Brilio.net - Kecelakaan beruntun di jalan tol sering kali terjadi saat kondisi hujan, seperti yang terjadi di ruas Tol Cipularang KM 92 arah Jakarta pada Senin (11/11). Insiden yang melibatkan 17 kendaraan ini, termasuk truk, minibus, dan mobil pribadi, terjadi sekitar pukul 15.40 WIB.
Berdasarkan video yang beredar di media sosial dari dashcam mobil yang hendak berhenti akibat jalanan macet, terlihat truk bermuatan kardus melaju di lajur kanan, tetapi tampaknya kehilangan kendali saat mencoba melambat. Kondisi jalan yang licin mempersulit pengemudi truk tersebut untuk menghentikan kendaraan, hingga akhirnya menabrak beberapa mobil yang berada di depannya.
BACA JUGA :
5 Fakta kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 92, ada kendaraan sampai keluar jalur
Melansir dari Antara News, pihak Kepolisian Daerah Jawa Barat menyebutkan bahwa kecelakaan ini disebabkan oleh truk bermuatan berat yang mengalami rem blong. Kegagalan sistem pengereman, ditambah dengan kondisi jalan yang basah, membuat truk tidak bisa dikendalikan yang akhirnya menabrak lebih dari lima kendaraan di depannya.
Bila menelisik peristiwa naas tersebut, kondisi ini bisa dikaitkan dengan aquaplaning, yaitu situasi di mana mobil kehilangan kendali akibat kondisi jalan yang basah. Nah, supaya lebih aware lagi, yuk kulik lebih dalam perihal aquaplaning dan penyebabnya, seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (12/11)
Apa itu aquaplaning?
BACA JUGA :
5 Contoh teks laporan kecelakaan, lengkap dengan definisi, fungsi, dan formatnya
foto: freepik.com/ArtPhoto_studio
Aquaplaning adalah kondisi berbahaya yang sering terjadi saat kendaraan melaju di jalanan basah akibat hujan. Kondisi ini terjadi ketika lapisan air yang cukup tebal terbentuk di permukaan jalan, sehingga ban kendaraan kehilangan traksi atau daya cengkeramnya pada aspal.
Ketika traksi hilang, kendaraan sulit untuk dikendalikan karena ban tidak lagi menyentuh langsung permukaan jalan, melainkan mengapung di atas lapisan air tersebut. Situasi ini sangat berbahaya, karena pengemudi bisa kehilangan kendali penuh terhadap kemudi, pengereman, ataupun percepatan, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan.
Apa saja penyebab aquaplaning?
foto: freepik.com/freestockcenter
Aquaplaning bisa terjadi karena beberapa sebab, mulai dari kondisi cuaca hingga kondisi kendaraan, adapun faktor penyebab terjadi aquaplaning diantaranya:
1. Kondisi ban yang sudah aus.
Ban merupakan komponen terpenting untuk mencegah aquaplaning. Ban yang sudah aus (botak) akan kehilangan kemampuan untuk mengalirkan air melalui alur-alurnya. Alur pada ban dirancang khusus untuk membuang air ke samping saat berkendara di permukaan basah.
Ketika kedalaman alur ban sudah berkurang, kemampuan membuang air ini menurun drastis. Akibatnya, air akan terperangkap di antara ban dan permukaan jalan, menciptakan kondisi sempurna untuk terjadinya aquaplaning. Para ahli merekomendasikan untuk mengganti ban ketika kedalaman alurnya kurang dari 1.6mm.
2. Tekanan ban yang tidak sesuai.
Tekanan ban yang terlalu rendah atau terlalu tinggi sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya aquaplaning. Ban dengan tekanan rendah akan melebar di bagian tengah, mengurangi efektivitas alur ban dalam membuang air.
Sebaliknya, tekanan ban yang terlalu tinggi membuat permukaan ban yang bersentuhan dengan jalan menjadi lebih sempit, mengurangi daya cengkeram ban pada permukaan jalan basah. Penting untuk selalu memeriksa tekanan ban secara rutin dan memastikannya sesuai dengan rekomendasi pabrikan kendaraan.
3. Kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi.
Faktor kecepatan menjadi penyebab utama terjadinya aquaplaning. Semakin cepat kendaraan melaju, semakin sedikit waktu yang dimiliki ban untuk membuang air dari permukaannya. Pada kecepatan tinggi, air tidak memiliki cukup waktu untuk mengalir melalui alur ban, sehingga terbentuklah lapisan air antara ban dan jalan. Para ahli menyarankan untuk mengurangi kecepatan minimal 30% dari batas kecepatan normal saat berkendara di jalan basah atau hujan.
4. Kedalaman genangan air.
Genangan air yang dalam meningkatkan risiko aquaplaning secara signifikan. Bahkan genangan air sedalam 2-3 milimeter sudah cukup untuk menyebabkan aquaplaning jika kombinasi faktor lainnya mendukung. Semakin dalam genangan air, semakin besar volume air yang harus dibuang oleh alur ban. Kondisi ini diperparah jika ada tambahan air hujan yang turun, karena menambah volume air yang harus diatasi oleh ban. Sebisa mungkin hindari genangan air dalam atau cari jalur alternatif yang lebih kering.
5. Kondisi permukaan jalan.
Kualitas dan kondisi permukaan jalan sangat mempengaruhi risiko aquaplaning. Jalan yang permukaannya sudah aus, berlubang, ataupun tidak rata akan menahan air lebih banyak dibandingkan jalan dengan permukaan yang baik. Selain itu, jalan yang tidak memiliki kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air ke saluran pembuangan akan lebih mudah tergenang. Permukaan jalan yang licin karena polusi maupun oli yang tercampur dengan air hujan juga meningkatkan risiko terjadinya aquaplaning.
6. Lebar ban kendaraan.
Ban yang lebih lebar sebenarnya memberikan traksi yang lebih baik pada kondisi kering, namun justru meningkatkan risiko aquaplaning pada kondisi basah. Ban yang lebih lebar membutuhkan lebih banyak upaya untuk membuang air dari permukaannya karena area kontak dengan jalan yang lebih besar. Mobil sport dengan ban lebar lebih rentan mengalami aquaplaning dibandingkan mobil biasa dengan ban standar. Hal ini perlu menjadi pertimbangan khusus bagi pemilik kendaraan dengan ban berukuran lebar.
7. Berat dan distribusi beban kendaraan.
Berat kendaraan dan cara beban didistribusikan mempengaruhi kemungkinan terjadinya aquaplaning. Kendaraan yang terlalu ringan di bagian depan lebih mudah mengalami aquaplaning karena kurangnya tekanan pada ban depan untuk membelah air.
Sebaliknya, distribusi berat yang tidak merata karena muatan berlebih di satu sisi juga bisa meningkatkan risiko aquaplaning. Penting untuk memperhatikan kapasitas angkut kendaraan sekaligus mendistribusikan beban secara merata untuk mengurangi risiko ini.
Cara mencegah terjadinya aquaplaning
foto: freepik.com/ArtPhoto_studio
1. Kurangi kecepatan saat hujan.
Pengurangan kecepatan merupakan cara paling efektif untuk mencegah aquaplaning. Usahakan untuk mengurangi kecepatan setidaknya 30% dari batas normal saat kondisi jalan basah. Misalnya, jika biasanya kamu berkendara dengan kecepatan 80 km/jam, turunkan menjadi sekitar 55-60 km/jam saat hujan.
Semakin lambat kendaraan melaju, semakin banyak waktu yang dimiliki ban untuk membuang air dan mempertahankan kontak dengan permukaan jalan. Selain itu, kecepatan rendah juga memberikan waktu reaksi lebih banyak jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
2. Jaga kondisi ban tetap optimal.
Periksa kondisi ban secara rutin, minimal sebulan sekali. Pastikan kedalaman alur ban masih di atas 1.6mm atau sesuai standar pabrikan. Ban dengan alur yang dalam akan lebih efektif membuang air dan mencegah aquaplaning. Lakukan rotasi ban setiap 10.000 kilometer untuk memastikan keausan yang merata. Jangan lupa untuk memeriksa kondisi bearing dan balancing ban agar performa ban tetap optimal dalam membuang air.
3. Perhatikan tekanan ban.
Selalu jaga tekanan ban sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Periksa tekanan ban dalam keadaan dingin, minimal seminggu sekali. Ban dengan tekanan yang tepat akan memaksimalkan permukaan kontak dengan jalan dan membantu alur ban bekerja efektif membuang air. Terlalu rendah atau terlalu tinggi sama-sama berbahaya. Jika membawa beban lebih, sesuaikan tekanan ban seperti yang tertera di manual kendaraan.
4. Hindari genangan air.
Perhatikan kondisi jalan di depan dan hindari genangan air jika memungkinkan. Jika terpaksa harus melewati genangan, kurangi kecepatan secara bertahap sebelum mencapai genangan, bukan saat sudah berada di atasnya. Perhatikan kendaraan lain yang melewati genangan tersebut untuk memperkirakan kedalamannya. Jika ragu dengan kedalaman genangan, lebih baik cari jalan alternatif.
5. Jaga jarak aman dengan kendaraan lain.
Tingkatkan jarak dengan kendaraan di depan saat kondisi hujan. Jarak aman yang direkomendasikan adalah minimal 4 detik dari kendaraan di depan, berbeda dengan kondisi normal yang biasanya 2-3 detik. Jarak yang lebih jauh memberikan waktu reaksi lebih banyak jika terjadi aquaplaning pada kendaraan di depan. Selain itu, semprotan air dari kendaraan di depan juga bisa mengurangi jarak pandang.
6. Rawat sistem suspensi.
Pastikan sistem suspensi kendaraan dalam kondisi baik. Shock absorber yang aus akan membuat kendaraan tidak stabil saat melewati genangan air. Periksa kondisi shock absorber, pegas, dan komponen suspensi lainnya secara berkala. Sistem suspensi yang baik membantu ban tetap menempel ke permukaan jalan serta memaksimalkan kemampuan ban membuang air.
7. Gunakan fitur keselamatan dengan tepat.
Pahami cara kerja fitur keselamatan di kendaraanmu seperti ABS, ESP, atau Traction Control. Meski fitur ini tidak mencegah aquaplaning secara langsung, fitur ini bisa membantu mengendalikan kendaraan saat terjadi kehilangan traksi. Pastikan semua fitur ini berfungsi dengan baik dan aktif saat berkendara di kondisi hujan.
8. Perhatikan kondisi wiper.
Jaga kondisi wiper tetap baik untuk memaksimalkan visibilitas saat hujan. Ganti karet wiper minimal setahun sekali atau saat mulai terlihat tanda-tanda keausan. Wiper yang berfungsi baik akan membersihkan kaca dari air hujan secara efektif, membantu kamu melihat kondisi jalan dengan lebih jelas dan mengantisipasi genangan air.
9. Pilih ban sesuai kondisi.
Gunakan ban yang sesuai dengan musim dan kondisi jalan di daerahmu. Ban dengan pattern yang dirancang untuk musim hujan akan lebih efektif mencegah aquaplaning. Perhatikan juga umur ban, karena ban yang terlalu tua meski masih tebal bisa kehilangan kemampuan optimalnya dalam mencengkeram jalan basah.
10. Perhatikan beban kendaraan.
Distribusikan beban di kendaraan secara merata. Hindari membebani satu sisi kendaraan secara berlebihan karena bisa mempengaruhi kemampuan ban membuang air. Perhatikan juga kapasitas maksimal kendaraan karena kelebihan beban bisa mempengaruhi performa ban dan meningkatkan risiko aquaplaning.