Brilio.net - Pandji Pragiwaksono dikenal sebagai komedian yang kerap menuai kontroversi lewat materi-materi yang dibawakan saat stand up comedy. Banyak orang tersinggung karena materinya. Malah, ia tak jarang mendapat somasi dari sejumlah kalangan. Sebut saja ketika menggelar Provocative Proactive, Pandji sempat disomasi Menteri Hukum dan HAM. Tapi apakah ia kapok? Ternyata nggak tuh.
Saya sudah bisa baca risiko paling buruk soal ketersinggungan yang akan terjadi. Yang penting saya selalu membuka ruang dialog bagi orang yang tersinggung karena materi stand up comedy saya. Dan yang terpenting saya bersedia minta maaf, ujar Pandji saat konferensi pers Komoidoumenoi di wilayah Puri Kembangan, Jakarta Barat, Rabu (19/8/2020).
BACA JUGA :
10 Potret terbaru Pandji Pragiwaksono, turun berat badan hingga 15 kg
Sejak menggeluti dunia stand up comedy pada 2010, Pandji merupakan salah satu komika yang cukup produktif. Pada Desember 2011 ia menggelar komedi tunggal pertama bertajuk Bhinneka Tunggal Tawa. Saat itu ia tampil dihadapan 430-an penonton di Teater Usmar Ismail.
Lalu di tahun berikutnya (2012) ia kembali menggelar special show Merdeka Dalam Bercanda dihadapan 800 penonton. Setahun kemudian Pandji kembali menggelar pertunjukan tunggalnya dengan mengusung tema Mesakke Bangsaku di hadapan 1200-an penonton di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.
Lalu pada 2014, Mesakke Bangsaku dipentaskan di 11 kota di Indonesia dan 7 negara di 4 benua. Pertunjukan ini sekaligus menjadi perjalanan Stand Up Comedy World Tour pertama Pandji. Ia pun menjadi orang Indonesia pertama yang keliling dunia lewat karya stand up comedy.
BACA JUGA :
10 Potret lawas Babe Cabita saat remaja, parasnya bikin pangling
Lantas pada 2016 Pandji kembali menggelar special show yang mengusung tema Juru Bicara di hadapan sekitar 3.000 penonton. Ini world tour kedua Pandji yang dipentaskan di 24 kota di 5 benua.
Kemudian pada 2018 Pandji menggelar pertunjukan Pragiwaksono dihadapan 5.000 penonton. Lalu pada pertengahan 2019 ia menggelar pertunjukanSeptictank yang hanya dipertontonkan di Yogyakarta. Tahun ini di tengah masih merebaknya Pandemi Covid-19, Pandji nekat menggelar Komoidoumenoi.
Pertunjukan ini lahir dari keresahan Pandji terhadap ketersinggungan masyarakat dalam komedi. Tiap tahun saya selalu ada masalah menyinggung masyarakat. Keresahan inilah yang mendorong saya membuat pertunjukan Komoidoumenoi. ujar Pandji.
Nah seperti apa persiapan hingga konten yang akan ditampilkan pada gelaran Komoidoumenoi, berikut 9 faktanya:
1. Komoidoumenoi, objek tertawaan ala Aristophanes
Istilah Komoidoumenoi dipopulerkan Aristophanes yang dikenal sebagai Bapak Komedi pada abad ke-400 sebelum masehi. Komoidoumenoi sendiri sebenarnya sebuah kiasan yang digunakan Aristophanes untuk menyebut objek tertawaan. Menurut Aristophanes yang juga seorang penulis drama, komedi membutuhkan objek. Orang akan tertawa karena ada yang ditertawakan.
Aristophanes adalah orang pertama yang menggunakan komedi sebagai alat untuk mengejawantahkan keresahannya kepada Komoidoumenoi-nya (bahan tertawaan), yaitu para politisi dan orang-orang terhormat di masyarakat.
Dari sinilah Pandji menarik kesimpulan bahwa sejak pertama dilahirkan komedi sebagai bentuk keresahan, sudah menyinggung. Jadi kalau hari ini ada yang meminta komedi tidak menyinggung, jelas nggak bisa.
Makanya sampai hari ini komedian selalu menyinggung karena komedian membutuhkan Komoidoumenoi. Alasan menggunakan kata Komoidoumenoi, pesan yang ingin saya sampaikan adalah sejak 400 tahun lalu, komedi sudah menyinggung, papar Pandji.
2. Stand up comedy paling berisiko
Hampir seluruh materi yang bakal dipentaskan di Komoidoumenoi berkaitan dengan ketersinggungan. Bahkan Pandji menyebut Komoidoumenoi sebagai pertunjukan paling berisiko karena materi yang dibuat tanpa memikirkan perasaan masyarakat yang menjadi objek tertawaan. Kami niatnya melawak bukan untuk menyinggung masyarakat. Tersinggung itu adalah kewajaran dan refleks sama seperti tertawa, kata Pandji.
3. Durasi tampil disesuaikan protokol Covid-19
Rencananya, dalam Komoidoumenoi Pandji akan tampil selama 1 jam 45 menit. Namun hal itu tergantung pada skema protokol kesehatan yang akan diterapkan. Jika pihak penentu kebijakan memberikan izin pertunjukan dengan syarat yang cukup ketat, misalnya penyelenggara menerapkan jumlah penonton harus 50% dari kapasitas Istora Senayan, maka pertunjukan akan dibuat dalam dua kali pertunjukan. Waktu pentas pun akan diperketat.
4. Logo terinspirasi Red Ruby
Ada yang menarik dari logo pertunjukan Komoidoumenoi. Sekilas seperti logo Superhero. Namun jika diperhatikan secara seksama, logo tersebut membentuk angka 7 yang melambangkan tujuh pertunjukan tunggal Pandji.
Selain itu, menurut Pandji, Logo tersebut merupakan penyederhanaan dari Red Ruby, batu permata yang banyak digunakan para raja di masa lalu. Jadi ini bisa-bisanya gue aja yang menganggap sebagai raja stand up comedy dan sudah membuat pertunjukan tunggal sudah tujuh kali, kelakar Pandji.
5. Alasan emosional memilih Istora Senayan
Bukan tanpa alasan Pandji memilih Istora Senayan sebagai tempat pamungkas pementasan tujuh kota di tahun ini. Selain berkapasitas besar (7.500 orang), sejak awal berkarier di stand up comedy Pandji sudah bertekad bakal menggelar pertunjukan tunggal di tempat ini.
Selain itu, Pandji juga punya kesan emosional dengan Istora Senayan. Pandji pernah membawakan stand up comedy di Istora saat mendiang Glenn Fredly menggelar konser Cinta Beta pada 2012 silam. Pandji mendapat kesempatan sebagai penampil pembuka dan mampu membakar suasana sekitar 7 ribu pasang mata yang menghadiri Istora Senayan ketika itu. Glenn adalah orang pertama yang memberikan Pandji kesempatan stand up di Istora.
Saat turun panggung gue langsung terobsesi harus stand up di Istora senayan. Tahun ini Glenn meninggal dunia dan itu membuat gue semakin terobsesi bikin pertunjukan di Istora, ujar Pandji.
6. Menggandeng Qlue Smart City
Dalam menggelar Komoidoumenoi, Pandji menggandeng Qlue Smart City, sebagai partner utama teknologi keamanan Covid-19. Wajar sih. Sebab Qlue merupakan penyedia ekosistem smart city terlengkap di Indonesia.
Rencananya, di setiap kota akan disiapkan sejumlah Qlue Thermal, alat pengukur suhu badan yang sudah dilengkapi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Alat ini akan bekerja sempurna jika orang yang di ukur suhunya sudah menggunakan masker. Jika tidak, maka alat ini akan meminta orang tersebut untuk memakai masker terlebih dahulu agar data suhu tubuhnya bisa terbaca.
Alat ini merupakan versi terbaru yang bisa membaca seluruh wajah dan akan bergerak sesuai tinggi badan orang yang diukur. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang hanya fokus pada satu titik di wajah.
7. Melibatkan BEM FKM UI
Perumusan desain protokol kesehatan dalam pertunjukan ini dipercayakan kepada Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (BEM FKM UI) yang setiap hari berkecimpung dan belajar mengenai Covid-19.
Protokol yang dibuat akan dirilis mendekati waktu pertunjukan. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan dan situasi dinamika Covid-19 agar protokol yang dibuat bisa akurat dengan kondisi terkini.
8. Optimistis tiket bakal ludes
Belajar dari penjualan 3.300 tiket presale periode pertama (Wongsoyudan) pada Juni 2020 yang habis dipesan dalam waktu satu menit dan terjual hanya dalam waktu 3 jam, Pandji optimistis presale periode kedua hari ini (20 Agustus 2020) juga akan mendulang sukses yang sama. Padahal, pada di periode pertama, harga tiket dibanderol hingga Rp 1 juta. Hal ini menggambarkan masyarakat masih menyimpan uang dan mereka membutuhkan hiburan.
9. Sejumlah komika muda bakal jadi opener
Untuk pertunjukan di tujuh kota tahun ini, Komoidoumenoi akan melibatkan sejumlah komedian muda. Di Makassar yang rencananya akan digelar 7 November 2020, Yudha Brajamusti akan menjadi opener. Sementara Abraham Tino akan menjadi opener di Kota Denpasar pada 14 November 2020.
Lalu di Kota Balikpapan yang akan dilaksanakan pada 21 November 2020 akan menampilkan Gamila Arief sebagai opener. Sedangkan pada 28 November 2020, giliran Andri Sakti yang akan tampil di Kota Palu. Bintang Emon akan tampil di Yogyakarta pada 5 Desember 2020.
Lalu pada 13 Desember 2020 di Banda Aceh akan tampil Priska Baru Segu. Nah gelaran pamungkas Komoidoumenoi tahun ini yang akan dilaksanakan di Istora Senayan pada 20 Desember 2020 akan menampilkan komika yang punya tagline Lelah Miskin OTW Kaya, Marshel Widianto. Marshel adalah komika yang kerap menjadikan kemiskinan yang ia alami sebagai materi stand up.