Di dunia pendakian, kamu mungkin sudah akrab dengan istilah porter, namun tahukah kamu tentang tren baru yang sedang naik daun di China? Ya, sewa teman mendaki gunung! Fenomena ini semakin berkembang, terutama di kalangan pendaki yang mencari pengalaman mendaki lebih menyenangkan.
Wendy Chen, seorang perempuan berusia 25 tahun, memutuskan untuk menantang dirinya sendiri dengan mendaki Gunung Tai, salah satu gunung terkenal di timur China. Namun, ada satu masalah, yakni dia tidak memiliki teman untuk menemani pendakian yang akan berlangsung selama lima jam.
BACA JUGA :
Perjuangan ayah 65 tahun temani putrinya naik gunung ini bikin terenyuh
Alih-alih membatalkan rencananya, Wendy memilih untuk menyewa seorang pemuda berpengalaman sebagai "teman pendakian" untuk membantunya mencapai puncak setinggi 1.500 meter di atas permukaan laut. Dalam bahasa Mandarin, mereka dikenal sebagai "pei pa," yang berarti "menemani untuk mendaki."
Para pemuda ini bergabung dengan pendaki lain, baik lokal maupun asing, dengan imbalan sejumlah uang. Tren ini semakin populer di tahun 2024, dengan tagar terkait "teman pendakian" yang telah dilihat lebih dari 100 juta kali di media sosial China. Para pemuda ini, yang sering kali adalah mahasiswa atau veteran militer, mempromosikan diri mereka di platform seperti Xiaohongshu dan Douyin, menampilkan tinggi badan, tingkat kebugaran, dan pengalaman mendaki mereka.
Biaya sewa mereka berkisar antara 200 hingga 600 yuan (sekitar Rp437 ribu hingga Rp1,3 juta) per perjalanan. Selama pendakian, mereka melakukan berbagai cara untuk menghibur klien, mulai dari bernyanyi, menceritakan lelucon, hingga membantu membawa tas dan memberikan dukungan moral. Petualangan Wendy dimulai sekitar pukul 20.00, agar dia bisa mencapai puncak tepat waktu untuk menyaksikan matahari terbit yang indah.
BACA JUGA :
Pria ini bertemu nenek 75 tahun masih kuat mendaki Gunung Sangar, ternyata rahasianya sederhana banget
Teman pendakiannya merencanakan rute yang sesuai dengan tingkat kebugarannya dan bahkan menyewakan mantel tebal saat mereka menghadapi angin dingin di puncak. Wendy merasa puas dengan layanan yang diberikan, meskipun dia mengakui bahwa "teman" yang lebih tampan bisa mendapatkan tarif lebih tinggi.
Chris Zhang, seorang mahasiswa berusia 20 tahun, juga memanfaatkan tren ini dengan mengiklankan dirinya sebagai teman pendakian. Dalam waktu tiga bulan, dia berhasil menghasilkan lebih dari 20 ribu yuan (sekitar Rp43,7 juta), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan teman-temannya yang hanya mendapatkan upah bulanan dari magang tradisional.
Namun, meskipun pendapatan yang menjanjikan, pekerjaan ini tidak tanpa risiko. Chen Wudi, seorang teman pendakian, mengakui bahwa pekerjaan ini mungkin tidak berkelanjutan karena melelahkan secara fisik. Selain itu, ada kekhawatiran mengenai keselamatan, terutama bagi perempuan muda yang menyewa teman pendakian. Pasar ini belum diatur, dan ada potensi risiko yang perlu diperhatikan.
Meski begitu, bagi banyak anak muda di China, menjadi teman pendakian adalah cara yang menarik untuk menghasilkan uang sambil menikmati hobi mereka. Chen Wudi, yang kini menjadi teman pendakian penuh waktu, menyatakan bahwa pekerjaan ini memberinya kebebasan untuk menjelajahi alam sambil mendapatkan penghasilan yang cukup untuk hidup.
"Saya suka mendaki dan pergi ke tempat-tempat yang berbeda, dan itu menghasilkan cukup uang untuk membiayai hidup saya," ujarnya.