Brilio.net - Kurikulum TK di 5 negara maju ini ternyata nggak ada Matematika, utamakan keterampilan sosial. Ketika berbicara tentang pendidikan anak usia dini, seringkali kita terfokus pada pentingnya pembelajaran dasar, termasuk matematika. Namun, di beberapa negara maju, matematika tidak menjadi bagian dari kurikulum taman kanak-kanak (TK). Hal ini mungkin terdengar aneh, tetapi pendekatan pendidikan di negara-negara ini lebih mengutamakan perkembangan sosial, emosional, dan kreativitas anak. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa anak-anak perlu belajar melalui bermain dan interaksi sosial sebelum mereka diajarkan keterampilan akademis yang lebih formal.
Pendidikan di tingkat TK seharusnya bukan hanya tentang mengajarkan angka dan hitungan, melainkan juga tentang membentuk karakter, meningkatkan kemampuan sosial, serta menumbuhkan minat belajar. Negara-negara ini memiliki filosofi pendidikan yang berbeda, yang berfokus pada pengembangan holistik anak. Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), pendekatan yang lebih santai dan bermain di usia dini dapat membantu anak-anak untuk menjadi lebih kreatif dan mandiri saat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
BACA JUGA :
7 Dampak negatif pelajaran matematika untuk anak TK, bisa menjadi beban mental anak
Berkaca dari hal ini, mari kita lihat lima negara maju yang tidak menyertakan matematika dalam kurikulum pendidikan anak usia dini mereka, serta alasan di balik keputusan tersebut, seperti dirangkum brilio.net, Kamis (24/10).
foto: freepik.com
BACA JUGA :
Survei: Kemampuan Matematika siswa Indonesia duduki peringkat 69 dunia, masuk kategori terendah
1. Finlandia
Finlandia dikenal dengan sistem pendidikannya yang inovatif dan efektif. Di negara ini, pendidikan anak usia dini difokuskan pada permainan dan eksplorasi, tanpa adanya tekanan untuk belajar matematika secara formal. Dalam kurikulum TK, anak-anak diajarkan melalui kegiatan bermain yang mendukung perkembangan sosial dan emosional mereka. Menurut penelitian yang dilakukan oleh OECD, pendekatan ini membantu anak-anak untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan problem-solving yang lebih baik saat mereka tumbuh besar.
2. Swedia
Di Swedia, pendidikan anak usia dini juga tidak mengharuskan pengajaran matematika di tingkat TK. Kurikulum mereka lebih berorientasi pada kegiatan bermain dan pembelajaran berbasis pengalaman. Anak-anak diajarkan untuk berinteraksi satu sama lain, memahami lingkungan sekitar, dan mengembangkan keterampilan sosial. Berdasarkan laporan dari Universitas Uppsala, pendekatan ini tidak hanya memperkuat keterampilan sosial anak tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk pembelajaran di masa depan (Uppsala University, 2021).
3. Norwegia
Norwegia menerapkan prinsip serupa dalam pendidikan anak usia dini. Di sini, fokus utama kurikulum adalah pada kreativitas, kebebasan berekspresi, dan perkembangan emosional anak. Matematika tidak diajarkan sebagai mata pelajaran terpisah di TK, melainkan diintegrasikan dalam aktivitas sehari-hari melalui permainan. Menurut data dari Kementerian Pendidikan Norwegia, metode ini terbukti efektif dalam mengembangkan minat anak terhadap pembelajaran yang lebih formal di kemudian hari.
foto: freepik.com
4. Belanda
Di Belanda, kurikulum TK lebih memprioritaskan pembelajaran sosial dan emosional daripada pengajaran matematika formal. Pendidikan anak usia dini di negara ini didasarkan pada teori belajar aktif, di mana anak-anak didorong untuk belajar melalui bermain. Penelitian dari Universitas Amsterdam menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan pendidikan dini tanpa tekanan akademis cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik saat memasuki sekolah dasar.
5. Selandia Baru
Selandia Baru juga merupakan negara yang tidak memasukkan matematika dalam kurikulum TK. Di sini, fokusnya adalah pada pembelajaran berbasis pengalaman dan pengembangan keterampilan sosial. Melalui pendekatan ini, anak-anak belajar untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengatasi masalah. Sebuah laporan dari Kementerian Pendidikan Selandia Baru menyebutkan bahwa strategi ini berkontribusi pada perkembangan keterampilan kognitif yang lebih baik saat anak-anak melanjutkan ke pendidikan formal.