1. Home
  2. ยป
  3. Ragam
24 September 2024 17:10

Kecelakaan di jalur rel kerap terjadi, ini 5 alasan kenapa kereta api nggak bisa berhenti mendadak

Ketika kereta melaju, tenaga yang dibutuhkan untuk menghentikannya akan sangat besar. Dwiyana Pangesthi
foto: pixabay.com/652234 ; NoName_13

Brilio.net - Kecelakaan di jalur rel kereta api memang sering terjadi, terutama di area yang tidak dijaga atau dekat pemukiman. Baru-baru ini, insiden tragis kembali terjadi di Kabupaten Karawang, di mana empat warga tewas tertabrak kereta api. Meskipun kereta sudah memberikan peringatan dengan klakson berulang kali, para korban tidak sempat menghindar.

Kejadian semacam ini menimbulkan pertanyaan, mengapa kereta api tidak bisa berhenti mendadak ketika melihat ada orang di rel? Faktanya, kereta api memang memiliki keterbatasan fisik dan teknis yang membuatnya sulit untuk berhenti secara cepat. Agar lebih paham, yuk kita bahas alasan-alasan utama di balik sulitnya kereta api berhenti mendadak.

BACA JUGA :
Subsidi KRL bakal diubah berbasis NIK, pahami perubahan skema dan tarifnya


Berat dan kecepatan kereta yang sangat besar menjadi salah satu penyebab utamanya. Selain itu, ada juga faktor sistem pengereman yang membutuhkan waktu untuk bekerja dengan maksimal.

Berikut brilio.net himpun dari berbagai sumber, Selasa (24/9), lima alasan kenapa kereta api tidak bisa berhenti mendadak, meskipun terlihat darurat.

1. Inersia yang sangat besar.

BACA JUGA :
Dioperasikan tanpa pengemudi, ini spesifikasi kereta otonom tanpa rel di IKN

foto: pixabay.com/Engin_Akyurt

Inersia adalah kecenderungan objek untuk mempertahankan gerakannya, dan ini berlaku pada kereta api. Kereta memiliki massa yang sangat besar, terutama ketika membawa banyak gerbong dan muatan.

Semakin besar massanya, semakin sulit menghentikan gerakannya. Ketika kereta melaju, tenaga yang dibutuhkan untuk menghentikannya akan sangat besar. Inilah kenapa kereta membutuhkan jarak yang jauh sebelum bisa benar-benar berhenti.

Menurut Kementerian Perhubungan, kereta api bisa membutuhkan hingga 1,5 kilometer untuk berhenti sepenuhnya setelah rem diaktifkan, tergantung pada kecepatan dan kondisi jalur. Jadi, walaupun masinis melihat bahaya di depan, mereka tidak bisa langsung menghentikan kereta secara instan.

2. Jarak rem yang panjang.

Kereta api bergerak dengan kecepatan tinggi, apalagi jika melintas di jalur antar kota. Sistem pengereman kereta memang dirancang untuk bekerja secara bertahap, karena rem yang terlalu cepat bisa menyebabkan kereta tergelincir atau bahkan terguling. Jarak rem yang panjang ini membuat kereta membutuhkan ruang lebih banyak dibanding kendaraan biasa.

Sebuah studi dari The Federal Railroad Administration (FRA) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kereta penumpang bisa butuh sekitar 1 kilometer untuk berhenti, sementara kereta barang bisa memerlukan jarak yang lebih jauh lagi. Hal ini membuktikan bahwa kereta tidak bisa serta-merta berhenti begitu rem ditarik.

3. Sistem pengereman yang bertahap.

foto: pixabay.com/Tama66

Kereta api menggunakan sistem rem udara atau pneumatik yang membutuhkan waktu untuk mengalirkan tekanan ke seluruh gerbong. Sistem ini tidak bisa bekerja secepat rem pada kendaraan pribadi seperti mobil. Karena itu, meskipun masinis menarik rem, butuh beberapa detik hingga seluruh gerbong mulai melambat.

Sistem pengereman bertahap ini membantu menghindari tergelincirnya roda di atas rel, terutama jika rel sedang basah atau licin. International Union of Railways (UIC) menyebutkan bahwa kereta dirancang untuk melakukan pengereman secara perlahan demi menjaga stabilitas dan keamanan.

4. Kondisi rel yang minim gesekan.

Rel kereta api didesain untuk memiliki sedikit gesekan agar kereta bisa melaju dengan lebih efisien. Namun, minimnya gesekan ini juga menjadi salah satu alasan kenapa kereta sulit untuk berhenti mendadak. Roda besi yang melaju di atas rel baja menghasilkan sedikit sekali hambatan, sehingga kereta bisa terus melaju meskipun sudah mulai melakukan pengereman.

Di kondisi tertentu, seperti saat hujan atau ketika rel licin, gesekan menjadi lebih sedikit lagi. Ini membuat pengereman semakin sulit. Dalam kondisi seperti ini, risiko tergelincirnya roda bisa meningkat jika pengereman terlalu cepat.

5. Keamanan penumpang.

foto: freepik.com/NoName_13

Pengereman mendadak bukan hanya berbahaya untuk kereta itu sendiri, tetapi juga untuk penumpang di dalamnya. Jika kereta tiba-tiba berhenti, gaya inersia yang besar bisa menyebabkan penumpang terlempar dari kursi atau bahkan mengalami cedera serius. Oleh karena itu, pengereman pada kereta harus dilakukan secara perlahan untuk menjaga keselamatan semua orang di dalamnya.

Badan Kereta Api Nasional Inggris melaporkan bahwa kecelakaan akibat pengereman mendadak berpotensi menimbulkan lebih banyak korban di dalam kereta. Inilah mengapa masinis selalu melakukan pengereman bertahap untuk menghindari risiko kecelakaan yang lebih besar.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags