Brilio.net - Pernikahan menjadi momen sakral yang dinanti-nanti banyak orang. Bagi setiap orang yang menikah tentu mengharapkan momen ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Namun sayangnya, beberapa orang harus melewati hubungan pernikahan yang tak selalu berjalan mulus. Lika-liku pernikahan yang dilewati bersama pasangan pun justru membawa mereka ke perceraian.
Seperti yang dialami oleh artis cantik Denada. Hubungan rumah tangganya dengan fotografer Jerry Aurum harus berakhir di pengadilan pada 2015 lalu. Diketahui, Denada menikah dengan Jerry Aurum pada 2012 lalu. Dari pernikahannya tersebut, keduanya dikaruniai seorang putri bernama Shakira Aurum.
BACA JUGA :
10 Potret apartemen Denada di Singapura, minimalis bernuansa putih
Kegagalan itulah yang akhirnya membuat Denada merasa semuanya sudah cukup. Lewat channel YouTube milik Daniel Mananta, Denada menceritakan mengenai kisah hidupnya. Ia mengaku jika sempat tak ingin menikah pasca rumah tangganya berakhir dengan kegagalan. Hal itu diungkapkan Denada kepada sang ibu, Emilia Contessa dan membuat sang ibu pun bersedih dan menangis.
BACA JUGA :
Sebulan lebih jalani lockdown di Singapura, begini kondisi anak Denada
foto: YouTube/Daniel Mananta Network
"Even pada saat itu nih, gue pernah bilang sama nyokap gue pada saat gue cerai, Ma, thats it. Gue enggak mau nikah lagi. Dan nyokap gue waktu itu sempat mau nangis. Sampai nangis dia ngomong sama gue please, dont say that," ungkap Denada dilansir brilio.net pada Kamis (6/8)
Ia menambahkan jika keinginannya hanya ingin berfokus kepada putri semata wayangnya. Ya diketahui, jika putrinya tengah mengidap penyakit kanker darah. Oleh karenanya, pemilik nama lengkap Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan ini ingin merawat sang anak hingga sembuh.
"Gue bilang gue cuma mau konsentrasi soal anak gue, enggak mau lagi mikirin soal nikah," kata Denada melanjutkan.
foto: Instagram/@denadaindonesia
Namun, pandangannya tersebut berubah ketika dua tahun belakangan ini. Tepatnya saat Denada harus berada di Singapura untuk mendampingi putrinya menjalani pengobatan. Prinsip dan pemikirannya yang semula dipegang teguh, perlahan-lahan berubah. Kehidupannya yang tak mudah pun membuatnya berpikir untuk bisa mencari seseorang sebagai teman berbagi.
"Berat banget, dan kadang-kadang gue mikir kayaknya menyenangkan punya seseorang di sisi gue di saat gue untuk sekedar dengerin gue ngomong, berbagi semua ketakutan dan beban gue hari itu," ucapnya mengakhiri.