Brilio.net - Yogyakarta memiliki banyak jajanan khas. Sebagian besar mungkin mengenal yangko atupun bakpia. Tapi, bagaimana dengan kipo?
Kipo merupakan kudapan dari daerah Kotagede Yogyakarta. Melansir dari warisanbudaya.kemdiknud, makanan ini sudah ada sejak abad ke-16 pada zaman Sultan Agung. Menurut warisanbudaya.kemdikbud, kipo sempat hilang peredarannya dari masyarakat Kotagede dan mulai dilupakan. Setelah itu, Kipo kembali dipopulerkan kembali pada 1946 oleh seorang warga Kotagede bernama Mbah Mangun Irono. Saat ini, kipo menjadi salah satu warisan budaya takbenda Indonesia.
BACA JUGA :
Jadah manten, camilan Kotagede favorit Sri Sultan Hamengkubuwono VII
Memiliki ukuran tidak lebih besar dari ibu jari, kipo dibuat dengan bahan dasar berupa tepung ketan. Untuk membuat kipo, tepung ketan dicampur dengan santan hangat.
foto: Nabiel Mumtaz
BACA JUGA :
Menikmati Banjar & Ukel, camilan tradisional peninggalan Mataram Kuno
Setelah itu, adonan tersebut diwarnai menggunakan daun suji. Daun tersebut juga menjadi sebab kenapa Kipo memiliki warna hijau. Sama seperti kudapan khas Jawa lainnya seperti klepon atau yangko, kipo juga memiliki isian di dalamnya. Isian yang dinamakan enten-enten tersebut dibuat dari parutan kelapa dan gula jawa.
Kudapan ini dimasak dengan cara dipanggang. Adonan kipo dipanggang di atas pemanggang yang beralaskan daun pisang. Adonan kipo harus dibalik beberapa kali supaya adonan tidak gosong.
Kipo yang sudah matang akan memiliki permukaan berwarna cokelat yang sedikit kering. Untuk rasanya, kipo memiliki tekstur kenyal seperti klepon namun dengan rasa sedikit "kering" seperti wingko.