Brilio.net - Perkembangan teknologi nampaknya tidak selalu berimbas baik bagi masyarakat. Pasalnya beberapa orang tidak bertanggung jawab justru memanfaatkan artificial intelligence (AI) untuk melakukan berbagai kejahatan cyber. Seperti kasus deepfake yang marak terjadi di Korea Selatan.
Melansir dari Reuters, saat ini Kepolisian Korea Selatan tengah gencar memburu siapa saja yang menyebarkan sekaligus membuat video deepfake berbau pornografi yang disebarkan melalui pesan Telegram. Diketahui melalui AI tersebut, video, suara, gambar diubah dan dimanipulasi menjadi video yang tidak senonoh.
BACA JUGA :
Phising adalah peretasan data secara online, ini tips menghindarinya
Tak jarang beberapa wanita bahkan idol sekalipun pernah menjadi korban kejahatan deepfake. Tak jarang pula, anak dibawah umur kerap menjadi korban akan kejahatan online ini. Dikutip dari The Guardian, Kepolisian Korsel telah menemukan 297 kasus kriminal deepfake bernuansa seks yang dilaporkan dalam 7 bulan pertama di 2024 ini.
Jumlah kasus tersebut ternyata naik dari angka 180 kasus tahun 2023 dan dua kali lipat tahun 2021. Mencengangkan dari 178 pelaku kejahatan kriminal deepfake seks, 113 orang diantaranya ialah remaja. Kasus deepfake yang kian mewabah di Korsel membuat para wanita di Negeri Ginseng tersebut ramai-ramai menghapus foto di medsos.
Di Indonesia sendiri, kasus deepfake memang belum semasif di Korea Selatan. Meski begitu, sebaiknya tetap waspada agar terlindungi oleh kejahatan cyber seperti ini. Melansir dari data Badan SIber dan Sekuriti Negara (BSSN) tercatat Indonesia kerap kena serangan cyber. Pada 2023 saja, tercatat ada 209 juta kasus, meningkat 24% dibandingkan tahun sebelumnya.
BACA JUGA :
4 Cara cek rekening penipu online dengan mudah, lebih waspada
Sementara untuk kasus deepfake di Indonesia pernah terjadi pada 2023 lalu, di mana tersebar informasi palsu secara global yang berpotensi menggiring opini publik, terkait video deepfake yang menayangkan Presiden Joko Widodo yang fasih berbahasa Mandarin. Meski terkesan sederhana, namun kasus-kasus deepfake seperti ini bisa jadi terjadi terus-menerus yang merugikan masyarakat Indonesia.
Supaya terhindari dari hal-hal buruk terkait AI, sebaiknya lakukan perlindungan diri agar tidak mengalami kasus penipuan online seperti deepfake ini. Lantas bagaimana cara melindungi diri dari modus penipuan ini? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini, dilansir brili.net dari berbagai sumber pada Jumat (6/9).
Cara melindungi diri dari modus penipuan
foto: freepik.com/rawpixel.com
Modus penipuan semakin berkembang dengan teknologi dan perubahan zaman, sehingga melindungi diri dari ancaman ini menjadi hal yang sangat penting. Penipuan deepfake dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti telepon, pesan singkat, email, hingga platform media sosial.
Agar tidak menjadi korban, penting untuk mengetahui berbagai langkah yang bisa diambil untuk melindungi diri dari modus-modus tersebut. Yuk simak ulasan di bawah ini!
1. Kenali tanda-tanda deepfake.
Deepfake yakni teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat video, gambar, atau suara yang tampak realistis, namun sebenarnya palsu. Salah satu cara melindungi diri dari penipuan deepfake ialah dengan mengenali tanda-tandanya.
Deepfake sering kali memiliki ketidaksesuaian visual, seperti gerakan bibir yang tidak sinkron dengan suara, perbedaan pencahayaan pada wajah, atau ekspresi wajah yang tampak kaku. Selain itu, perhatikan suara yang terdengar terlalu monoton atau datar, yang bisa jadi merupakan hasil sintesis AI. Jika kamu menemukan video maupun rekaman suara yang tampak mencurigakan, lakukan pengecekan lebih lanjut untuk memverifikasi keasliannya.
2. Verifikasi sumber informasi.
Cara lain untuk melindungi diri dari deepfake ialah dengan selalu memverifikasi sumber informasi yang kamu terima. Banyak penipuan deepfake menyebar melalui media sosial atau platform berbagi video tanpa validasi dari sumber yang dapat dipercaya.
Jika kamu menemukan video yang tampak mencurigakan, pastikan untuk mencari tahu dari mana asalnya. Periksa apakah video tersebut diterbitkan oleh sumber berita yang terpercaya atau oleh orang yang kamu kenal dan percayai. Jangan mudah percaya pada video yang berasal dari akun anonim serta sumber yang tidak jelas.
3. Gunakan alat deteksi deepfake.
Kemajuan teknologi juga memungkinkan pengembangan alat yang dapat mendeteksi video deepfake. Beberapa alat ini menggunakan algoritma yang dirancang untuk mendeteksi tanda-tanda manipulasi pada gambar dan suara. Beberapa platform media sosial maupun perusahaan teknologi besar telah mengembangkan sistem otomatis untuk memindai dan menandai konten deepfake yang terdeteksi.
Penggunaan alat deteksi ini bisa menjadi langkah tambahan yang membantu dalam melindungi diri dari modus penipuan. Sebelum menyebarkan informasi, kamu bisa memanfaatkan alat-alat ini untuk memeriksa apakah video maupun rekaman suara yang kamu terima telah dimanipulasi secara digital.
4. Jangan mudah tergoda dengan iming-iming.
Penipuan deepfake sering kali digunakan untuk tujuan kriminal, termasuk penipuan keuangan. Misalnya, seseorang mungkin membuat video yang menampilkan seorang tokoh terkenal atau anggota keluarga yang meminta bantuan keuangan maupun informasi sensitif.
Agar tidak menjadi korban, jangan pernah memberikan informasi pribadi hanya berdasarkan video serta pesan yang mencurigakan. Sebelum merespons, coba hubungi orang yang bersangkutan melalui saluran komunikasi yang berbeda, seperti teleponn atau pesan langsung, untuk memastikan bahwa permintaan tersebut benar-benar berasal dari mereka.
5. Tingkatkan literasi digital.
Cara paling efektif untuk melindungi diri dari penipuan deepfake yakni dengan meningkatkan literasi digital. Semakin kamu memahami teknologi dan bagaimana modus penipuan bekerja, semakin kecil kemungkinan kamu menjadi korban. Ikuti perkembangan terbaru tentang teknologi deepfake serta cara mengidentifikasinya.
Sering kali, pengetahuan ini dapat membantu kamu tetap waspada sekaligus mencegah dari penipuan. Selain itu, ajarkan orang-orang di sekitar kamu, seperti keluarga dan teman, tentang bahaya deepfake maupun cara mengenalinya. Dengan demikian, kamu dapat berkontribusi dalam membangun lingkungan digital yang lebih aman serta lebih waspada terhadap potensi penipuan.
6. Gunakan watermark digital.
Jika kamu seorang content creator atau publik figur, sebaiknya gunakan watermark digital pada konten-konten yang kamu buat. Hal ini dapat membantu memverifikasi keaslian konten sekaligus mencegah dari orang yang tidak bertanggungjawab jawab dalam membuat video deepfake terkait dirimu.
7. Laporkan jika terindikasi terkena penipuan.
Jika kamu mengalami atau mencurigai adanya penipuan, segera laporkan kepada pihak berwenang, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau lembaga perlindungan konsumen. Melaporkan penipuan tidak hanya melindungi kamu, tetapi juga membantu mencegah penipuan serupa terjadi pada orang lain.
Banyak penipu yang memanfaatkan kelalaian serta ketidakpedulian korban dalam melaporkan kasus, sehingga mereka terus beraksi tanpa terdeteksi. Pastikan kamu mencatat semua bukti maupun informasi yang relevan untuk membantu pihak berwenang dalam penyelidikan.