blues berkembang menjadi depresi pascapersalinan yang lebih serius.

Magang: Robiul Adil Robani

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags