Brilio.net - Banyak orang menganggap sepele sampah yang mudah terurai, seperti kertas. Padahal saat tidak dikelola dengan baik, sampah kertas justru bisa jadi bencana. Hampir setengah bagian sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) berasal dari kertas yang berpotensi menyebabkan gas metana. salah satu gas rumah kaca yang berperan signifikasn pada perubahan iklim. Selain berdampak pada pemanasan global, gas metana juga bisa menyebabkan ledakan sampah di TPA.
Hal tersebut kemudian menjadi perhatian tersendiri bagi Fula, mantan arsitek yang kerap menggunakan kertas untuk kebutuhan sketsa. Perempuan yang memiliki nama lengkap Paulin Fula ini mengubah sampah atau limbah kertas jadi barang yang lebih bernilai harganya. Dia mendaur ulanglimbah tersebut jadi sebuah buku jurnal atau sustainable paper craft bernama 'Palka Kreatif'.
BACA JUGA :
Aksi pria tunjukkan fungsi lain pegangan galon ini kreatif abis, hasilnya bisa bikin dapur tampak rapi
Palka Kreatif merupakan salah satu upaya Fula untuk meminimalisir tumpukan sampah kertas di TPA. Di tengah masalah sampah yang tak kunjung selesai di Yogyakarta terutama, Palka Kreatif seakan menjadi angin segar.
"Awalnya itu saya mulai dari memanfaatkan sisa sampah dari waktu zaman kuliah saya. Dulu ada banyak sisa kertas-kertas gitu, mulai dari sisa kuliah itu jadi produk," jelas ibu satu anak ini.
Saat ditanya lebih lanjut, Fula mengaku bahwa ide ini bermula dari keresahannya di masa kuliah. Mengikuti berbagai kegiatan di alam bebas membuat perempuan satu ini melihat lebih dalam tentang masalah lingkungan dan budaya, termasuk kompleksnya isu sampah. Oleh sebab itu, ia berusaha untuk terus bergerak dengan mengolah sendiri sampah kertas yang dihasilkan.
BACA JUGA :
Nggak perlu beli, cara bikin tempat sampah dari barang bekas ini ekonomis dan gampang ditiru
foto: brilio.net/annatiqo
Setelah lulus kuliah arsitek dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) pada 2013, Fula bekerja selama 3 tahun sembari mengeksplorasi kertas-kertas yang bisa didaur ulang. Di masa-masa tersebut, ia juga kerap mengikuti pelatihan dan program kreatif untuk mengembangkan bisnisnya. Lantas pada 2014, Palka Kreatif secara resmi berdiri.
"Dulu sistemnya pre-order dulu, jadi saya nggak perlu pakai uang pribadi sih, memang orang bayar dulu baru saya bikin ini. Nah dari situ labanya saya kumpulin, mau beli (alat) apa dulu," tutur Fula.
Kini, Palka Kreatif tak hanya berfokus pada limbah kertas, Fula mengaku bahwa ia juga memanfaatkan limbah organik lain, salah satunya adalah bunga. Bunga yang seringkali hanya menjadi dekorasi sekali pakai dan terbuang begitu saja, bisa lebih bernilai di tangan Palka Kreatif. Fula memanfaatkan bunga sebagai pewarna atau menambah motif dan tekstur pada kertas yang didaur ulang. Hal ini menjadi salah satu variasi dari kertas yang diproduksi oleh Palka.
Fula sengaja memilih mendaur ulang bunga yang tak terpakai di toko atau event (acara). Salah satu yang menarik perhatian adalah saat Palka Kreatif mendaur ulang bekas bunga dari acara dies natalis UGM pada akhir tahun 2023 lalu. Deretan papan karangan bunga yang digunakan sebagai pajangan itu kemudian dipilah dan dikeringkan untuk daur ulang. Walaupun tetap tidak semua jenis bunga bisa didaur ulang dan dicampur dengan kertas. Hanya bunga marigold saja yang bisa melebur dengan kertas dan bahkan bisa digunakan sebagai 80% bahan utama pembuatan kertas.
foto: brilio.net/annatiqo
Menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan.
Pada 25 Juni lalu, tim brilio.net berkesempatan berkunjung ke studio Palka Kreatif di daerah Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Studio yang terletak di tengah perkampungan tersebut tampak begitu sederhana dengan pendopo di bagian depannya. Pendopo ini seperti bangunan lawas, begitu asri dengan beberapa pohon rindang di halamannya.
Saat memasuki pendopo, terlihat tumpukan buku memenuhi etalase yang diletakkan di bagian selatan. Sedangkan di sisi utara, terdapat beberapa rak kayu dengan tinggi sekitar 2 meter digunakan untuk menjemur kertas yang sudah dicetak. Fula kemudian menunjukkan sisi selatan pendopo, tempat semua kertas bekas didaur ulang dan diolah lagi untuk kemudian dicetak.
Di bagian pengolahan kertas ini, terdapat dua orang laki-laki yang bertugas, yakni Ahmad dan Kiki. Mereka bertugas mengolah limbah kertas dari awal, mulai dari proses pencacahan, pencampuran bahan organik lain, hingga pencetakan. Karena semua dikerjakan secara manual, tempat ini benar-benar harus steril supaya kertas yang dihasilkan bisa bersih dan limbahnya juga dapat dipakai ulang.
Foto: brilio.net/annatiqo
Menurut Fula, kertas dari buku yang hendak didaur ulang pada dasarnya sudah melewati proses seleksi. Sebagian besar buku yang didaur ulang Palka Kreatif berasal dari kertas novel, book paper, dan ivory. Dia cenderung menolak kertas berasal dari produksi pabrik skala besar karena mengandung bahan kimia tinggi. Pasalnya, kertas yang mengandung bahan kimia tetap akan menghasilkan residu kimia yang mencemari lingkungan dan sulit didaur ulang berkali-kali.
Sebagai gantinya, Fula selalu menggunakan bahan organik ramah lingkungan untuk membuat berbagai variasi buku. Selain bunga, dia juga memanfaatkan akar, daun, dan batang tanaman. Berbagai macam bahan dasar tersebut biasanya akan dipakai untuk pewarna, penambah tekstur, atau bahkan motif pada kertas.
"Kita mengeksplorasi pewarna alam dari tanaman terus nanti kita gunakan untuk pigment kubur kertasnya kalau motif kita eksplorasi serat bunga sama daun," papar Fula.
Bukan tanpa sebab, Fula ingin limbah paling akhir yang dihasilkan dari produksi kertas tidak mencemari lingkungan dan bisa dipakai berulang kali. Oleh sebab itu, penggunaan kertas yang mengandung banyak bahan kimia juga sangat dibatasi.
foto: brilio.net/annatiqo
"Nyambung ke yang menghindari penggunaan bahan kimia, juga untuk limbahnya sendiri untuk keluarnya kami diminimalisir. Kayak biasa endapan-endapannya dipakai lagi," jelas Kiki selaku manager produksi di bagian pengolahan limbah kertas.
Jika ditilik lebih lanjut, proses pembuatan handmade recycle paper ini memang membutuhkan waktu cukup lama. Menurut Fula, paling tidak 4-7 hari hingga kertas siap digunakan. Walaupun sebenarnya, durasi tersebut juga disesuaikan dengan jenis dan ketebalan kertas yang dibuat. Semakin tebal kertasnya, lebih lama pula pengolahan dan pengeringannya.
Kertas yang sudah kering nantinya akan dipindahkan ke ruang produksi, berada di sisi utara pendopo. Ruang produksi ini dipegang oleh 4 orang perempuan. Keempat karyawan tersebut bekerja menyusun dan mendesain kertas yang sudah didaur ulang hingga jadi buku. Semua proses penyusunan dan penjilidan dilakukan secara manual menggunakan keterampilan tangan. Hal inilah yang kemudian membuat buku yang diproduksi Palka Kreatif memiliki nilai tinggi.
Menekan produksi residu atau limbah kertas yang dihasilkan.
Bagi Fula dan Palka Kreatif, limbah kertas harus bisa diatasi. Memproduksi buku pun perlu dibarengi dengan penanganan limbah yang ditimbulkan. Bukan dengan membuangnya begitu saja ke TPA, Fula memilih mengumpulkan semua limbah kertas yang dihasilkan untuk kemudian diolah kembali. Proses ini terus menerus dilakukan hingga limbah yang dihasilkan bisa ditekan seminimal mungkin dan tidak dapat digunakan lagi.
"Limbah-limbah kertas itu kami usahakan nggak dibuang tapi kami kami daur ulang lagi. Gitu terus hasil daur ulangnya, kami bikin buku lagi, bikin buku lagi," ujar Fula di rumah produksi Palka Kreatif.
Pasalnya, limbah atau residu yang masih bisa didaur ulang nantinya akan dicampur lagi dengan air untuk dicetak kembali menjadi kertas. Namun turunan kertas tersebut menghasilkan kualitas yang berbeda dari sebelumnya karena sudah bercampur berbagai macam bahan.
foto: brilio.net/annatiqo
Seperti hasil residu yang ditunjukkan Fula kepada tim brilio.net, sudah bercampur serabut batang pohon pisang. Residu kertas yang sudah kering tersebut tampak sudah mengering dan tumbuh beberapa tunas tanaman. Menurut Fula, residu dari limbah kertas ini pada dasarnya bisa digunakan kembali. Tak hanya untuk kertas, namun bisa dijadikan media tanam.
Di sisi lain, Fula juga membuat jenis kertas benih, yakni kertas yang dicampur dengan biji-bijian atau benih tanaman tertentu. Residu kertas yang sudah bercampur dengan serat dari batang pohon pisang juga bisa jadi biang dari kertas benih. Nah, kertas benih sendiri dibuat dengan tujuan agar jika sudah tidak terpakai, kertas tersebut ditanam agar benih di dalamnya bisa tumbuh.
"Walaupun memang nggak bisa 100% karena pasti tetap ada residu akhir, setidaknya sampai di sini, kita berhasil menghasilkan sedikit (limbah). Hanya satu kantong kecil saja residu, itu pun penuh sebulan sekali. Yang masuk situ cuma plastik-plastik kemasan bahan yang kita beli, yang daur ulang," ujar Fula.
Proses yang lama menghasilkan nilai produk tinggi.
foto: brilio.net/annatiqo
Dari proses panjang dan keterampilan yang tinggi, menghasilkan produk bernilai tinggi, seperti kertas-kertas dari Palka Kreatif ini. Ada puluhan jenis kertas dengan bahan, tekstur, ukuran, dan motif berbeda. Karena dibuat secara manual dengan tangan, maka setiap kertas memiliki karakteristik dan bentuk yang berbeda.
Bagi Fula, nilai dari kertas yang dihasilkan bukan hanya sekadar angka. Lebih dari itu, dia melihat bahwa menekan produksi limbah juga menjadi salah satu nilai penting yang baik untuk lingkungan. Di Palka, Fula juga berusaha mengajak para pengrajin daerah untuk melengkapi produknya. Misalnya dengan menggunakan produk bunga kering dari pengrajin bunga atau sampul berbahan kulit dari pengrajin. Hal-hal inilah yang kemudian membuat kertas atau buku yang dihasilkan jadi lebih bernilai tinggi karena ada banyak orang terlibat dalam pembuatannya.
Kertas-kertas ini lantas dijual di toko Palka Kreatif yang berada di Jalan Prawirotaman dengan harga bervariasi, mulai dari Rp1.500 hingga Rp25.000 per lembarnya. Selain menjualnya di toko, Fula juga mengaku kerap menerima pesanan khusus, misalnya kertas untuk kebutuhan pameran atau lukisan. Walaupun ada kalanya, Fula juga menghadapi sejumlah calon konsumen yang mundur karena berbagai alasan. Baik karena permintaan produksi yang ingin serba cepat, banyak, atau harganya tinggi.
"Market Indonesia itu belum bisa merespon nilai jual yang dibuat oleh tangan, pasti mahal. Di sisi lain, di bisnis kan harus harus balance (seimbang) nilai jualnya, sehingga kami nyasarnya tuh yang eksklusif produk," jelasnya.
foto: brilio.net/annatiqo
Memberdayakan perempuan sebagai pekerja.
Sebagian besar produk kertas yang dihasilkan oleh Palka dibuat dengan tangan secara manual. Fula mengaku tidak terlalu banyak memanfaatkan mesin untuk mendaur ulang atau pun menyusun kertas-kertas yang hendak dijadikan buku. Oleh sebab itu, produk yang dihasilkan juga masih terbatas pada kertas. Namun perempuan lulusan arsitek ini mengaku cukup puas dengan hal tersebut karena dengan begitu, dia bisa mengajak masyarakat untuk bekerja dan lebih berdaya.
"Saya lebih senang interaksi dengan sesama artisan. Jadi saya lebih berpikir kalau handmade itu saya bisa menolong lebih banyak orang," pungkas Fula.
foto: brilio.net/annatiqo
Sejak 10 tahun berdiri, Fula kini telah mempekerjakan 15 karyawan yang sebagian besarnya merupakan perempuan. Para perempuan ini ditugaskan untuk menyusun dan mendesain kertas yang hendak dijadikan buku, sedangkan sebagian lainnya bekerja di toko yang berada di wilayah Prawirotaman, Yogyakarta. Tidak semua perempuan yang dipekerjakan masih muda, Fula juga mengajak para ibu berusia lebih dari 30 tahun untuk ikut bekerja secara freelance dari rumah.
Usut punya usut, Fula memiliki alasan tersendiri tentang pilihannya tersebut. Selain untuk menambah pemasukan keluarga, ia mengaku bahwa sebagian perempuan yang sudah berumah tangga sering memiliki kesempatan terbatas untuk mengembangkan diri. Segala tuntutan rumah tangga, kebutuhan anak, dan suami membuat perempuan sibuk, sehingga memiliki waktu terbatas untuk dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Fula hendak memberikan kesempatan kepada para perempuan agar bisa lebih banyak belajar, mengeksplorasi, dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, salah satunya dengan cara bekerja sebagai freelance di Palka.
"Nggak hanya tentang produksi palka juga, kami juga main, menjalin relasi, membangun karakter-karakter lain. Nah, kalau misalnya itu bisa dialami oleh istri atau ibu yang bisa disambi (dilakukan sembari) ngasuh anak di rumah, itu juga luar biasa ya, Mbak," ujarnya lebih lanjut.
foto: brilio.net/annatiqo
Ada banyak bentuk eksplorasi yang dilakukan para pekerja perempuan di Palka Kreatif. Misalnya di studio, sejumlah karyawan biasanya akan mencoba mengkreasikan limbah atau bahan yang tersisa sebagai salah satu bentuk ekspresi diri. Karolin sebagai salah satu karyawan toko sempat memperlihatkan beberapa hasil kreativitas tersebut. Di antaranya ada tote bag yang dicelup atau direndam pewarna alami dan gantungan kunci bentuk notebook mini.
"Kita tuh di sini suka me time gitu loh, jadi di luar studio kita juga bebas bereksplorasi, kadang kita nyelup bareng, nyelup tuh kayak belajar sama teman-teman, jadi kita bisa nyelup sama teman-teman, belajar pewarna alam banget. Tuh, di pojokan salah satunya yang tote bag," ujar Fula menambahkan.