Brilio.net - Pernahkah kamu merasa ada bagian dalam diri yang seolah terjebak di masa lalu? Dalam psikologi, kondisi tersebut dikenal dengan istilah Inner child yang menggambarkan aspek kepribadian seseorang yang masih seperti 'kekanak-kanakan', karena terbentuk dari pengalaman masa kecil.
Memiliki inner child sebagai bagian diri dapat mempengaruhi perilaku, emosi, dan hubungan sebagai orang dewasa tanpa disadari. Terkadang, inner child memberikan pengaruh buruk pada seseorang yang kerap menyalahkan orang tua atau orang lain.
BACA JUGA :
10 Alasan pasangan memilih selingkuh menurut psikologis, salah satunya butuh validasi
Oleh sebab itu, memahami inner child adalah langkah penting untuk mengenali pola pikir hingga perilaku yang mungkin menghambat perkembangan diri kamu. Pengalaman traumatis atau kurangnya pemenuhan kebutuhan emosional di masa kecil sering menjadi penyebab terbentuknya inner child yang terluka.
Dampaknya bisa beragam, mulai dari kesulitan menjalin hubungan hingga kecemasan berlebihan dalam menghadapi situasi tertentu. Bisa dibilang, inner child adalah cerminan dari bagaimana kamu diperlakukan dan apa yang dialami saat masih anak-anak, yang terus mempengaruhi cara kamu memandang dunia dan diri sendiri.
Untuk menyembuhkan inner child bukanlah proses yang mudah, namun sangat mungkin dilakukan dengan kesadaran maupun usaha yang tepat. Lantas apa saja penyebab serta cara menyembuhkannya? Berikut ulasan lengkapnya, seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Sabtu(24/8).
BACA JUGA :
30 Contoh soal psikotes masuk SMA, lengkap dengan pembahasannya
Pengertian inner child
foto: freepik.com
Inner child adalah konsep dalam psikologi yang merujuk pada bagian dari kepribadian seseorang yang masih mencerminkan sifat, emosi, dan pengalaman dari masa kanak-kanak. Hal ini merupakan representasi mental dari diri seseorang saat masih kecil yang terus hidup dalam alam bawah sadarnya sebagai orang dewasa.
Inner child terbentuk dari akumulasi pengalaman, baik positif maupun negatif yang dialami selama tahap-tahap awal perkembangan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl Jung lalu kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para psikolog dan psikoterapis lainnya.
Inner child dianggap sebagai sumber kreativitas, spontanitas, dan kegembiraan, tetapi juga dapat menjadi sumber ketakutan, kecemasan, maupun pola perilaku yang tidak sehat jika mengalami trauma atau pengabaian di masa lalu.
Meski begitu, inner child mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang dewasa. Misalnya, seseorang yang memiliki inner child yang terluka mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat, memiliki kepercayaan diri yang rendah, atau mengalami kecemasan berlebihan dalam situasi tertentu. Sebaliknya, seseorang dengan inner child yang sehat cenderung lebih mudah mengekspresikan emosi, lebih kreatif, dan lebih mampu menikmati hidup.
Penyebab inner child
foto: freepik.com
1. Pengabaian emosional.
Ketika kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi secara konsisten bisa menyebabkan inner child yang terluka. Pengabaian emosional terjadi ketika orang tua atau pengasuh gagal memberikan dukungan emosional, empati, atau validasi yang dibutuhkan anak. Anak-anak yang mengalami pengabaian emosional mungkin tumbuh dengan perasaan tidak berharga atau merasa tidak dicintai.
2. Pelecehan fisik atau emosional.
Pengalaman pelecehan, baik fisik maupun emosional, dapat meninggalkan luka mendalam pada inner child. Pelecehan fisik mencakup tindakan kekerasan langsung, sementara pelecehan emosional bisa berupa kritik berlebihan, penghinaan, atau manipulasi. Kedua jenis pelecehan ini dapat menyebabkan trauma jangka panjang dan mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
3. Trauma.
Peristiwa traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai, kecelakaan serius, atau menyaksikan kekerasan dapat meninggalkan bekas mendalam pada psikis anak. Trauma dapat 'membekukan' bagian dari diri anak pada usia tertentu, sehingga menyebabkan inner child yang terluka tetap ada bahkan setelah anak tersebut tumbuh dewasa.
4. Pola asuh yang tidak konsisten.
Ketidakkonsistenan dalam pola asuh, seperti orang tua yang kadang terlalu keras dan terlalu permisif ternyata dapat membingungkan anak dan menyebabkan ketidakamanan emosional. Hal bisa memicu adanya inner child yang kesulitan memahami batasan dan mengembangkan rasa aman.
5. Ekspektasi yang tidak realistis.
Orang tua atau pengasuh yang memiliki ekspektasi terlalu tinggi atau bahkan tidak sesuai dengan usia anak dapat menyebabkan anak merasa tidak mampu atau selalu gagal. Alhasil bisa menciptakan inner child dengan rasa tidak aman maupun rasa perfeksionis yang berlebihan.
6. Kurangnya validasi emosional.
Ketika perasaan anak secara konsisten diabaikan atau bahkan sering diremehkan, anak mungkin belajar untuk menekan emosinya. Akibatnya dapat menyebabkan inner child yang kesulitan mengekspresikan atau pun mengenali emosinya sendiri di kemudian hari.
7. Kehilangan.
Kehilangan orang tua, perceraian, atau perpisahan yang signifikan lainnya dapat menyebabkan rasa kehilangan dan abandonment yang mendalam pada anak. Hal seperti ini bisa memicu inner child dengan masalah attachment atau ketakutan akan ditinggalkan.
8. Bullying.
Pengalaman bullying atau penolakan dari teman sebaya dapat sangat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak, sehingga bisa menyebabkan inner child dengan masalah kepercayaan diri dan kesulitan dalam hubungan sosial.
9. Ketidakstabilan lingkungan.
Lingkungan yang tidak stabil, seperti sering pindah rumah, perubahan sekolah yang sering, atau ketidakstabilan finansial keluarga, dapat menyebabkan anak merasa tidak aman. Alhasil anak merasa tidak aman atau cemas tentang perubahan.
10. Tuntutan untuk "Dewasa Sebelum Waktunya".
Situasi di mana anak dipaksa untuk mengambil tanggung jawab orang dewasa terlalu dini, seperti merawat orang tua yang sakit atau menjaga saudara yang lebih kecil, bisa menyebabkan hilangnya masa kanak-kanak. Hal ini dapat menghasilkan inner child yang merasa kehilangan maupun merindukan pengalaman masa kecil yang normal.
Cara menyembuhkan inner child
foto: freepik.com
1. Mengakui keberadaan inner child.
Langkah pertama dalam menyembuhkan inner child ialah menyadari keberadaannya. Introspeksi mendalam untuk mengidentifikasi perasaan, pola pikir, atau perilaku yang mungkin berasal dari pengalaman masa kecil. Cobalah untuk mengingat kembali momen-momen penting dalam masa kecil kamu dan bagaimana perasaanmu saat itu. Praktek mindfulness atau meditasi dapat membantu dalam proses ini.
2. Belajar mendengarkan diri sendiri.
Setelah mengenali keberadaan inner child, langkah selanjutnya adalah belajar untuk mendengarkan 'suaranya'. Ini bisa dilakukan melalui teknik visualisasi, di mana kamu membayangkan diri kamu sebagai anak kecil dan berbicara dengannya. Tanyakan apa yang dia butuhkan, apa yang dia takutkan, dan apa yang membuatnya bahagia. Praktik ini dapat membantu kamu memahami kebutuhan emosional yang mungkin belum terpenuhi.
3. Mempraktikkan self-compassion.
Banyak orang dengan inner child yang terluka cenderung keras terhadap diri sendiri. Belajar untuk mempraktikkan self-compassion atau kasih sayang terhadap diri sendiri adalah langkah penting dalam penyembuhan.
4. Terapi profesional.
Bekerja dengan terapis atau konselor yang berpengalaman dalam menangani masalah inner child dapat sangat membantu. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR), atau terapi psikodinamik dapat membantu mengidentifikasi sekaligus mengatasi masalah yang berakar dari masa kecil.
5. Journaling.
Menulis jurnal merupakan cara efektif untuk mengeksplorasi perasaan maupun pengalaman terkait inner child. Cobalah menulis surat untuk diri kamu di masa lalu. Selain itu, mengekspresikan apa yang kamu rasakan sekarang hingga apa yang ingin kamu katakan pada diri kamu di masa lalu.
6. Memperbaiki hubungan.
Jika memungkinkan, cobalah untuk memperbaiki hubungan dengan orang-orang yang mungkin terlibat dalam pengalaman masa kecil yang sulit. Hal bisa melibatkan komunikasi terbuka, memaafkan, atau mencari pemahaman baru tentang situasi masa lalu.
7. Menerima.
Belajar untuk menerima pengalaman masa lalu tanpa menghakimi menjadi bagian penting dari proses penyembuhan inner child. Tidak berarti membenarkan perlakuan buruk yang mungkin kamu alami, tetapi lebih pada menerima bahwa itu terjadi dan fokus pada penyembuhan serta pertumbuhan.
8. Lakukan rutinitas self-care.
Merawat diri sendiri secara fisik dan emosional menjadi cara untuk menunjukkan cinta pada inner child kamu. Misalnya olahraga teratur, makan makanan bergizi, tidur cukup, hingga melakukan aktivitas yang membuat kamu merasa dihargai.
9. Mindfulness dan meditasi.
Praktik mindfulness maupun meditasi dapat membantumu tetap terhubung dengan perasaan dan kebutuhan inner child kamu. Teknik-teknik ini juga dapat membantu mengurangi stres maupun kecemasan yang sering dikaitkan dengan luka inner child.