Brilio.net - Seiring perkembangan peradaban ada berbagai tantangan yang dihadapi orang tua dalam mendidik anak-anak. Anak-anak yang kini makin mudah mengakses berbagai informasi membuatnya mudah terpengaruh dalam berbagai hal, mulai yang positif hingga negatif. Nggak heran bila orang tua merasa kesulitan memahami dunia remaja yang penuh tantangan, terutama di era digital.
Pergaulan bebas semakin marak terjadi, mulai dari mabuk-mabukan, kenakalan remaja, seks bebas hingga penyalahgunaan obat terlarang. Sebagai contoh, menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut, hubungan seks luar nikah remaja 15-19 tahun mengalami peningkatan. Kasus pada perempuan usia 15-19 tahun sebanyak 59%, sedangkan pada laki-laki 74%.
BACA JUGA :
Dul Jaelani ungkap didikan Ahmad Dhani dan Maia Estianty soal etika, caranya tuai sorotan
Menilik kasus tersebut, belum lama ini ramai dibahas seorang remaja perempuan yang kabur dari rumahnya lantaran dilarang pacaran oleh orang tuanya. Remaja 15 tahun inisial AO kabur bersama pacarnya A di Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. Alhasil, ibu AO melaporkan pacar sang anak ke polisi karena membawa kabur putrinya.
Pergolakan ibu dan anak yang berujung urusan ke polisi tentu jadi momok tersendiri. Lantas muncul berbagai pertanyaan terkait langkah yang bisa dilakukan untuk mendidik anak-anak agar tak terjerumus dalam pergaulan bebas.
Supaya lebih memahaminya, yuk simak ulasan lengkap yang dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (28/11).
BACA JUGA :
Nggak cuma kasih pengertian, ini 9 cara ampuh agar kakak-adik tak saling cemburu
Cara didik anak agar tak terjerumus pergaulan bebas.
foto: freepik.com/freepik
1. Bangun komunikasi terbuka dan berkualitas.
Komunikasi merupakan pondasi utama dalam mencegah pergaulan bebas pada anak. Luangkan waktu berkualitas untuk berbincang secara mendalam tanpa memberikan ceramah maupun intimidasi. Ciptakan suasana nyaman di mana anak merasa aman untuk berbagi cerita, pengalaman, hingga perasaannya tanpa rasa takut akan dikritik atau dihakimi.
2. Tanamkan pendidikan karakter sejak dini.
Pembentukan karakter dimulai dari lingkungan keluarga yang kondusif. Ajarkan nilai-nilai moral, etika, dan spiritualitas secara konsisten melalui teladan langsung. Orangtua perlu menjadi model nyata dari perilaku baik yang ingin ditularkan kepada anak, mulai dari kejujuran, tanggung jawab, hingga rasa hormat terhadap orang lain.
foto: freepik.com/freepik
3. Kenali lingkungan pertemanan anak.
Perhatikan dengan seksama lingkungan pergaulan anak tanpa terkesan memata-matai. Ajak anak untuk memperkenalkan teman-temannya di rumah lalu diskusikan aktivitas mereka secara santai. Kenali orangtua dari teman-teman anak serta pastikan lingkungan sosial mereka positif sekaligus mendukung perkembangan kepribadian.
4. Berikan pendidikan seks yang tepat.
Pendidikan seks bukanlah hal tabu yang harus dihindari. Berikan pemahaman komprehensif sesuai tingkat usia anak dengan bahasa yang mudah dipahami. Jelaskan konsep tubuh, batasan privasi, hingga konsekuensi perilaku seksual sedini mungkin dengan cara yang santun dan informatif.
foto: freepik.com/jcomp
5. Kembangkan minat dan bakat positif.
Salurkan energi anak melalui kegiatan produktif yang bermakna. Fasilitasi anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, klub, atau kursus yang sesuai minatnya. Aktivitas positif seperti olahraga, seni, musik, bahkan kegiatan sosial dapat mengalihkan perhatian dari pergaulan negatif.
6. Ajarkan manajemen emosi dan stres.
Bekali anak dengan kemampuan mengelola emosi secara sehat. Ajarkan teknik relaksasi, komunikasi efektif, serta cara menghadapi tekanan sosial dengan bijak. Latih si kecil untuk mampu menolak ajakan negatif sekaligus membuat keputusan mandiri yang bertanggung jawab.
foto: freepik.com/jcomp
7. Pantau penggunaan teknologi digital.
Media digital menjadi pintu masuk utama berbagai pengaruh negatif. Terapkan pembatasan konten dan waktu bermain gawai secara bijaksana. Gunakan fitur parental control serta diskusikan secara terbuka risiko-risiko yang ada di dunia maya.
8. Bangun kepercayaan diri anak.
Anak dengan kepercayaan diri tinggi lebih mampu menolak ajakan negatif. Berikan apresiasi atas prestasi dan usaha, bukan sekadar hasil akhir. Dorong anak untuk mengambil inisiatif serta membuat keputusan mandiri dalam batas-batas yang aman.
foto: freepik.com/freepik
9. Berikan pemahaman tentang konsekuensi.
Jelaskan secara rasional konsekuensi dari pergaulan bebas tanpa menakut-nakuti. Gunakan contoh-contoh nyata maupun data faktual tentang dampak perilaku berisiko. Ajak anak berpikir kritis sekaligus memahami bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi jangka panjang.
10. Tingkatkan ikatan spiritual.
Pendidikan spiritual memainkan peran penting dalam membentengi diri dari pergaulan negatif. Ajak anak aktif dalam kegiatan keagamaan, ajarkan nilai-nilai moral universal, hingga jadikan agama sebagai pedoman hidup. Tunjukkan bahwa hidup memiliki tujuan mulia yang jauh lebih bermakna daripada sekadar mengikuti arus pergaulan.
Kesimpulannya, mencegah anak terjerumus pergaulan bebas membutuhkan pendekatan holistik yang berkelanjutan. Tidak ada formula instan, namun komitmen orangtua untuk terus mendampingi lalu menyalurkan kasih sayangnya akan membuat perbedaan besar dalam perjalanan hidup anak.