Brilio.net - Seorang penyintas polio dari Amerika Serikat, Paul Alexander, yang dikenal sebagai "The Man in The Iron Lung", meninggal dunia pada Senin, 11 Maret 2024, di Texas. Paul Alexander tutup usia pada usia 78 tahun. Meskipun penyebab kematiannya tidak secara eksplisit disebutkan, Paul Alexander telah mengalami sejumlah tantangan kesehatan sebelum meninggal dunia. Pada akhir Februari, ia dilarikan ke rumah sakit setelah dinyatakan positif COVID-19. Meskipun telah keluar dari rumah sakit, manajernya melaporkan bahwa Paul mengalami kesulitan untuk makan dan minum.
Paul tertular penyakit polio saat berusia 6 tahun di musim panas 1952, ketika tinggal di Texas. Infeksi polio tersebut menyebabkan ia kehilangan kemampuan bergerak dari leher ke bawah dan membuatnya tidak dapat bernapas secara mandiri. Dokter kemudian memasukkannya ke dalam sebuah alat bernama paru-paru besi, yang pada saat itu merupakan teknologi pendukung kehidupan tercanggih bagi pasien yang mengalami kesulitan bernapas.
BACA JUGA :
Momen cewek terpaksa cuci lambung ini bikin yang lihat ikutan ngilu, penyebabnya perlu diwaspadai
foto: GOFUNDME
Untuk menggunakan alat tersebut, Paul harus masuk ke dalam tabung silinder untuk waktu yang lama. Bahkan meskipun ventilator pada 1960-an sudah menggantikan silinder paru-paru besi seperti yang digunakan oleh Paul, ternyata dia tetap memilih untuk tinggal di dalam silinder paru-paru besi tersebut. Paul mengatakan bahwa dia sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Sama seperti kebanyakan penyintas polio yang ditempatkan di dalam tabung besi pada masa itu, perkiraan awalnya adalah bahwa Paul tidak akan bertahan lama.
BACA JUGA :
11 Penyebab herpes pada anak, kenali gejala dan ketahui cara pencegahannya
Namun, Paul berhasil bertahan selama puluhan tahun, jauh setelah penemuan vaksin polio pada 1950-an yang berhasil memberantas penyakit tersebut di dunia Barat. Selain itu, hidup dalam silinder paru-paru besi tidak pernah meredam semangat hidup Paul Alexander. Dia tetap melanjutkan pendidikannya dengan dibantu oleh tutor yang selalu berada di sisinya. Meskipun menghadapi berbagai tantangan selama bertahun-tahun, pada usia 21 tahun, ia berhasil meraih ijazah sekolah menengah atas.
foto: DailyMail
Tidak berhenti di situ, Paul terus mengejar pendidikan tinggi. Pada 1978, ia meraih gelar sarjana dari University of Texas. Setelah itu, pada 1984, ia berhasil meraih gelar sarjana hukum. Meskipun hidupnya terbatas oleh kondisi fisiknya, Paul tidak membiarkan hal tersebut menghalangi ambisi dan impian masa depannya. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, ia memasuki dunia profesional sebagai seorang pengacara dan bekerja dengan penuh dedikasi selama beberapa dekade.
Apa itu penyakit polio.
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan, virus polio termasuk dalam kategori Human Enterovirus yang berkembang biak di dalam usus dan diekskresikan melalui tinja. Virus polio terdiri dari tiga jenis, yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon) yang semuanya termasuk dalam keluarga Picornaviridae. Infeksi virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan merusak neuron motorik di bagian cornu anterior sumsum tulang belakang.
Polio bisa menyerang pada usia berapa pun, namun, cenderung lebih sering menjangkiti anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, menyebabkan lumpuh pada ratusan ribu anak setiap tahunnya. Namun, pada 1950-an dan 1960-an, polio berhasil dikendalikan dan hampir dieliminasi sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industri, berkat diperkenalkannya vaksin yang efektif.
Penyakit polio menular melalui kontak dari orang ke orang. Ketika seseorang terinfeksi virus polio, virus tersebut memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak di dalam usus. Setelah itu, virus dikeluarkan dari tubuh melalui tinja dan dapat menyebar di lingkungan sekitar. Di tempat dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk, seperti lingkungan yang tidak higienis, penyebaran virus polio dapat terjadi dengan cepat dalam komunitas.
Penyebab dan gejala polio.
foto: freepik.com
Paul Alexander tertular pada usia 6 tahun, polio memang cenderung lebih rentang menyerang anak-anak daripada orang dewasa. Namun, virus tersebut akan terus ada hingga seorang anak tumbuh dewasa jika tidak ditangani dengan cepat. Sehingga kamu perlu paham gejala dan penyebab virus polio yang jarang diketahui dan diabaikan hanya karena sudah hidup bersih. Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Kamis (14/3), mari kenali gejala dan penyebab polio.
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Umumnya, penularan terjadi melalui kontak langsung atau konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi oleh feses yang mengandung virus polio. Meskipun tanpa gejala, pengidap polio masih dapat menyebarkan virus polio kepada orang lain. Biasanya, virus ini disebabkan di antaranya karena kurangnya sanitasi yang bersih, ibu hamil yang mengidap HIV positif, dan anak-anak yang tidak divaksinasi.
Selain itu, setiap individu yang terkena penyakit polio dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Bahkan, sebagian besar, sekitar 95 hingga 99 persen dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Sehingga perlu untuk memerhatikan tanda-tanda gejala polio sebagai berikut.
Gejala dari polio tipe non-paralisi.
Biasanya orang dengan gejala polio tipe ini akan merasakan demam, nyeri saat menelan, kepala terasa nyeri, selalu mengalami muntah, badan terasa lemas, dan parahnya adalah mengalami meningitis. Meskipun gejala-gejala di awal cukup biasa, tetapi kamu harus lebih waspada dengan gejala remeh tersebut.
Gejala dari polio tipe paralisi.
Orang dengan gejala polio tipe ini memiliki gejala yang sama seperti tipe non-paralisis, namun setelah satu minggu, ada gejala lain yang mengikuti. Seperti kehilangan refleks, nyeri pada otot dan kram otot yang parah, kaki menjadi terkulai, serta kelainan ekstremitas bawah, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.
Gejala sindroma paska polio.
Polio sangat mungkin untuk muncul kembali meskipun seseorang telah dinyatakan sembuh. Hal ini dapat terjadi 15-40 tahun setelah seseorang pertama kali terinfeksi. Gejalanya bisa berupa kelemahan otot dan sendi, nyeri otot yang terus memburuk, menjadi mudah lesu, berkurangnya massa otot, gangguan bernapas saat tidur, mengalami depresi, dan susah untuk berkonsentrasi dan mengingat.
Melalui kisah dan perjuangan Paul Alexander yang harus bertahan hidup di dalam tabung selama 70 tahun, kamu perlu lebih sadar untuk menjaga kebersihan dan peduli dalam setiap pencegahan virus serta penyakit sejak dini, salah satunya polio. Paul Alexander menjadi sosok yang inspiratif dalam melawan penyakitnya, sehingga Guinness World Records mengakuinya sebagai orang yang hidup paling lama di dalam paru-paru besi.