Brilio.net - Di balik karier cemerlang Abidzar, rupanya ia menyimpan suka duka menjadi anak dari pendakwah tersohor almarhum Ustaz Jefri Al Buchori dan Ummi Pipik. Selain rasa bangga dengan perjalanan almarhum ayahnya yang bisa diterima semua kalangan, pemilik nama lengkap Abidzar Al Ghifari ini mengaku berat menjalani itu semua.
Melalui podcast The Leonardo's, Abidzar bercerita jika ia merasa lelah dengan label 'anak ustaz' yang disematkan kepadanya. Sebab, ada banyak hal yang ingin ia lakukan, namun terhambat karena label tersebut.
BACA JUGA :
Tunaikan umrah, 11 penampilan Abidzar putra Umi Pipik ini bak roker
foto: YouTube/The Leonardo's
"Berat banget sih jujur (branding anak ustaz). Gua capek, gua sempat pengin bunuh diri," tutur Abidzar, dilansir brilio.net, Minggu (8/1).
BACA JUGA :
Bergaya rocker saat umrah, intip 11 potret dulu hingga kini Abidzar
Ekspektasi publik yang menginginkannya seperti sang ayah dengan berdakwah, membuatnya merasa tak kuat. Pasalnya, ia merasa terhambat melakukan banyak hal yang ia suka karena branding sebagai anak ustaz.
"Karena gua nggak bisa ngelakuin apa yang orang-orang seumuran gua lakuin. Yang bukan seketat keluarga gua. Ya gua pengin nongkrong, pengin pakai celana pendek, pengin ngerokok doang gua ga bisa. Gue pengin misal berfashion seperti ini seperti itu, nggak bisa. Seberat itu. Bahkan, kemarin juga sempat viral gua cuma pakai anting-anting dihujat sana sini," ungkapnya.
Keinginannya untuk bunuh diri semakin kuat dengan masalah yang datang terus bertubi-tubi. Pemeran Balada si Roy ini bahkan sempat menghindari kejaran infotainment selama 8 tahun lamanya karena merasa lelah dan capek.
"Karena gua capek. Waktu itu abis bokap gua meninggal, nggak lama kakek gua meninggal di samping gua. Nggak lama lagi rumah gua kebakaran, gua harus menghindari infotainment selama 8 tahun. Sebagai anak yang masih di bawah 15 tahun gua capek. Gua nggak tahu gimana cara menghadapi semuanya, karena dulu bokap gua juga jarang di rumah, ungkap Abidzar.
foto: YouTube/The Leonardo's
"Sampai akhirnya, gua lagi cabut sekolah pas SMA, lagi ngerokok di rumah temen, gua ngelihat pohon sambil denger lagu Fourtwnty, trus pengin bunuh diri. seru ya, kayaknya enak jadi pohon," terang Abidzar menambahkan.
Seiring waktu, kini Abidzar mensyukuri semua yang terjadi dalam hidupnya. Ia menyadari jika kehadirannya sangat dibutuhkan oleh orang-orang terdekat, terutama keluarga. Keinginannya untuk melakukan bunuh diri pun perlahan mulai berkurang.
"Masih sebenarnya, gua berharap kalau gua bisa mati cepet, gua pengin mati cepet. Cuma gua juga sadar, gua dibutuhin banyak orang apalagi keluarga gua. Jadi, sekarang sih udah mendingan, cuma dulu parah banget, pungkas Abidzar.