1. Home
  2. ยป
  3. Ragam
24 September 2024 10:31

Mengenal equinox, fenomena alam yang sebabkan beberapa wilayah terasa lebih panas

Fenomena equinox pernah terjadi pada 21 Maret 2024 dan puncaknya pada September 2024 Sri Jumiyarti Risno
foto: freepik.com

Brilio.net - Mungkin beberapa waktu belakangan di daerah tempat tinggalmu terasa lebih gerah dari biasanya. Nah, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) fenomena cuaca yang terasa gerah sejak kemarin ini berkaitan dengan fenomena equinox.

Menyadur penjelasan dari Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin bahwa fenomena equinox pernah terjadi pada 21 Maret 2024 lalu dan puncaknya pada September 2024. Namun yang jadi pertanyaan apa sih fenomena equinox ini hingga mempengaruhi cuaca yang ada di Indonesia, lantas bagaimana dampaknya bagi Indonesia?

BACA JUGA :
Momen netizen bagikan fenomena awan berlubang di Jember ini bikin geger, ini tanggapan BMKG


Supaya lebih mengenal apa itu equinox, yuk simak ulasan lengkapnya seperti brilio.net sadur dari berbagai sumber, Selasa (24/9).

Apa itu equinox?

foto: bmkg.go.id

BACA JUGA :
Bencana angin kencang di Rancaekek ternyata tornado pertama di Indonesia, ini penjelasan BRIN

Fenomena equinox adalah peristiwa astronomi yang terjadi dua kali dalam setahun, yaitu sekitar tanggal 21 Maret dan 23 September 2024, ketika posisi matahari berada tepat di atas garis ekuator atau khatulistiwa. Pada saat equinox, durasi siang dan malam hampir sama di seluruh belahan Bumi, yakni sekitar 12 jam. Ini terjadi karena sumbu rotasi Bumi tidak condong secara signifikan ke arah matahari, sehingga sinar matahari menyinari Bumi secara merata.

Menurut keterangan dari BMKG, equinox adalah fenomena alamiah yang terjadi secara berkala, dan sering kali dikaitkan dengan perubahan suhu di berbagai belahan Bumi. Fenomena ini terjadi ketika durasi siang dan malam hampir sama di seluruh bagian Bumi, termasuk wilayah subtropis di bagian utara maupun selatan. Pada saat equinox, matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, sehingga intensitas cahaya yang diterima Bumi menjadi lebih merata.

Seringkali, equinox dikaitkan dengan suhu udara yang lebih panas. Dalam beberapa kasus, suhu udara di berbagai wilayah memang bisa mencapai hingga 40 derajat Celcius, yang membuat masyarakat merasa lebih gerah dari biasanya. Namun, meski demikian, fenomena equinox tidak selalu menyebabkan peningkatan suhu yang drastis. Di Indonesia, misalnya, suhu udara maksimum biasanya berkisar antara 32 hingga 36 derajat Celsius saat fenomena ini terjadi.

Jadi, kenaikan suhu tidak selalu signifikan dan bervariasi tergantung wilayah. Penting untuk dipahami bahwa equinox berbeda dengan fenomena heatwave yang sering terjadi di Afrika dan Timur Tengah. Heatwave biasanya menyebabkan peningkatan suhu udara yang sangat tinggi dan bertahan lama, sedangkan equinox tidak memiliki dampak sebesar itu. Fenomena equinox bersifat sementara dan lebih merupakan peristiwa astronomi ketimbang pemicu ekstrem cuaca panas.

Penyebab terjadinya equinox

foto: bmkg.go.id

Equinox terjadi karena kombinasi dari kemiringan sumbu rotasi Bumi dan pergerakannya mengelilingi matahari. Sumbu rotasi Bumi miring sekitar 23,5 derajat terhadap bidang orbitnya, yang menyebabkan bagian Bumi menerima jumlah sinar matahari yang berbeda sepanjang tahun. Hal ini menjadi alasan utama terjadinya pergantian musim.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya equinox:

1. Kemiringan sumbu Bumi

Sumbu rotasi Bumi miring 23,5 derajat, yang membuat intensitas cahaya matahari bervariasi di setiap bagian Bumi sepanjang tahun. Kemiringan inilah yang menjadi faktor kunci terjadinya perubahan musim dan fenomena equinox.

2. Revolusi Bumi mengelilingi matahari

Bumi bergerak dalam orbit elips mengelilingi matahari selama satu tahun (365,25 hari). Posisi Bumi di orbit ini menentukan sudut di mana sinar matahari jatuh ke permukaan Bumi. Saat posisi Bumi dalam orbitnya sedemikian rupa sehingga sumbu Bumi tidak miring ke arah atau menjauhi matahari, equinox terjadi.

3. Posisi matahari di atas garis khatulistiwa

Ketika matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa, sinar matahari menyinari secara langsung dan merata pada kedua belahan Bumi. Ini menghasilkan kesetaraan panjang waktu siang dan malam di seluruh dunia, sehingga fenomena ini disebut equinox, yang berasal dari bahasa Latin "aequus" (sama) dan "nox" (malam).

Secara keseluruhan, equinox terjadi karena posisi geometris Bumi terhadap matahari, dan merupakan peristiwa alam yang terjadi dua kali setiap tahun.

Dampak adanya fenomena equinox

foto: freepik.com

Dampak yang terjadi saat fenomena equinox umumnya bersifat astronomis dan cuaca, meskipun tidak ekstrem. Ada beberapa dampak yang bisa dirasakan saat equinox terjadi:

1. Durasi siang dan malam hampir sama

Salah satu dampak utama dari fenomena equinox adalah kesetaraan antara panjang siang dan malam di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena sinar matahari jatuh tegak lurus pada garis khatulistiwa, sehingga setiap wilayah Bumi menerima durasi sinar matahari yang hampir sama, yakni sekitar 12 jam siang maupun 12 jam malam.

2. Suhu udara sedikit meningkat

Pada saat equinox, sinar matahari jatuh lebih langsung di daerah yang dekat dengan khatulistiwa, seperti wilayah tropis, termasuk Indonesia. Akibatnya, suhu udara bisa sedikit meningkat, meski tidak drastis.

Namun, di beberapa wilayah, peningkatan suhu ini bisa mencapai 32-36 derajat Celsius, dan bahkan lebih tinggi di tempat-tempat tertentu. Penting dicatat bahwa peningkatan suhu ini biasanya bersifat sementara bahkan tidak selalu terkait dengan fenomena cuaca ekstrem.

3. Fenomena astronomis dan pergeseran musim

Equinox menandai pergantian musim. Di belahan bumi utara, equinox musim semi (vernal equinox) pada bulan Maret menandai awal musim semi, sedangkan equinox musim gugur (autumnal equinox) pada bulan September menandai awal musim gugur. Begitu pula di belahan bumi selatan, musim yang terjadi justru sebaliknya. Pergantian musim ini memiliki dampak terhadap cuaca, ekosistem, dan aktivitas pertanian.

4. Pengaruh terhadap satwa dan tumbuhan

Perubahan panjang siang dan malam dapat mempengaruhi perilaku satwa serta siklus hidup tumbuhan. Beberapa hewan menggunakan perubahan cahaya sebagai sinyal untuk migrasi, kawin, atau berhibernasi. Pada tanaman, durasi pencahayaan memengaruhi proses fotosintesis maupun pertumbuhan, sehingga perubahan durasi siang pada saat equinox dapat mempengaruhi aktivitas biologis mereka.

5. Pengaruh terhadap aktivitas manusia

Meskipun dampaknya tidak terlalu signifikan bagi manusia, beberapa wilayah mengalami sedikit perubahan dalam rutinitas harian karena perubahan waktu matahari terbit dan terbenam. Durasi siang yang lebih panjang atau lebih pendek dapat mempengaruhi produktivitas dan pola aktivitas masyarakat di berbagai belahan dunia, meskipun dalam skala kecil.

Meskipun banyak yang mengira equinox menyebabkan gelombang panas atau heatwave, fenomena ini sebenarnya tidak berdampak sebesar itu. Peningkatan suhu yang terjadi hanya bersifat sementara dan tidak ekstrim, berbeda dengan heatwave yang lebih berkepanjangan bahkan lebih parah.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags