Brilio.net - Stroke adalah penyakit yang menyerang tubuh saat aliran darah ke bagian otak terganggu atau terputus. Kondisi medis ini menyebabkan sel-sel otak kekurangan suplai oksigen dan nutrisi. Stroke terbagi menjadi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik.
Stroke hemoragik adalah kondisi pembuluh darah di otak terpecah, sehingga aliran darah terputus. Sementara, stroke iskemik adalah kondisi aliran darah ke otak mengalami penyumbatan atau pembekuan. Kedua jenis stroke ini memiliki efek serius pada fungsi otak dan dapat menyebabkan kerusakan permanen, lumpuh, kecacatan, bahkan kematian.
BACA JUGA :
Kenali heat stroke kondisi yang dialami Shah Rukh Khan, lengkap dengan penyebab dan cara mengatasinya
Dengan begitu berbahayanya stroke bagi kesehatan tubuh, maka sudah sepatutnya kita menghindari segala pemicu risikonya. Namun apakah kamu mengetahui, banyak dari kebiasaan sehari-hari yang dapat memicu stroke, bahkan di usia muda? Ternyata ada berbagai kebiasaan tersebut, yang menjadi faktor risiko stroke di usia muda, seperti kurangnya aktivitas fisik, kurangnya waktu tidur, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Beberapa kebiasaan itu dapat menyebabkan potensi gangguan masalah serius, khususnya pada sirkulasi darah dan gangguan fungsi jantung. Saat sirkulasi darah terganggu, akan menyebabkan metabolisme tubuh ikut terganggu. Kondisi inilah yang berpotensi memicu risiko penyakit kronis, seperti stroke. Jika kamu ingin mendalami informasi seputar kebiasaan sehari-hari yang memicu stroke di usia muda, kamu bisa membacanya dibawah ini.
Berikut 7 kebiasaan sehari-hari pemicu stroke di usia muda yang sering diabaikan. Seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (5/6).
BACA JUGA :
Dikabarkan terkena stroke, ini 5 kabar terbaru Chairil JM pemeran Mpu Mahasurya di Angling Dharma
7 Kebiasaan sehari-hari pemicu stroke di usia muda yang sering diabaikan
1. Kurang aktivitas fisik
foto: freepik.com
Kurang aktivitas fisik merupakan salah satu kebiasaan sehari-hari yang dapat memicu stroke pada berbagai kalangan, hingga menyerang usia muda. Saat aktivitas tubuh menurun dan tubuh tidak banyak bergerak, dapat menimbulkan masalah pada sistem kardiovaskular. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang kurang sehat, seperti malas bergerak (mager), terlalu banyak istirahat, dan selalu berkeinginan hal instan. Ketika sistem kardiovaskular mengalami gangguan, ini dapat menjadi pemicu penyakit kesehatan jantung, seperti jantung koroner, hingga hipertensi.
Kurang aktivitas fisik, seringkali berkaitan dengan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko utama stroke. Olahraga membantu menjaga elastisitas dan kesehatan pembuluh darah, yang dapat membantu mengontrol tekanan darah lebih baik.
Selain hipertensi, kurangnya aktivitas fisik juga bisa menyebabkan penumpukan plak lemak & kolesterol jahat di arteri. Akibatnya, kondisi ini dapat mempersempit atau menyumbat pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran darah ke jantung dan otak. Hal inilah yang bisa meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga berpengaruh, pada penambahan berat badan yang berisiko obesitas. Berat badan berlebih, terutama lemak jenuh pada bagian organ dalam, berkontribusi besar pada peningkatan risiko stroke. Saat lemak jenuh semakin menumpuk dalam jaringan pembuluh darah, akan menyebabkan penumpukan plak di arteri. Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah terhenti, hingga berujung stroke dan gangguan jantung.
2. Konsumsi makanan tidak sehat
foto: freepik.com
Konsumsi makanan tidak sehat salah satu kebiasaan sehari-hari yang dapat memicu stroke di usia muda. Pola makan berantakan menjadi kebiasaan buruk yang sering diabaikan anak muda. Makanan tidak sehat, terutama tinggi lemak jenuh, garam, dan gula, memiliki dampak negatif pada pembuluh darah dan jantung. Saat tubuh menerima lemak jenuh dan trans secara berlebihan, hal ini dapat menyebabkan penumpukan plak di dinding arteri (aterosklerosis). Plak ini dapat mempersempit arteri dan mengurangi aliran darah ke otak yang meningkatkan risiko stroke iskemik.
Selanjutnya, konsumsi makanan tidak sehat, khususnya mengandung kadar gula tinggi dan pemanis buatan, menjadi sumber utama pemicu risiko diabates dan obesitas. Keduanya merupakan salah satu faktor terbesar yang berujung pada stroke. Makanan dengan kadar gula tinggi, dapat menyebabkan resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Diabetes mampu menghambat sirkulasi pembuluh darah, meningkatkan risiko aterosklerosis, serta hipertensi.
Selain itu, saat darah dalam tubuh terlalu banyak mengandung gula, kondisi ini dapat memicu peradangan kronis pada berbagai jaringan sel-sel tubuh. Peradangan kronis memicu gangguan metabolisme dan penghambatan sirkulasi darah, yang berpotensi stroke.
3. Merokok
foto: freepik.com
Merokok merupakan salah satu kebiasaan sehari-hari yang dapat memicu stroke di usia muda. Masalah utama yang disebabkan oleh rokok adalah memiliki peningkatan risiko pada jaringan sirkulasi darah, seperti pembekuan, tekanan darah tinggi, dan penyumbatan arteri. Saat sirkulasi darah keseluruh organ tubuh terganggu/tersumbat, akibatnya berbagai organ vital akan kehilangan fungsinya. Hal ini berujung pada penyebab utama stroke.
Bahan kimia dalam asap rokok dapat meningkatkan kadar fibrinogen pada jaringan pembuluh darah. Fibrinogen adalah protein yang membantu pembekuan darah, yang berperan untuk meningkatkan kecenderungan darah untuk membeku.
Pembekuan darah yang terjadi pada arteri menuju otak, dapat menyebabkan stroke iskemik. Pembekuan darah juga dapat terjadi karena kerusakan pada fungsi endotel. Endotel adalah lapisan sel yang melapisi pembuluh darah, agar arteri mampu melebar dan meningkatkan elastisitasnya. Ketika terjadi disfungsi endotel, maka aliran sirkulasi darah bisa terganggu, yang berujung pada penyumbatan.
Selain itu, kerugian yang didapatkan tubuh dari kebiasaan merokok adalah kurangnya kadar oksigen dalam darah. Karbon monoksida dalam asap rokok bisa mengikat kadar hemoglobin dalam darah lebih kuat ketimbang oksigen. Kondisi ini menyebabkan ketidakmampuan darah untuk mengangkut oksigen ke seluruh organ vital. Kekurangan oksigen yang kronis dapat merusak jaringan otak dan meningkatkan risiko stroke.
4. Konsumsi minuman beralkohol
Foto: freepik.com
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan adalah salah satu kebiasaan sehari-hari yang dapat memicu stroke, tanpa disadari. Pengaruh kebiasaan hidup tidak sehat, seperti minum alkohol memicu berbagai risiko penyakit, termasuk stroke. Konsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan tekanan darah, pada stimulasi sistem saraf simpatis.
Sistem saraf ini bisa menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama untuk stroke, karena dapat merusak pembuluh arteri, serta meningkatkan risiko kemungkinan pecah/penyumbatan pembuluh darah di otak.
Selanjutnya, konsumsi minuman beralkohol juga terbukti merusak fungsi hati secara lanjut. Salah satu penyakit hati yang disebabkan karena alkohol adalah sirosis hati. Kondisi ini menyebabkan hati kehilangan kemampuan dalam metabolisme tubuh dan lemak. Hal ini berujung pada risiko peningkatan stroke, khususnya bagi anak muda.
Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan otot jantung. Saat otot jantung mengalami kerusakan serius, hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efisien. Kondisi ini juga dapat menyebabkan pembentukan pembekuan darah pada sirkulasi darah di otak yang bisa menyebabkan stroke.
5. Kurang tidur
foto: freepik.com
Kurang tidur atau begadang berlebihan adalah salah satu kebiasaan sehari-hari yang sering diabaikan, namun dapat memicu stroke bagi setiap kalangan, khususnya anak muda. Kebiasaan tidur larut malam, dan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat saat dini hari, menyebabkan tubuh kekurangan waktu istirahat. Saat tidur, tubuh akan memulihkan sel-sel yang rusak sepanjang hari.
Akan tetapi, bila tubuh kekurangan waktu tidurnya, hal ini juga berdampak pada pemulihan sel tersebut. Saat pemulihan sel dan jaringan terganggu, siklus kehidupan jangka panjang juga akan mengalami penurunan kualitasnya, yang berujung pada risiko gangguang kesehatan serius.
Selanjutnya, begadang atau kurang tidur juga memiliki pengaruh buruk pada ritme sirkadian. Ritme sirkadian adalah ritme yang mempengaruhi tekanan darah, metabolisme, dan fungsi jantung secara keseluruhan. Gangguan ini dapat meningkatkan risiko stroke melalui berbagai faktor yang kompleks.
Selain itu pula, kekurangan waktu istirahat juga meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis pada jantung. Hal ini menyebabkan tekanan darah menjadi semakin meningkat, yang ditandai dengan tensi tinggi. Jika terus terjadi demikian, risiko hipertensi akan semakin tinggi, yang berujung pada risiko stroke dikemudian hari.
6. Stres akut
foto: freepik.com
Stres akut adalah salah satu kebiasaan sehari-hari yang sering diabaikan namun dapat memicu stroke. Dikalangan anak muda, stres berlebihan dan gangguan kecemasan seringkali menghantui. Tekanan sosial dan psikis pada sebagian orang dapat menyebabkan overthingking serta stres akut.
Stres berlebihan juga berperan besar dalam mendorong seseorang untuk mengadopsi kebiasaan tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol berlebihan, makan makanan tidak sehat, hingga kurang tidur. Semua faktor ini meningkatkan risiko stroke secara signifikan.
Selain itu juga, ketika seseorang mengalami stres akut, tubuh otomatis akan melepaskan hormon stres, seperti kortisol. Hormon inilah yang dapat meningkatkan detak jantung serta menyempitkan pembuluh darah, yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan faktor risiko pemicu stroke. Hal ini dikarenakan, hipertensi dapat merusak arteri dan meningkatkan risiko pecah atau penyumbatan pembuluh darah di otak.
7. Konsumsi pil kontrasepsi tidak sesuai anjuran
foto: freepik.com
Konsumsi pil kontrasepsi yang tidak sesuai anjuran adalah salah satu kebiasaan sehari-hari yang dapat memicu stroke. Kondisi ini diperparah karena banyak dari anak muda yang mengonsumsi pil kontrasepsi sebelum melakukan hubungan seksual bebas.
Apabila tujuan dari meminum pil kontrasepsi demi kepentingan mencegah kehamilan semata, dan tidak disertai dengan konsultasi dokter ahli kandungan. Bisa meningkatkan risiko stroke dikemudian hari.
Selanjutnya, efek samping mengonsumsi pil kontrasepsi bisa berpengaruh pada peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi merupakan salah satu faktor terbesar dari penyumbatan atau pembekuan darah di otak. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan perubahan produksi hormon dalam tubuh.
Saat produksi hormon menjadi tidak teratur, dan mengganggu fungsi hormon secara keseluruhan, secara tidak langsung juga berpengaruh pada organ vital, seperti jantung.
Magang: Zidan Fajri