Brilio.net - Seniman musik dan teater Indonesia asal Yogyakarta, Gregorius Djaduk Ferianto menyisakan duka mendalam bagi banyak pihak terutama para pemerhati dan pelaku seni di Indonesia. Djaduk menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu (13/11) sekitar pukul 02.30 WIB.
Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Otok Bima Sidharta yang merupakan kakak kandung Djaduk menuturkan bahwa adiknya itu sempat mengikuti rapat untuk pelaksanaan Ngayogjazz hingga pukul 24.00 WIB lalu pulang ke rumah.
BACA JUGA :
Mengenang Djaduk Ferianto, 5 prestasinya ini bikin kagum
"Sekitar jam 03.00 WIB saya dikabari dia sudah meninggal," tutur Otok.
Butet Kertaredjasa kakak kandung Djaduk Ferianto juga menuturkan, adiknya meninggal di usia 55 tahun akibat serangan jantung saat berada di kediamannya di Yogyakarta. Diketahui bahwa Djaduk Ferianto memang memiliki riwayat penyakit jantung dan diabetes. "Dia (Djaduk Ferianto) juga ada darah tingginya," ujar Butet.
Sebagai seorang seniman yang cukup terkenal, Djaduk memang memiliki banyak aktivitas di dunia seni terutama seni musi. Pendiri Kuaetnika ini pekan lalu masih terlibat dalam Bangka Jazz Festival, dan menurut rencana tanggal 16 November 2019 nanti akan menggelar Ngayogjazz yang memang diprakarsai olehnya sejak awal.
BACA JUGA :
10 Momen pemakaman Djaduk Ferianto, penuh haru
Adik bungsu seniman Butet Kertaradjasa ini dikenal sebagai seniman musik yang yang mampu menyatukan genre tradisional dengan modern. Bahkan Djaduk terlibat dalam Teater Gandrik dan juga beberapa film, baik sebagai pemeran, sutradara maupun penata musik.
Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Kamis (14/11), kepergian Djaduk benar-benar mengejutkan banyak orang. Tak heran jika kediaman rumah duka di dusun kembaran RT 05 Tamantirto Bantul, tampak dipenuhi pelayat dari berbagai kalangan.
Totok yang merupakan seniman lukis tampak hadir melayat. Baginya Djaduk merupakan sosok ramah pada semua orang.
"Memang sangat humble orangnya, saya sendiri tak dekat tapi juga merasa sangat kehilangan," ujarnya.
Djaduk sendiri direncanakan akan menyutradarai pementasan "Para Pensiunan" dari teater Gandrik awal Desember mendatang di Surabaya. Meninggalnya Djaduk jelas mempengaruhi persiapan pementasan tersebut.
"Saya belum tahu bagaimana nanti, memang lakon itu sudah pernah dipentaskan, tapi sebetulnya tanggal 14 November besok kami baru akan berembug soal updating naskahnya," ujar Jujuk Prabowo, salah satu dedengkot teater Gandrik.
"Tapi pementasan tetap akan berlangsung, saya yakin justru itu yang Djaduk inginkan," lanjut Jujuk.
Kepergian Djaduk secara tiba-tiba memang begitu mengejutkan sekaligus menyisakan duka mendalam bagi banyak kalangan.