Kisah awal merintis sistem bisnis.
BACA JUGA :
Dari kuliah sambil kerja jadi kurir, Isa Setyawan kini sukses dirikan brand fesyen
foto: Instagram/@umambento
Dahulu Umam pertama kali merantau sejak tahun 2011 ke Yogyakarta dengan berbekal tekad dan keberanian. Umam mendaftarkan diri ke Universitas Islam Indonesia (UII) dengan jalur beasiswa. Berlatar belakang keluarga yang sederhana Umam Bento memutuskan untuk menempuh jalur beasiswa agar bisa melanjutkan studi sarjana-nya. Pasalnya, keadaan ekonomi kedua orang tuanya tidak mencukupi untuk membiayai studi di UII. Terlebih Umam memiliki beberapa orang saudara sehingga ia harus mempertimbangkan banyak hal ketika berkuliah.
Pada 2011, Hairul Umam Bento pun mendaftarkan diri di UII dengan program beasiswa 'Mahasiswa Unggulan UII', dari 5.000 orang yang mendaftar, hanya 25 orang yang diterima dan 20 di antaranya harus bisa berbahasa Inggris dan Arab. Berbekal kemampuan kedua bahasa Asing itulah Umam Bento berhasil memperoleh beasiswa tersebut. Setelah itu, satu tahun di tanah rantau, Umam Bento memutuskan untuk memulai bisnisnya.
BACA JUGA :
Awalnya cuma modal Rp 100 ribu buat usaha, mantan kasir supermarket ini punya pabrik di usia 26 tahun
Tepatnya pada tahun 2012, di semester 2 perkuliahan Umam Bento memutuskan mencari nafkah seorang diri. Sebab, sejak awal semester Umam menyadari bahwa kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, dan kebutuhan lainnya membutuhkan biaya cukup besar meski tempat tinggal dan aktivitas kampus telah dibantu dengan beasiswa. Namun nampaknya tidak bisa mengcover seluruh kebutuhannya saat hidup di Yogyakarta. Terlebih kehidupan orang tua yang sudah cukup kesulitan menghidupi adik-adiknya dengan gaji guru maka Umam Bento memutar otak untuk mencari biaya hidup sendiri.
Bisnis pertamanya pun merupakan bentuk kerja sama dengan rekan kuliahnya. Dimana ia dan temannya mengelola sebuah kedai kopi dengan modal bersama. Modal awalnya pun dipertaruhkan dari uang pangkal beasiswa pemberian orang tua. Jadi, sebelum menerima beasiswa dari UII, orang tua mahasiswa harus memberikan uang pangkal sebesar Rp 7 juta rupiah kepada pihak kampus, nantinya setelah masuk kuliah, uang pangkal tersebut akan dikembalikan kepada mahasiswa lagi.
Usai menerima pengembalian uang pangkal sebesar Rp 7 juta itu, Umam Bento meminta izin kepada orang tuanya untuk menggunakan uang tersebut agar bisa memulai usahanya sendiri.
"Bapak, uang pangkal ini saya minta tolong saya tidak kembalikan ke bapak karena saya mau bikin usaha. Dan saya mau beli motor karena saya susah kemana-mana pakai sepeda saja," ujar Umam.
Atas permintaan tersebut, orang tua Umam memasrahkan uang itu untuk sang buah hatinya yang sedang di tanah rantau. Alhasil, dari uang pangkal itu Umam Bento bagi dua yakni Rp 3 juta untuk membeli motor dan Rp 4 juta untuk operasional kedai kopi yang baru diusahakannya bersama rekannya itu.
Total modal yang diperolehnya kala itu sebesar Rp8 juta hasil urunan bersama temannya, Umam Bento akhirnya mendirikan usaha pertamanya. Penghasilan kala itu pun tidak terlalu tinggi masih sekitar Rp700.000 per bulan. Bahkan pernah dalam sehari ia hanya memperoleh Rp7.000 meski begitu ia tidak pernah menyerah.
Selain itu, di samping menjalani kehidupan usaha kecilnya Umam Bento tak lupa kegiatan perkuliahan di universitas maupun kegiatan belajar di Pesantren Kampus. Meski pikirannya kala itu terpecah dia tetap berusaha dan memaksakan diri untuk memperjuangkan bisnisnya. Berbekal keyakinan dan memaksakan diri untuk melakukan berbagai aktivitas, terbukti kesuksesan bisa diraihnya. Bagi Umam Bento, sesuatu yang dipaksakan akan menjadi sebuah kebiasaan yang membuatnya terbiasa menjalani rutinitas padat.
"Sesuatu yang dipaksakan, itu akan terbiasa. Sama halnya dengan memaksakan diri membangun usaha sekaligus kuliah," tuturnya tegas.
Keberanian membangun wadah bisnis yang lebih besar.
foto: Instagram/@umambento
Usaha pertamanya itu pun terus berjalan, walau kala itu pendapatan yang diperoleh terbilang kecil namun cukup untuk menghidupi kebutuhan makan sehari-hari. Berselang 3 sampai 4 tahun berjalan, bisnis kedai kopi menunjukkan prospek yang cukup signifikan. Kemudian, pada 2019 ia mulai berpikir untuk memulai holding (sistem bisnis) di mana menjadi wadah untuk mengelola uang investasi menjadi berbagai brand kedai kopi dan restoran.
Wadah bisnis yang dibangun Umam Bento pun tidak mudah, butuh upaya, kerja keras, kecerdasan, dan bukti nyata yang bisa ia tunjukkan kepada publik maupun pada partner kerjasamanya. Bertahun-tahun sistem yang dibangunnya ternyata memberikan bukti nyata bagi masyarakat di mana omset yang diperoleh dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Bahkan bisa menjadi wadah lapangan kerja bagi anak muda. Terlebih setiap kedai yang dibangunnya selalu ramai pengunjung sehingga banyak yang tertarik untuk bekerja sama dengannya.
Menariknya, hampir 80 kedai kopi yang dikelolanya tidak ada satupun mengatasnamakan nama pribadinya. Seluruh kedai kopi yang dibangunnya menjadi milik investor. Baginya menjadi pengelola yang bisa mengatur operasional kedai kopi dan restoran agar tetap hidup adalah hal utama.
Alhasil, kerjasama pertama, kedua, ketiga, yang dilakukan oleh Umam Bento terus dilirik oleh partnernya. Berkat review partner kerja dari mulut ke mulut berbagai pihak mulai melirik kinerja Umam Bento dalam mengelola timnya sehingga berhasil dipercayai oleh para pemilik modal.
"Dari mulut ke mulut, orang bisa liat bukti nyatanya," tutur Umam Bento.
"Trust itu mengalir, ketika orang percaya ia akan mengalir ke orang lain. Makanya sejak awal bangun yang saya andalkan adalah kepercayaan itu, itu salah satu kunci bisa membagun perusahaan seperti sekarang," Lanjutnya.
Kunci keberhasilan membangun sistem bisnis.
foto: Instagram/@umambento
Selain kepercayaan, hal penting dalam sebuah bisnis adalah sumber daya manusia di dalamnya. Menurut Umam, keberhasilan wadah bisnis yang dibangunnya itu sangat tidak mungkin terjadi jika tanpa bantuan dari sumber daya manusia yang mumpuni. Baginya, dana memang penting namun yang jauh lebih penting adalah SDM atau kemampuan manusia yang mampu mengelola kedai tersebut.
"SDM itu penting, saya mau anak-anak saya (tim) itu punya skill yang bisa membangun kedai. Saya mau tim bisa punya pengetahuan dan pengalaman yang luas supaya setiap kedai selalu upgrade kualitas."
"Pertumbuhan bisnis itu cepat jadi kunci utama suatu bisnis bisa growth adalah SDM yang berkualitas, sehingga tantangan saya adalah membangun SDM yang dari bawah ini menjadi berkualitas dan punya skill yang mumpuni."
"Semakin bagus SDM-nya semakin bagus perusahaannya."
"Semakin banyak kesejahteraan yang diberikan ke masyarakat semakin banyak pula kepercayaan rezeki yang Allah berikan," tegasnya.
Harapan dan target kedepannya.
foto: Instagram/@umambento
Terus mengembangkan kompetensi adalah hal yang wajib dilakukan. Begitu pula dengan Umam Bento, baginya memperluas pengetahuan dan jaringan menjadi hal penting ketika berbisnis. Oleh sebab itu, ia berharap agar bisa membangun bisnisnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Ia berambisi untuk bisa mengekspansi bisnisnya hingga ke Mancanegara.
"Target ke depannya di 2025 kita berharap selesai mengekspansi bisnis ke seluruh Indonesia. Di tahun 2026 kita ekspansi bisnis di Luar Negeri khususnya di wilayah Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Singapura dan negara-negara Asia yang masih se-vibes di Indonesia," ucapnya menerangkan.
Selain itu, ia juga memberikan sebuah petuah bahwa sebagai anak muda terus belajar mengembangkan kompetensi dan manajemen waktu merupakan dua hal penting. Pasalnya ketika memiliki skill yang mumpuni dan mampu mengelola waktu maka kesuksesan itu akan menyertai seseorang.
"Anak muda itu harus bergerak, harus belajar dan tidak perlu takut. Terus saja jalan, apapun yang anak muda inginkan kerjakan dari semudah mungkin untuk masa gagalnya diambil lebih dulu. Mulai saja," tegasnya.
"Orang yang hebat adalah orang yang bisa mengatur waktu. Harus bergerak, konsisten, dan manajemen waktu yang baik," imbuhnya.