Brilio.net - Furniture atau perabot home decor adalah salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari desain interior rumah. Perabot yang unik akan menarik perhatian orang dari ruangan, dan menjadi objek penting dan vocal print dari suatu ruangan tersebut. Perabotan yang dipilih sebuah ruangan atau hunian mampu mencerminkan kepribadian dan style pemiliknya. Tak heran saat ini banyak masyarakat yang menyukai produk-produk home decor dengan desain yang tak biasa dan bisa dibilang sangat eksklusif.
Hal itulah yang juga sempat dilirik oleh lelaki asal Jepara, Tommy Dharma Wiratama (31). Tommy memulai bisnis home decor atau furniture bergaya anak muda dengan mengusung konsep originalitas dan sesuai dengan karakter si pemesan ini sejak Agustus 2015. Bernama Saka Utara, awal mula ia memulai bisnis ini dengan memasarkan produk furniturenya pertama kali di salah stau stand Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), yang digelar 19 Agustus hingga 5 September 2015 lalu.
"Saya membuka stand Saka Utara pertama pas FKY 2015 di Taman Kuliner, Condong Catur, Yogyakarta. Waktu itu nggak laku. Lakunya cuma satu, itu saja yang beli bule," ujar Tommy ketika ditemui brilio.net, Kamis (3/12).
BACA JUGA :
Tirta Hudhi, dokter kece pemilik tempat cuci sepatu Shoes And Care
Namun menurutnya, pasca acara FKY tersebut, orderan untuk membuat home decor atau furniture sesuai pesanan justru meningkat. Banyak orang yang memesan home decor dan furniture tak hanya berasal dari Yogyakarta, melainkan dari luar Yogyakarta. Bahkan, beberapa hasil karya dari Saka Utara pun telah diekspor ke luar negeri, seperti ke Peru dan Mauritius Island.
"Sebenarnya, Saka Utara hanya menawarkan ide dan konsep, lalu membuatkan furniture sesuai dengan ide dan konsep dari klien. Hal itulah yang membuat Saka Utara unik, tidak seperti home decor dan furniture pada umumnya," ujar ayah beranak satu ini.
BACA JUGA :
Pelesetan logo ini jadi usaha kaus yang laris-manis, kreatif!
Saka utara yang mempunyai showroom di Jl Nogotirto No 261 Gamping, Sleman, dan mini showroom di Taman Kuliner Condong Catur Kios K.62 Yogyakarta ini hampir 90 % selalu menggunakan limbah kayu untuk membuat furniture-furniture terbaiknya. Tommy sangat cermat melihat peluang dalam memanfaatkan sisa-sisa limbah kayu industri yang kemudian disulapnya menjadi sesuatu yang sangat artistik dan bernilai seni tinggi.
"Pada dasarnya, saya bukan seseorang yang senang menebang pohon untuk membuat suatu karya, jadi saya usahakan untuk lebih memanfaatkan limbah untuk membuat sesuatu yang baru, dan ajaibnya hasil dari limbah tersebut justru jauh bernilai tinggi daripada hasil dari kayu pohon langsung," papar lelaki yang juga vokalis dari band Dharma, salah satu band pop rock kenamaan Yogyakarta ini.
Menurut Tommy, Saka Utara memiliki customer lebih kepada orang-orang yang memang tengah mencari sesuatu untuk rumah atau cafe mereka. Kebanyakan orang-orang tersebut memang sengaja mencari suatu konsep yang unik dan menarik, serta sesuatu yang memang tidak ada duanya, dan Saka Utara membantu mewujudkan konsep-konsep tersebut menjadi suatu perabot yang berkualitas tinggi dan istimewa.
Tak hanya menjual konsep yang vintage, unik, fresh, serta original, Saka Utara juga mengedepankan kualitas material yang memang sangat Tommy perhatikan. Bahan limbah kayu yang Tommy ambil biasanya berasal dari Jepara, Jatilawang, Banjar, Blora, hingga Purwodadi.
"Saka utara memang mengusung konsep yang personal. Kami berusaha mewujudkan konsep klien menjadi suatu perabot yang sesuai dengan apa yang mereka impikan. Dan untuk mengusung konsep personal tersebut, aspek material dan desain menjadi nomor satu," jelasnya.
Saka Utara yang satu tim terdiri dari tiga orang, yakni Tommy sebagai director, serta dua orang rekannya di bagian konstruksi dan bagian artwork ini terus melakukan inovasi-inovasi dan gebrakan-gebrakan untuk tetap selalu menyuguhkan kualitas-kualitas terbaik dari home decor tersebut.
"The power of social media memang. Kita ada Instagram dengan username @SakaUtara, Facebook dengan nama Saka Utara, dan juga YouTube bernama Saka Utara. Dan kebanyakan klien kita tahu dari media sosial itu," katanya lagi.
"Ke depannya saya ingin merambah justru ke customer lokal. Oh iya, kita ada program Ndudah Celengan dalam waktu dekat. Konsepnya masih rahasia. Tapi maksud tujuan dari Ndudah Celengan itu, saya ingin lebih mengenalkan furniture kayu ke berbagai kalangan, bahwa kayu ternyata bisa menjadi sesuatu yang tak melulu old stuff, terutama limbah kayu," imbuh Tommy.