Brilio.net - Beberapa minggu terakhir ini kamu pasti merasakan dingin, terutama di malam hingga pagi hari. Padahal, di Indonesia sedang memasuki musim kemarau yang lazimnya bersuhu panas. Fenomena suhu dingin di musim kemarau ini dikenal dengan bediding.
Umumnya terjadi di daerah pegunungan. Namun tak menutup kemungkinan juga dialami di daerah perkotaan. Beberapa wilayah yang mengalami fenomena bediding, di antaranya Bandung, Yogyakarta, hingga Jawa Timur. Tak jarang pula bisa dialami sebagian wilayah Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
BACA JUGA :
Suhu Jogja dan beberapa daerah lain lebih dingin, ini penjelasan BMKG
Melansir dari laman BMKG Sumatera Selatan, fenomena ini biasanya terjadi pada akhir Juli sampai September. Di mana selama periode tersebut masyarakat akan merasakan udara pada malam hingga pagi hari lebih dingin.
Lantas kenapa fenomena bediding ini bisa terjadi di Indonesia? Yuk simak ulasan di bawah ini! Disadur brilio.net dari berbagai sumber pada Senin (15/7)
Apa itu fenomena bediding?
BACA JUGA :
Virus corona ternyata bisa hidup di suhu tinggi, ini penjelasannya
foto: freepik.com
Melansir dari laman Statasiun Klimatologi Sumatera Selatan BMKG, secara klimatologi, fenomena bediding merupakan hal normal yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Fenomena ini bisa terjadi karena proses fisis yang berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau. Yakni terjadi pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer.
Di musim kemarau umumnya jarang terjadi hujan sebab tutupan awan berkurang, sehingga terjadi panas di permukaan bumi akibat radiasi matahari lebih cepat dan lebih banyak lalu dilepaskan kembali ke atmosfer berupa radiasi balik gelombang panjang.
Alhasil, curah hujan juga berkurang yang menyebabkan udara jadi lembab. Artinya uap air di dekat permukaan bumi jadi lebih sedikit. Bersamaan dengan itu, terjadi kondisi langit yang cerah. Akibatnya lebih mudah proses pelepasan panas ke atmosfer luas. Fenomena inilah yang menyebabkan udara permukaan terasa lebih dingin terutama di malam hingga pagi hari. Kemudian pada siang hari udara terasa jauh lebih panas.
Hal ini bisa terjadi karena tidak ada awan maupun kurangnya uap air ketika di musim kemarau menyebabkan radiasi langsung matahari lebih banyak mencapai permukaan bumi.
Penyebab fenomena bediding di Indonesia.
foto: freepik.com
1. Angin muson.
Salah satu faktor penyebab fenomena bediding diakibatkan peristiwa pergerakan angin muson dari Australia ke Indonesia, yang dipicu oleh tekanan udara akibat posisi matahari terhadap bumi.
2. Posisi dan panas matahari.
Bediding sering terjadi pada musim kemarau, yaitu sekitar bulan Juli hingga September. Pada periode ini, langit cenderung cerah tanpa awan, yang memungkinkan radiasi panas dari permukaan bumi keluar lebih cepat pada malam hari, menyebabkan penurunan suhu yang signifikan.
Selain itu, selama musim kemarau, posisi matahari berada lebih utara, sehingga wilayah Indonesia menerima radiasi matahari yang lebih sedikit pada malam hari. Hal ini menyebabkan pendinginan permukaan bumi yang lebih cepat.
3. Kelembapan udara.
Ketika musim kemarau tentu kelembapan udara jadi lebih rendah. Akibatnya panas dari permukaan bumi lebih mudah lepas ke atmosfer. Ditambah lagi dengan angin yang membawa udara dingin.
4. Letak geografis.
Umumnya fenomena bediding ini umumnya terjadi di wilayah Indonesia dekat khatulistiwa hingga bagian utara. Terlebih daerah pegunungan atau dataran tinggi lebih mudah mengalami penurunan suhu yang jauh lebih drastis dibandingkan daerah daratan lainnya.
Tips menjaga kesehatan saat fenomena bediding terjadi.
foto: freepik.com
1. Penuhi kebutuhan nutrisi.
Di tengah perubahan musim ini penting menjaga kesehatan tubuh. Caranya dengan menjaga kebutuhan nutrisi harian. Tujuannya agar menjaga sistem kekebalan tubuh tetap terjaga dan kuat mengalahkan virus maupun bakteri penyebab penyakit.
Jangan lupa konsumsi makanan dengan gizi seimbang mulai dari vitamin, mineral, zinc dan berbagai kandungan baik lainnya yang bantu tingkatkan daya tahan tubuh.
2. Rutin minum air putih.
Di suhu dingin maupun panas seseorang rentan mengalami dehidrasi. Perbanyak minum air putih supaya tubuh tetap terhidrasi. Air putih bantu menetralisir tubuh dari racun sekaligus mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh.
3. Kenakan pakaian hangat.
Selama fenomena bediding membuat udara terasa lebih dingin sekaligus menusuk. Untuk menghangatkan tubuh bisa gunakan pakaian hangat ataupun kenakan pakaian berlapis, terlebih ketika berada di luar rumah. Pakaian yang hangat bantu mempertahankan panas tubuh serta mencegah terjadinya hipotermia.
4. Aktif bergerak.
Udara dingin tidak dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Tepat bergerak dan lakukan olahraga ringan secara rutin supaya menjaga tubuh tetap hangat. Selain itu, olahraga juga membantu meningkatkan metabolisme tubuh sehingga menghasilkan panas yang menjaga suhu tetap stabil.
5. Menjaga kelembapan kulit.
Bukan hanya di suhu panas, udara dingin juga sering kali membuat kulit jadi lebih kering dan pecah-pecah. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan pelembab karena mampu menjaga kelembapan kulit serta mencegah terjadinya iritasi.