Brilio.net - Raline Shah mengaku pernah mengalami penyakit bell's palsy yang menyerang area sistem saraf wajah dan mulutnya. Pengakuan itu dia ungkapkan saat berdialog dengan Denny Sumargo dalam kanal YouTube Curhat Bang Denny Sumargo.
Wanita 39 tahun ini mengalami bell's palsy selama hampir satu tahun setengah. Beruntungnya, dia bisa sembuh usai melakukan berbagai metode terapi mulai dari medis hingga terapi mental. Nah, sebelum jauh membahas apa langkah yang dilakukan Raline Shah untuk sembuh, kamu perlu memahami apa itu penyakit bell's palsy.
BACA JUGA :
Curhat Raline Shah ngaku sudah siap menikah, namun kondisi tidak berpihak
Bell's Palsy merupakan kondisi yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan pada otot-otot wajah, biasanya hanya pada satu sisi wajah. Kondisi ini terjadi karena peradangan pada saraf wajah (saraf kranial VII) yang mengontrol otot-otot wajah.
Bell's Palsy dapat berkembang secara tiba-tiba dan biasanya menyebabkan sisi wajah menjadi lemas/miring. Meskipun sangat menakutkan, Bell's Palsy sering kali bersifat sementara serta banyak penderitanya yang dapat pulih sepenuhnya dalam beberapa bulan. Namun dalam beberapa kasus ada yang mengalami efek jangka panjang.
Supaya lebih memahami penyakit ini dan cara untuk proses penyembuhannya, yuk simak ulasan lengkap di bawah ini seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Senin (11/11).
Penyebab penyakit bell's palsy.
BACA JUGA :
Riasannya fresh antidempul, ini 9 detail gaya makeup Raline Shah di acara bergengsi dunia
Penyebab pasti Bell's Palsy masih belum sepenuhnya diketahui, tetapi kondisi ini sering kali dikaitkan dengan infeksi virus. Beberapa virus yang diduga dapat memicu peradangan pada saraf wajah, antara lain:
- Virus Herpes Simplex (HSV): Virus ini menyebabkan infeksi herpes di bibir atau mulut, lalu dapat berperan dalam terjadinya Bell's Palsy.
- Virus Varicella Zoster (VZV): Virus yang sama yang menyebabkan cacar air maupun shingles (herpes zoster) juga dapat menyebabkan peradangan pada saraf wajah.
- Virus Influenza dan Epstein-Barr: Beberapa infeksi virus lain, termasuk yang menyebabkan flu serta mononukleosis, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko bell's palsy.
- Faktor lain: Meskipun infeksi virus sering dianggap sebagai pemicu utama, faktor-faktor seperti stres, kehamilan, ataupun cedera kepala juga dapat meningkatkan risiko terjadinya bell's palsy.
Meskipun demikian, dalam banyak kasus, penyebab pasti Bell's Palsy tidak dapat diketahui secara pasti.
Gejala penyakit bell's palsy
Gejala Bell's Palsy berkembang dengan cepat, sering kali dalam beberapa jam hingga hari pertama. Adapun gejala yang umumnya dialami oleh penderita:
1. Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi wajah
Gejala utama Bell's Palsy. Penderita mungkin merasa wajahnya seperti tertarik ke satu sisi, sehingga kesulitan untuk menutup mata atau tersenyum di sisi yang terpengaruh.
2. Kesulitan mengedipkan mata
Salah satu gejala paling jelas adalah ketidakmampuan untuk mengedipkan mata dengan normal pada sisi wajah yang terkena. Mata bisa terasa kering hingga iritasi karena tidak dapat tertutup sepenuhnya.
3. Rasa sakit/ketegangan di sekitar rahang/belakang telinga
Beberapa orang mengalami rasa sakit ringan maupun nyeri pada area sekitar telinga ataupun rahang sebelum kelemahan wajah muncul.
4. Kesulitan berbicara atau makan
Otot-otot wajah yang lemah dapat membuat penderita sulit berbicara dengan jelas apalagi memakan makanan dengan normal, terutama di sisi wajah yang terkena.
5. Perubahan rasa
Pada Beberapa penderita melaporkan perubahan yang dialami. Misalnya hilangnya rasa pada bagian depan lidah.
6. Telinga terasa penuh/berdering
Tak jarang pula ada penderita yang mengakui dapat mengalami perasaan penuh ataupun bunyi berdengung di telinga pada sisi yang terkena.
7. Kehilangan kontrol pada ekspresi wajah
Gejala selanjutnya, ekspresi wajah seperti tersenyum atau mengerutkan dahi menjadi sulit dilakukan di sisi wajah yang terpengaruh.
Biasanya, Bell's Palsy dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan tes pencitraan untuk memastikan tidak ada masalah lain yang menyebabkan gejala serupa.
Langkah yang dilakukan oleh Raline Shah untuk sembuh dari bell's palsy.
Diketahui, Raline Shah saat mengidap penyakit tersebut, dia mengaku melakukan berbagai cara untuk sembuh dari bell's palsy. Selain pengobatan medis, Raline Shah mengikuti meditasi kesehatan hingga menjalani praktik akupuntur. Meski kala itu, dia sempat menyerah lalu pasrah kepada Tuhan namun usaha yang dilakukannya dapat mempercepat proses pemulihan.
Menurutnya bintang film Orang Kaya Baru ini, melalui mediasi dan akupuntur ternyata memberikan energi relaksasi tersendiri bagi tubuhnya. Baginya, setiap orang memiliki chi atau energi yang perlu dirawat jadi tidak hanya fisik saja. Chi inilah yang mengalir dalam tubuh sehingga membantu proses healing dari penyakit bell's palsy.
"Gara-gara itu aku jadi meditasi untuk kesehatan. Ternyata badan ini bukan hanya yang kita lihat sekarang secara fisik, otot kita, sistem peraliran darah, atau skeletal kita, bukan (itu saja)," papar Raline Shah dikutip brilio.net dari YouTube Curhat Bang Denny Sumargo, Senin (11/11)
"Kita ada suatu energi, namanya chi yang mengalir lewat meridian point, dan mediasi kesehatan ini membantu healing-nya (penyakit) kemarin. Sembuh gara-gara itu sama akupuntur," lanjutnya.
Nggak cuma itu, Raline Shah juga memohon kesembuhan kepada Tuhan sekaligus pasrah kepada-Nya untuk diberikan yang terbaik.
"Pada suatu saat aku bilang, Tuhan tolong sembuhkan aku, aku berusaha, belajar meditasi chi, aku akan akupuntur, aku akan mengusahakan semuanya," ujarnya.
"Cuma kalau misalnya ini kehendak kamu, bahwa muka aku nggak akan bergerak lagi, tolong tunjukkan aku cara-cara untuk bahagia yang tidak menggunakan fisik. Pas aku ikhlas, terus aku sembuh dua minggu lagi," pungkasnya.
Menilik pengalaman Raline Shah tersebut, tentu memberikan banyak pertanyaan apakah benar mediasi maupun akupuntur bisa sembuhkan bell's palsy? Perlu dipahami, mediasi maupun akupuntur tidak secara langsung menyembuhkan bell's palsy dan bukan cara utama untuk menyembuhkan penyakit yang menyerang sistem saraf ini. Namun, kedua cara itu sebagai upaya-upaya untuk membantu proses pemulihan.
Pasalnya praktik meditasi bisa membantu mengurangi tingkat stres serta kecemasan yang sering dialami pasien selama masa pemulihan. Journal Neurology Research International (2021) mencatat bahwa kondisi stres dapat memperlambat proses penyembuhan saraf wajah, sehingga manajemen stres melalui meditasi bisa menjadi terapi pendukung yang bermanfaat.
Sementara itu, pengobatan menggunakan akupuntur menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan. Systematic review dalam jurnal PLOS ONE (2019) yang menganalisis 27 penelitian klinis menemukan bahwa akupuntur dapat meningkatkan tingkat kesembuhan sekaligus mempercepat waktu pemulihan, terutama ketika dikombinasikan dengan pengobatan konvensional.
Menurut Journal of Alternative and Complementary Medicine juga melaporkan bahwa akupuntur membantu merangsang saraf wajah lalu meningkatkan sirkulasi darah di area yang terkena. Meski demikian, penting untuk memastikan akupuntur dilakukan oleh praktisi bersertifikat sekaligus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.