Brilio.net - Mengajukan cuti adalah hak semua karyawan, tapi ternyata setiap orang punya caranya masing-masing dalam melakukannya. Beberapa karyawan mungkin terlihat santai, sementara yang lain sibuk menyusun strategi agar pengajuan cutinya disetujui tanpa masalah. Menariknya, cara orang mengajukan cuti ini bisa mencerminkan karakter mereka di tempat kerja.
Ada yang selalu terencana rapi, ada juga yang spontan. Setiap karyawan memiliki pendekatan berbeda-beda, dan semua itu tentu menarik untuk dibahas. Dari yang sering ragu hingga yang penuh percaya diri, karakter karyawan saat mengajukan cuti bisa jadi cerminan kepribadian mereka dalam bekerja.
BACA JUGA :
Ada 27 hari libur nasional dan cuti bersama 2025, wajib dicatat
Beberapa mungkin berusaha keras mencari waktu yang tepat agar cutinya nggak mengganggu operasional kantor. Ada juga yang tampaknya santai saja, asal atasan oke, cuti langsung diambil. Kamu sendiri termasuk tipe yang mana saat mengajukan cuti?
Berikut brilio.net himpun dari berbagai sumber, Rabu (16/10) 6 karakter karyawan saat mengajukan cuti.
1. Si perencana matang.
BACA JUGA :
Contoh surat cuti kerja karyawan yang benar, lengkap dengan pengertian dan formatnya
foto: freepik.com/rawpixel.com
Tipe karyawan ini selalu merencanakan cutinya jauh-jauh hari. Mereka biasanya sudah punya kalender liburan sendiri bahkan sebelum tahun baru dimulai. Bagi mereka, mengajukan cuti adalah proses yang harus dipersiapkan dengan matang, mulai dari waktu, tugas yang ditinggalkan, hingga siapa yang akan menggantikan sementara.
Kamu yang tipe ini selalu memperhatikan detail, memastikan nggak ada pekerjaan yang terlewat selama cuti. Semua berkas dan tugas sudah diserahkan dengan rapi kepada rekan yang ditunjuk sebelum pergi. Dengan persiapan seperti ini, karyawan tipe perencana matang jarang mendapatkan masalah saat mengajukan cuti.
Biasanya, tipe ini sudah mendapat persetujuan atasan lebih awal karena atasan melihat betapa terorganisirnya mereka. Bagi tipe perencana matang, cuti bukan hanya tentang liburan, tapi juga menjaga keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi dengan baik.
2. Si pengambil kesempatan.
Ada karyawan yang nggak segan-segan mengambil cuti ketika ada momen atau kesempatan bagus, bahkan tanpa terlalu banyak persiapan. Momen seperti libur nasional atau hari kejepit selalu jadi alasan ideal bagi mereka untuk mengambil cuti tambahan. Tipe ini cenderung lebih spontan, tapi tetap memikirkan waktu yang tepat untuk cuti.
Kamu yang masuk tipe ini biasanya lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dengan situasi di kantor. Walaupun sering terlihat spontan, tipe pengambil kesempatan juga pandai dalam membaca situasi kantor sehingga pengajuan cuti mereka sering kali mulus. Keuntungan lain bagi tipe ini adalah mereka jarang merasa bersalah saat mengambil cuti, karena momen-momen tersebut memang sudah diantisipasi sejak awal.
Meskipun begitu, tipe ini tetap harus hati-hati agar nggak terlalu sering mengambil cuti mendadak. Sebab, jika terlalu sering, ada risiko dianggap kurang bertanggung jawab.
3. Si ragu-ragu.
foto: freepik.com/benzoix
Karyawan tipe ini selalu merasa khawatir saat akan mengajukan cuti. Mereka sering takut cutinya akan mengganggu pekerjaan atau dianggap tidak profesional oleh atasan. Bahkan ketika sudah mendapatkan jatah cuti, tipe ini masih berpikir dua kali untuk menggunakannya.
Rasa ragu-ragu ini bisa muncul karena takut meninggalkan pekerjaan atau merasa tidak enak pada rekan kerja. Kamu yang termasuk tipe ini mungkin sering terjebak dalam dilema antara butuh istirahat atau menjaga citra di mata atasan. Biasanya, karyawan tipe ini baru mengajukan cuti setelah benar-benar merasa lelah atau terpaksa oleh keadaan, misalnya saat ada acara keluarga yang penting.
Meskipun keinginan untuk bertanggung jawab itu bagus, tipe ragu-ragu perlu belajar untuk lebih percaya diri dalam mengambil hak cuti mereka. Mengajukan cuti adalah hak setiap karyawan dan pekerjaan akan tetap ada meski kamu pergi sebentar.
4. Si tukang negosiasi.
Beberapa karyawan sangat ahli dalam bernegosiasi soal cuti. Mereka pintar mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan atasan, bahkan mungkin bisa merayu agar dapat tambahan hari cuti di luar jatah yang sudah ada. Negosiasi ini dilakukan dengan argumentasi yang solid, seperti pekerjaan yang sudah selesai lebih cepat atau kinerja yang memuaskan selama beberapa bulan terakhir.
Kamu yang termasuk tipe ini biasanya sangat percaya diri dan pandai berbicara. Saat kamu merasa butuh tambahan hari libur, kamu nggak akan ragu untuk mendiskusikannya dengan atasan. Karyawan tipe tukang negosiasi sering kali berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan karena mereka tahu cara mempresentasikan diri dengan baik.
Namun, ada batasnya juga dalam negosiasi. Jika terlalu sering meminta tambahan cuti atau negosiasi yang berlebihan, kamu bisa dinilai kurang profesional. Negosiasi yang baik adalah yang tetap mempertimbangkan kepentingan kantor dan rekan kerja.
5. Si sabar menunggu.
foto: freepik.com
Tipe ini adalah karyawan yang nggak buru-buru mengajukan cuti. Mereka cenderung menunggu sampai waktu yang benar-benar pas, baik dari segi pekerjaan maupun situasi kantor. Karyawan tipe ini akan menunggu proyek besar selesai atau menunggu rekan kerja lainnya kembali dari cuti sebelum mengajukan permohonan.
Kamu yang termasuk tipe ini lebih memilih bermain aman dan nggak ingin mengganggu operasional perusahaan. Tipe ini sangat menghargai tanggung jawabnya di kantor dan akan lebih tenang saat mengajukan cuti di saat yang tepat. Meskipun cenderung sabar, terkadang karyawan ini bisa kehilangan kesempatan untuk berlibur karena terlalu menunda.
Menjadi sabar memang penting, tapi jangan sampai hak cuti kamu terbuang percuma. Belajarlah untuk menyeimbangkan kebutuhan perusahaan dan kebutuhan pribadi agar kamu tetap bisa beristirahat tanpa menunggu terlalu lama.
6. Si tidak peduli.
Karyawan yang tidak terlalu peduli biasanya lebih santai dan cuek soal mengajukan cuti. Mereka nggak terlalu pusing memikirkan apakah pekerjaan sudah selesai atau belum. Yang penting, mereka merasa butuh istirahat, jadi mereka akan langsung mengajukan cuti tanpa terlalu banyak pertimbangan.
Tipe ini lebih berfokus pada kesejahteraan diri sendiri dan percaya bahwa pekerjaan bisa menunggu. Meskipun sering terlihat egois, tipe tidak peduli juga memiliki kelebihan, yaitu nggak mudah stres. Mereka tahu kapan harus istirahat dan nggak merasa bersalah untuk itu.
Namun, harus tetap ingat bahwa bekerja di lingkungan kantor berarti bekerja dengan tim. Jangan sampai sikap cuek ini mengganggu rekan kerja lain atau membuat suasana kerja jadi nggak kondusif.