1. Home
  2. »
  3. Ragam
29 Oktober 2024 22:30

Melibatkan ilmuwan dan akademisi, bagaimana nasib pendidikan tinggi, sains dan teknologi ke depannya?

Para akademisi ini diharapkan bisa menuntaskan persoalan pendidikan di Indonesia Muhamad Ikhlas Alfaridzi

Brilio.net - Di era kepemimpinan Prabowo, arah kebijakan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi Indonesia bisa jadi akan mengalami banyak perubahan. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini penekanan lebih diberikan pada sinergi antara akademisi dan ilmuwan yang dipimpin oleh figur-figur berpengalaman di bidangnya. Misalnya, Satryo Soemantri Brodjonegoro dan Prof. Dr. Fauzan, M.Pd., yang dikenal di ranah akademisi, serta Stella Christie, ilmuwan dengan pengalaman riset internasional di Amerika Serikat dan China. Kehadiran mereka menjadi angin segar yang membawa harapan akan pengembangan pendidikan tinggi berbasis riset yang lebih terarah dan berdampak bagi masyarakat luas.

Kebijakan ini juga membawa angin baru berupa pemisahan fungsi pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan tinggi. Pemisahan ini dinilai penting agar universitas dan perguruan tinggi di Indonesia bisa lebih fokus pada pengembangan sains dan teknologi. Dengan begitu, diharapkan dunia pendidikan tinggi kita bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial Indonesia.

BACA JUGA :
Penilaian Pelajar Internasional: Keterampilan berhitung dan membaca siswa Indonesia menurun sejak 2018


Nah, dengan komposisi dan formasi yang baru, kira-kira bagaimana arah pendidikan tinggi, sains, dan teknologi di era Prabowo? Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (29/10), berikut ulasan lengkapnya.

foto: Instagram/@prof.stellachristie

BACA JUGA :
Kisah pilu 3 siswa SD kakak beradik dipulangkan paksa dari sekolah gegara nunggak SPP Rp42 juta

1. Sinergi akademisi dan ilmuwan

Dalam kabinet Prabowo, Satryo Soemantri Brodjonegoro dan Prof. Dr. Fauzan, sebagai figur akademisi yang berpengalaman, bekerja sama dengan Stella Christie, seorang ilmuwan yang aktif melakukan penelitian di Amerika Serikat dan China. Satryo dan Fauzan membawa perspektif akademik yang sangat dibutuhkan, sedangkan Stella menawarkan wawasan global dan koneksi internasional untuk mendorong inovasi berbasis riset. Dengan kolaborasi ini, Indonesia diharapkan bisa menyeimbangkan antara pengembangan ilmiah yang mendalam dengan hasil penelitian yang dapat berdampak nyata di tanah air.

2. Pemisahan fungsi kementerian

Salah satu perubahan strategis di era ini adalah pemisahan fungsi kementerian pendidikan tinggi dengan pendidikan dasar dan menengah. Hal ini bertujuan untuk lebih memfokuskan perhatian pada pengembangan sains dan teknologi di level pendidikan tinggi, yang dapat menghasilkan dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Langkah ini juga membantu universitas memiliki lebih banyak keleluasaan dalam melakukan inovasi dan riset, sesuai kebutuhan masing-masing.

foto: Instagram/@nadiemmakarim

3. Penguatan koordinasi dan infrastruktur

Selain itu, terdapat pula fokus pada penguatan koordinasi dan infrastruktur yang mendukung pengembangan sains dan teknologi. Dalam kebijakan ini, beberapa universitas di Indonesia akan didorong untuk menjadi perintis universitas riset (research university). Dengan status ini, universitas akan memiliki otonomi lebih luas dalam formulasi kurikulum, pendanaan, dan pengelolaan aset. Tujuannya adalah untuk menciptakan kampus-kampus yang tidak hanya sebagai pusat pendidikan, tetapi juga pusat inovasi yang berdaya saing internasional.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags