Brilio.net - Yogyakarta memiliki daya tarik yang cukup kuat, baik bagi penduduk aslinya maupun para wisatawan. Tidak hanya keindahan tempat wisatawannya - alam maupun tempat-tempat bersejarah, namun juga menjadi surganya kuliner.
Jogja dikenal dengan makanan legendarisnya, Gudeg. Tahukah kamu, gudeg buka satu-satunya makanan khas Jogja, namun juga ada jadah tempe. Kuliner satu ini bisa dijumpai di setiap sudut kota Jogja, namun kawasan yang paling terkenal dengan jadah tempe adalah kawasan Kaliurang, Kabupaten Sleman.
BACA JUGA :
Mencicipi pedas dan segarnya Rujak Mak Tas, kuliner khas pantura yang murah meriah
Dari sekian banyak jadah tempe di Jogja, Jadah Tempe Mbah Carik menjadi yang banyak peminatnya. Selain terkenal karena rasanya, jadah tempe satu ini memiliki sejarah yang cukup menarik.
Sejarah Jadah Tempe Mbah Carik
BACA JUGA :
Tak lanjutkan pendidikan kuliner di Singapura, ini kisah sukses pemilik Mi Sapi Banteng di Jogja
Jadah Tempe Mbah Carik merupakan usaha turun temurun yang bermula dari Sastrodinomo, seorang carik di Kaliurang yang rutin memberikan persembahan nasi jagung kepada keluarga Keraton Yogyakarta. Hal tersebut merupakan bentuk pengabdian abdi dalem keraton.
"Simbahkan abdi dalem kaliurang. Abdi dalemnya keraton," jelas Angga penerus Jadah Tempe Mbah Carik Kepada brilio.net saat dijumpai di tempat produksi jadah tempenya, Gg. Petruk No.Km 25, RT.05/RW.13, Kaliurang, Hargobinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Kamis (7/9).
Pada 1930-an, Sastrodinomo pun dimintai untuk membuat makanan jenis lainnya. Makanan dengan bentuk dan rasa yang berbeda dari suguhan biasanya. Sastro pun menyanggupi permintaan tersebut. Bersama sang istri, dia membuat olahan ketan menjadi jadah. Tidak hanya itu, dia juga memadukan jadah tersebut dengan menu lainnya yaitu tempe bacem.
"Mbah sastro itu simbah kakung generasi pertama yang buat jadah tempe sama istrinya," ujar Angga.
Jadah Tempe favorit keluarga keraton
Siapa sangka, jadah tempe buatan Sastro dan istrinya itu menjadi makanan favorit keluarga Keraton. Mulai dari Hamengkubuwana IX, sang istri, hingga keluarga keraton lainnya. Kecintaan mereka terhadap makanan ini bukan tanpa alasan, paduan jadah dan tempe bacem menghasilkan rasa gurih dan manis. Sehingga muncul kenikmatan tersendiri ketika menyantapnya.
Sejak saat itu jadah tempe menjadi makanan rutin yang dikirim sastro pada keluarga Keraton. Tak membuang kesempatan, dibantu anak-anaknya pasangan ini kemudian membuka warung kecil di daerah Telaga Putri, Kaliurang pada tahun 1950-an. Mereka mulai menjajakan jadah tempe.