Brilio.net - Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa swasembada pangan merupakan kunci utama untuk mengendalikan inflasi, baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2024 yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Sasana Bhakti Praja, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Pada rapat tersebut, Prabowo memberikan apresiasi terhadap mekanisme pengendalian inflasi yang dianggap sebagai inovasi besar dalam tata kelola ekonomi Indonesia. Prabowo menyebut bahwa mekanisme pengendalian inflasi yang sudah diterapkan saat ini, termasuk rapat mingguan terpusat, dapat menjadi contoh bagi banyak negara.
BACA JUGA :
Jelang libur Nataru Kemenhub sediakan mudik gratis, ini syarat, cara daftar, jadwal dan rutenya
Ia juga menekankan bahwa swasembada pangan tidak hanya perlu diterapkan secara nasional, tetapi juga harus menyentuh level kabupaten dan kecamatan. Menurutnya, swasembada pangan berbasis kearifan lokal bisa menjadi strategi besar yang berkelanjutan untuk menstabilkan harga sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Kuncinya sekali lagi adalah swasembada. Swasembada pangan dalam arti yang luas dan dalam arti yang menyeluruh. Dari dulu kita diajarkan tiap desa harus punya lumbung pangan, tiap desa. Jadi inilah strategi besar kita," tegas Prabowo.
Presiden mengingatkan kembali pentingnya memiliki lumbung pangan di setiap desa sebagai bagian dari strategi besar untuk mewujudkan swasembada pangan. Langkah ini dinilai dapat memastikan ketersediaan pangan yang stabil di berbagai wilayah Indonesia. Dengan menciptakan ketahanan pangan yang kuat, tidak hanya inflasi dapat dikendalikan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
BACA JUGA :
Mengenal Core Tax System, layanan perpajakan baru RI gantikan DJP online yang berlaku mulai 2025
Lantas bagaimana dampak swasembada pangan terhadap inflasi serta penerapan swasembada pangan di Indonesia? Yuk simak ulasan lengkapnya yang brilio.net lansir dari berbagai sumber, Selasa (10/12).
Dampak positif swasembada pangan terhadap inflasi
foto: freepik.com/jcomp
1. Stabilitas harga pangan.
Swasembada pangan membantu menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok di pasar. Ketika pasokan pangan cukup dan produksi lokal mencukupi, lonjakan harga yang biasanya terjadi akibat kelangkaan dapat diminimalkan. Situasi ini sangat berpengaruh pada inflasi, karena harga pangan jadi komponen besar dalam perhitungan indeks harga konsumen (IHK). Dengan pasokan yang konsisten, masyarakat juga tidak terbebani oleh kenaikan harga yang mendadak.
2. Pengurangan ketergantungan impor.
Ketergantungan pada impor sering kali membuat harga pangan di dalam negeri dipengaruhi oleh fluktuasi harga di pasar global. Dengan swasembada pangan, Indonesia tidak lagi terlalu bergantung pada harga internasional yang bisa berubah akibat kondisi ekonomi atau politik global. Pengurangan impor juga membantu menjaga nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya berkontribusi pada pengendalian inflasi.
3. Efisiensi distribusi pangan.
foto: freepik.com/freepik
Swasembada pangan memungkinkan distribusi yang lebih efisien karena sumber produksi lebih dekat dengan konsumen. Ketika kebutuhan pangan tidak harus didatangkan dari luar negeri, biaya logistik, seperti transportasi dan penyimpanan, bisa ditekan. Biaya yang lebih rendah ini membantu mencegah kenaikan harga yang disebabkan oleh ongkos distribusi, sehingga memberikan dampak positif pada pengendalian inflasi.
4. Peningkatan daya beli masyarakat.
Dengan harga pangan yang lebih stabil dan terjangkau, daya beli masyarakat otomatis meningkat. Konsumen tidak perlu mengalokasikan anggaran yang besar untuk kebutuhan pokok, sehingga masyarakat memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan pada sektor lain. Kondisi ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga inflasi tetap terkendali.
5. Ketahanan ekonomi dari gejolak global.
Fluktuasi harga pangan dunia sering kali memberikan dampak besar pada negara-negara yang mengandalkan impor. Dengan swasembada pangan, Indonesia memiliki perlindungan lebih baik terhadap gejolak tersebut. Ketahanan pangan yang kuat berarti dampak negatif dari situasi global, seperti kenaikan harga bahan baku hingga krisis pasokan dapat diminimalkan.
6. Pengurangan risiko spekulasi harga.
foto: freepik.com/creativeart
Kurangnya pasokan sering dimanfaatkan oleh spekulan untuk menaikkan harga di pasar. Swasembada pangan dapat mengurangi peluang spekulasi semacam ini karena pasokan yang cukup membuat manipulasi harga menjadi sulit. Akibatnya, harga tetap lebih stabil, sehingga inflasi dapat ditekan.
7. Peningkatan produktivitas pertanian.
Swasembada pangan mendorong pengembangan sektor pertanian, termasuk investasi dalam teknologi maupun infrastruktur. Dengan meningkatnya produktivitas, hasil panen menjadi lebih banyak, yang artinya pasokan pangan lokal selalu tersedia. Kondisi ini tidak hanya membantu mengendalikan harga, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru sekaligus memperkuat perekonomian di daerah pedesaan.
8. Penurunan tekanan terhadap subsidi pangan.
Ketika swasembada pangan tercapai, pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran besar untuk subsidi impor atau program stabilisasi harga. Anggaran tersebut bisa dialihkan untuk sektor lain yang mendukung pengendalian inflasi, seperti pembangunan infrastruktur hingga pengembangan teknologi pertanian. Efisiensi anggaran ini memberikan efek positif terhadap stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Swasembada pangan bukan hanya solusi untuk ketahanan pangan, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap pengendalian inflasi. Dengan penerapan strategi yang tepat, Indonesia dapat mencapai kestabilan ekonomi yang lebih kuat serta merata.
Strategi penerapan swasembada pangan di Indonesia
foto: freepik.com/prostooleh
1. Penguatan infrastruktur pertanian
Infrastruktur pertanian yang memadai jadi fondasi utama dalam mencapai swasembada pangan. Pemerintah perlu membangun sekaligus memperbaiki sarana seperti irigasi, jalan desa, dan fasilitas penyimpanan hasil panen.
Irigasi yang baik memastikan pasokan air tetap stabil meski musim kemarau panjang. Jalan desa yang memadai memudahkan petani mengangkut hasil panennya ke pasar dengan biaya lebih murah. Selain itu, gudang penyimpanan hasil panen yang modern dapat mencegah kerugian akibat pembusukan.
2. Pemberdayaan petani lokal.
Petani menjadi kunci keberhasilan swasembada pangan. Program pelatihan dan pendampingan sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang teknik bercocok tanam yang efisien. Misalnya, penggunaan pupuk organik maupun teknologi pertanian modern.
Insentif seperti subsidi pupuk hingga benih berkualitas juga penting untuk meringankan beban biaya produksi. Selain itu, pembentukan koperasi petani dapat membantu masyarakat mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar dan sumber pembiayaan.
3. Pemanfaatan teknologi modern.
Teknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian. Penerapan alat-alat modern, seperti traktor hingga drone untuk pemantauan lahan, dapat mempercepat proses produksi. Penggunaan teknologi digital juga membantu petani mengelola irigasi sekali memantau kondisi cuaca dengan lebih akurat.
Dengan memanfaatkan teknologi bioteknologi, varietas benih unggul dapat dikembangkan untuk menghasilkan panen yang lebih tahan terhadap hama maupun cuaca ekstrem. Sayangnya, masih sangat minim pemanfaatan teknologi modern ini. Pasalnya, harga alat yang mahal jadi salah satu faktornya.
4. Diversifikasi sumber pangan.
foto: freepik.com/jcomp
Ketergantungan pada satu jenis komoditas, seperti beras harus dikurangi dengan mendorong diversifikasi sumber pangan. Masyarakat perlu didorong untuk mengonsumsi sumber pangan lain seperti jagung, ubi, hingga sagu yang juga kaya akan nutrisi. Diversifikasi ini tidak hanya mengurangi tekanan terhadap produksi beras, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi petani lokal yang mengembangkan komoditas alternatif.
5. Pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
Keberlanjutan lahan menjadi kunci dalam menjaga produksi pangan jangka panjang. Praktik pertanian yang ramah lingkungan harus diperkenalkan, seperti rotasi tanaman sekaligus penggunaan pupuk alami. Konservasi lahan dengan menghentikan alih fungsi tanah produktif untuk kegiatan non-pertanian juga menjadi langkah penting. Selain itu, rehabilitasi lahan kritis dapat meningkatkan luas lahan pertanian yang tersedia.
6. Penguatan pasar lokal.
Memperkuat pasar lokal membantu menciptakan rantai distribusi yang lebih pendek, sehingga hasil panen petani dapat langsung sampai ke konsumen dengan harga yang lebih stabil. Pemerintah dapat mendukung pasar tradisional lalu mendorong pembentukan pasar tani sebagai tempat petani menjual hasil panennya. Langkah ini tidak hanya menguntungkan petani, tetapi juga membantu masyarakat mendapatkan pangan dengan harga yang terjangkau.
7. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.
foto: freepik.com/freepik
Swasembada pangan memerlukan kerja sama yang erat antara pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah daerah harus didorong untuk mengembangkan potensi lokal dalam sektor pertanian, sesuai dengan karakteristik wilayahnya.
Kolaborasi ini meliputi penyediaan anggaran, program pelatihan, hingga pengawasan distribusi hasil panen. Langkah ini memastikan strategi swasembada pangan bisa diterapkan merata di seluruh Indonesia.
8. Pemberdayaan komunitas desa.
Desa sebagai unit terkecil dari masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung swasembada pangan. Pemberdayaan komunitas desa melalui pembangunan lumbung pangan lokal memastikan pasokan makanan tetap tersedia, terutama di masa krisis. Program ini juga bisa digabungkan dengan pengembangan pertanian urban atau pekarangan, yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan kecil untuk produksi pangan sendiri.
Strategi ini memerlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, baik pemerintah, petani, maupun masyarakat. Dengan penerapan langkah-langkah ini secara konsisten, Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai swasembada pangan yang kokoh dan berkelanjutan.