Brilio.net - Masjid Raya Baiturrahman berkubah hitam adalah satu dari sekian banyak masjid megah yang ada di Indonesia. Terletak di ujung barat peta, masjid ini merupakan salah satu bangunan yang selamat dari dahsyatnya amukan gempa dan tsunami Aceh tahun 2004.
Tapi, tahukah kamu ternyata masjid ini punya kembaran di Bantul, DIY? Tak hanya gaya arsitektur bangunannya yang mirip, sejarah pembangunan masjid ini juga berkaitan erat dengan masyarakat Aceh di Yogya.
BACA JUGA :
Viral masjid tengah gang kampung berbentuk kabah, penampakan dalamnya bernuansa emas
foto: Twitter/@jelajah bantul
Kembaran Masjid Raya Baiturrahman Aceh ini terletak di jalan ringroad selatan Pedukuhan Pluragan, Kalurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Dari luar masjid ini terlihat mencolok dan menarik perhatian karena kubah hitam dan menara masjidnya yang tinggi.
BACA JUGA :
Masjid ini 5 bulan sekali roboh karena dibuat dari tanah liat, intip potretnya yang bikin takjub
Ketua Takmir Miniatur Masjid Baiturrahman Aceh, Sukardi menuturkan, masjid ini dibangun atas dasar balas budi masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) kepada masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). "Ceritanya dulu itu mereka (orang Aceh) yang tinggal lama di Yogya merasa berutang budi pada masyarakat Yogya.Karena pada saat tsunami (di Aceh) orang-orang Jogja datang membantu termasuk Sultan yang juga ke sana," ujarnya ditemui usai salat magrib, Selasa (28/3).
Sukardi menuturkan, saat itu orang Aceh berusaha untuk mengumpulkan dana dan mencari tanah untuk membangun masjid ini. "Kebetulan ini ada tanah wakafnya Muhammadiyah, kemudian orang Aceh itu nemui orang Muhammadiyah untuk meminta izin untuk membangun masjid," tambahnya.
Pembangunan masjid ini memakan waktu sekitar satu tahun, 2008-2009. Mulai dipakai itu 2010 dan peresmiannya itu pas Gunung Merapi meletus," kata Sukardi.
foto: mg/aulia shifa
Sukardi bercerita, awalnya peresmian direncanakan dengan mengundang Wakil Gubernur Aceh dan DIY. Tetapi karena pas gunung merapi meletus jadi, beliau-beliaunya jadi tidak hadir.
Makanya prasasti di situ tidak jadi ditandatangani," ujarnya sembari menunjukkan jari ke arah luar, tempat prasasti berada.
Sukardi yang juga dosen di salah satu universitas swasta ini menambahkan, awalnya area masjid tidak seluas saat ini. Yang utara tempat parkir itu kita beli semua. Dan yang utara ujung sana itu tanah wakaf, tukar guling, lanjut dia.
Ketika Ramadan, masjid ini mengadakan kajian umum dan pembagian takjil berbuka puasa. Takjil yang dibagikan keseluruhannya merupakan sedekah dari masyarakat. "Itu karena kesadaran umat Islam dan umat Islam seneng bersedekah untuk kepentingan umat," tukas dia.
Reporter: mg/Aulia Shifa