Brilio.net - Lalat dikenal sebagai serangga pembawa bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Ketika lalat hinggap di makanan, hewan tersebut dapat meninggalkan mikroorganisme berbahaya seperti Salmonella dan E. coli.
Mengonsumsi makanan yang sudah dihinggapi lalat berpotensi menyebabkan keracunan makanan, gangguan pencernaan, hingga infeksi yang lebih serius, penting untuk waspada dan menjaga kebersihan makanan.
BACA JUGA :
Cara ampuh mengusir lalat di meja makan dengan 1 bahan dapur, tak perlu lagi sabun cuci piring
Oleh sebab itu, sebaiknya menjaga kebersihan makanan dari serangga sangat penting untuk dilakukan agar tidak mengganggu kesehatan.
Sebenarnya apa saja sih bahaya mengonsumsi makanan yang telah dihinggapi lalat? Berikut ulasan lengkapnya, disadur brilio.net dari berbagai sumber pada Selasa (1/10).
Bahaya mengonsumsi makanan yang sudah dihinggapi lalat.
BACA JUGA :
9 Cara mengusir lalat yang ampuh, mudah, praktis, dan cepat
foto: freepik.com
1. Kontaminasi bakteri patogen.
Lalat sering membawa berbagai jenis bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Ketika lalat hinggap pada makanan, mereka dapat memindahkan bakteri-bakteri ini ke permukaan makanan. Beberapa bakteri berbahaya yang sering dibawa lalat antara lain Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella.
Penelitian yang dilakukan oleh Butler et al. (2010) di jurnal Applied and Environmental Microbiology menemukan bahwa seekor lalat rumah dapat membawa lebih dari 100 jenis patogen berbeda. Bakteri-bakteri ini dapat berkembang biak dengan cepat pada makanan, terutama jika makanan dibiarkan pada suhu ruang untuk waktu yang lama. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri patogen dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan seperti diare, muntah, hingga demam.
2. Penyebaran telur dan larva parasit.
Selain bakteri, lalat juga dapat membawa telur dan larva dari berbagai jenis parasit. Ketika lalat hinggap pada makanan, mereka dapat meninggalkan telur atau larva parasit ini. Jika makanan yang terkontaminasi dikonsumsi, parasit dapat berkembang di dalam tubuh manusia lalu menyebabkan infeksi.
Beberapa parasit yang sering disebarkan oleh lalat antara lain cacing pita, cacing tambang, bahkan protozoa penyebab disentri. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Parasitology Research oleh Graczyk et al. (2005) menunjukkan bahwa lalat dapat menjadi vektor mekanis untuk penyebaran telur cacing maupun kista protozoa. Infeksi parasit dapat menyebabkan berbagai gejala seperti diare, sakit perut, penurunan berat badan, dan dalam kasus yang parah dapat mengganggu penyerapan nutrisi.
3. Kontaminasi toksin dan zat berbahaya.
Lalat sering berkeliaran di tempat-tempat kotor seperti tempat sampah, kotoran hewan, maupun bangkai. Ketika hinggap di makanan, lalat dapat memindahkan zat-zat berbahaya dari tempat-tempat tersebut. Toksin hingga zat kimia berbahaya yang mungkin terbawa oleh lalat dapat mencemari makanan serta menyebabkan keracunan jika dikonsumsi.
Merujuk penelitian yang dilakukan oleh Sasaki et al. (2000) dalam jurnal Journal of Medical Entomology menemukan bahwa lalat dapat mentransfer endotoksin bakteri dari kotoran ke permukaan makanan. Endotoksin ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sampai gejala seperti demam jika tertelan bersama makanan yang terkontaminasi.
4. Penyebaran virus penyebab penyakit.
Meskipun tidak seumum bakteri, lalat juga dapat menjadi vektor penyebaran beberapa jenis virus. Virus-virus ini dapat menempel pada tubuh atau kaki lalat lalu berpindah ke makanan ketika lalat hinggap. Beberapa virus yang dapat disebarkan oleh lalat antara lain virus polio, virus hepatitis A, dan enterovirus.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Emerging Infectious Diseases oleh Tan et al. menunjukkan bahwa lalat dapat berperan dalam penyebaran virus enterik. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus dapat menyebabkan berbagai penyakit tergantung pada jenis virusnya, mulai dari gangguan pencernaan ringan hingga infeksi yang lebih serius.
5. Peningkatan risiko keracunan makanan.
Ketika lalat hinggap pada makanan, tidak hanya memindahkan mikroorganisme, tetapi juga dapat mempercepat proses pembusukan makanan. Lalat mengeluarkan enzim pencernaan pada makanan untuk memecah nutrisi sebelum memakannya. Proses ini dapat mempercepat pertumbuhan bakteri pembusuk pada makanan.
Makanan yang mulai membusuk memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan keracunan makanan jika dikonsumsi. Penelitian oleh Sulaiman et al. (2011) dalam Food Control Journal menunjukkan bahwa keberadaan lalat pada makanan secara signifikan meningkatkan jumlah total bakteri maupun mempercepat proses pembusukan. Keracunan makanan dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, diare, dan dalam kasus yang parah dapat mengakibatkan dehidrasi berat.
6. Potensi alergi dan reaksi hipersensitivitas.
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap protein yang terdapat pada tubuh atau kotoran lalat yang tertinggal di makanan. Meskipun jarang terjadi, konsumsi makanan yang telah dihinggapi lalat dapat memicu reaksi alergi pada individu yang sensitif.
Gejala alergi dapat berkisar dari ringan seperti gatal-gatal maupun ruam kulit, hingga reaksi yang lebih serius seperti kesulitan bernapas atau syok anafilaksis. Sebuah studi kasus dalam Allergy journal menggambarkan adanya reaksi alergi yang dipicu oleh protein lalat pada beberapa individu. Meskipun kasus seperti ini jarang, risiko ini tetap perlu dipertimbangkan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat alergi.
7. Penurunan kualitas dan nilai gizi makanan.
Selain risiko kesehatan langsung, keberadaan lalat pada makanan juga dapat menurunkan kualitas maupun nilai gizi makanan tersebut. Enzim yang dikeluarkan lalat serta aktivitas mikroorganisme yang dibawanya dapat mengubah komposisi nutrisi makanan. Proses ini dapat mengurangi kandungan vitamin, mineral, bahkan nutrisi penting lainnya dalam makanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Olsen et al. (2001) dalam Journal of Food Protection menunjukkan bahwa kontaminasi lalat pada makanan dapat mempercepat proses oksidasi lemak sekaligus degradasi protein. Konsumsi makanan dengan nilai gizi yang berkurang dapat berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang, terutama jika terjadi secara berulang.
8. Risiko infeksi silang.
Lalat yang berpindah dari satu makanan ke makanan lain dapat menyebabkan infeksi silang. Mereka dapat memindahkan kontaminan dari makanan mentah ke makanan matang, atau dari makanan yang sudah terkontaminasi ke makanan yang sebelumnya aman. Proses ini dapat meningkatkan risiko kontaminasi pada berbagai jenis makanan dalam satu area.
Studi yang dilakukan oleh de Jesus et al. (2004) dalam International Journal of Food Microbiology mendemonstrasikan kemampuan lalat dalam mentransfer bakteri patogen antar permukaan makanan. Infeksi silang ini dapat menyulitkan upaya pencegahan kontaminasi makanan dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit bawaan makanan.
9. Masalah kesehatan masyarakat.
Konsumsi makanan yang telah dihinggapi lalat tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih luas. Dalam skala besar, seperti di restoran atau fasilitas pengolahan makanan, kontaminasi oleh lalat dapat menyebabkan wabah penyakit bawaan makanan yang memengaruhi banyak orang.
Laporan dari World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyoroti peran lalat dalam penyebaran penyakit bawaan makanan di negara-negara berkembang. Hal ini menekankan pentingnya praktik higiene maupun sanitasi yang baik dalam penanganan makanan untuk mencegah penyebaran penyakit melalui makanan yang terkontaminasi lalat.
10. Resistensi antibiotik.
Lalat dapat berperan dalam penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dalam peternakan dan pertanian telah menyebabkan munculnya strain bakteri yang resisten. Lalat yang berkeliaran di lingkungan ini dapat membawa bakteri resisten tersebut ke makanan manusia.
Konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri resisten antibiotik dapat menyebabkan infeksi yang sulit diobati bahkan berpotensi serius. Penelitian yang dipublikasikan oleh Zurek dan Ghosh (2014) dalam jurnal Annual Review of Entomology menyoroti peran lalat dalam penyebaran resistensi antimikroba. Fenomena ini menambah kompleksitas dalam penanganan infeksi yang disebabkan oleh kontaminasi makanan oleh lalat.