Brilio.net - Nama penyanyi legendaris Titiek Puspa tentulah bukan nama yang asing bagi masyarakat di Indonesia. Ya, Sejak tahun 50-an lalu, Titiek memang telah menunjukkan besar ketertarikannya pada dunia tarik suara.
Sebutlah single Kupu-Kupu Malam, Marilah Kemari, Apanya Dong, menjadi salah satu singlenya yang hits hingga kini. Bahkan meski sudah banyaknya penyanyi muda baru berdatangan, eksistensi wanita 81 tahun ini seolah tak dapat tergeser sedikitpun.
BACA JUGA :
Tips menjaga kesehatan kulit ala Catherine Wilson
Bicara soal kesuksesannya kini, rupanya tak banyak yang tahun Titiek pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya. Ia pernah melewati kehidupan saat Indonesia dalam masa penjajahan Jepang pada tahun 1942 lalu.
Dikutip dari Liputan6.com dalam buku karya Alberthiene Endah berjudul Titiek Puspa A Legendary Diva, di sana Titiek menceritakan banyak pengalaman miris yang pernah dilalui pada masa itu. Berikut brilio.net rangkum dari Liputan6.com, Senin (16/9).
1. Makan tempe dan sayur bening.
BACA JUGA :
20 Tahun berlalu, ini kabar terbaru 6 pemain sinetron Gerhana
foto: Instagram/@inul.update
Pada 1942 adalah tahun yang berat bagi keluarga Titiek Puspa. Kondisi perekonomian di Indonesia jatuh karena kedatangan Jepang ke Indonesia.
Untuk mencukupi kebutuhan makan, ibunda Titiek Puspa sampai menukarkan perhiasannya dengan kebutuhan pangan pokok dan berjualan sari pati singkong.
Hasil dari berjualan dipakai untuk membeli sedikit lauk pauk. Hampir setiap hari keluarga Titiek Puspa hanya makan tempe dan sayur bening. Itu pun satu orang mendapatkan tempe yang ukurannya tak lebih lebar dari dua jari tangan orang dewasa.
2. Kutu rambut dan kulit.
foto: Instagram/@mbahdarmoeee
Titiek Puspa pernah mengalami hal mengerikan yaitu wabah kutu kulit yang terjadi pada masa itu. Untungnya, Titiek Puspa dan saudara-saudaranya jarang keluar rumah. Sehingga mereka hanya terkena kutu rambut saja.
Setiap harinya rambut Titiek Puspa dan saudara-saudaranya diguyur dengan air panas untuk menghilangkan kutu-kutu tersebut. Setelah rambutnya kering, mereka menyisiri rambut dengan serit untuk menemukan kutu rambut yang menempel di kepala.
3. Makan roti sisa.
foto: kapanlagi.com
Saat ayahnya mengatakan bahwa Titiek Puspa sudah bisa masuk sekolah, ia sangat senang. Dalam benaknya, masa sekolah menjadi hiburan atas kesulitan yang ia alami. Namun, masa sekolah Titiek Puspa tak seindah bayangannya.
Kebanyakan murid berasal dari kalangan yang berada. Mereka selalu membawa bekal roti untuk dimakan saat jam istirahat.
Mengalami kesulitan ekonomi membuat Titiek Puspa hanya bisa melihat pemandangan itu. Tak jarang pula Titiek Puspa menghabiskan potongan roti yang dibuang di lantai oleh murid-murid tersebut.
4. Makan kulit pisang.
foto: kapanlagi.com
Ekonomi yang kian memburuk kadang membuat keluarga Titiek Puspa tidak bisa makan. Jika sudah seperti itu, Titiek Puspa kecil menyisir jalan di sekitar rumah untuk mencari makanan yang bisa dimakan.
Bahkan Titiek Puspa pernah memakan kulit pisang yang dibuang oleh serdadu Jepang. Ibu dua anak ini melahapnya dengan nikmat.