Brilio.net - Nama Xaviera Putri sedang menjadi sorotan di berbagai media sosial. Wanita muda ini menarik perhatian sebagai peserta tambahan di episode kedua dari Clash of Champions, sebuah acara game show pendidikan yang diselenggarakan oleh Ruangguru. Acara tersebut diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi berbakat dari berbagai universitas, baik dalam negeri maupun internasional.
Penampilan Xaviera dalam acara tersebut menuai banyak pujian. Berbekal kecerdasannya, dia mampu menjawab setiap pertanyaan dengan mudah. Dalam waktu yang sangat terbatas, Xaviera menjawab enam pertanyaan sekaligus secara tepat dan benar. Meski tampak pintar dan memukau, ternyata dia mengaku pernah kena mental dan mengalami krisis identitas.
BACA JUGA :
Momen siswa kasih hadiah HP ke gurunya saat perpisahan, meski mahal tapi tak akan bisa membalas jasa
Diketahui, wanita kelahiran 26 Agustus 2001 tengah menempuh pendidikan di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST). Dia mengambil gelar ganda di jurusan Ilmu Komputer dan Manajemen Teknologi Bisnis.
BACA JUGA :
Viral bocah kelas 6 SD Papua mengajar kalkulus di depan mahasiswa, ternyata bukan anak sembarangan
Xaviera telah merantau ke Negeri Gingseng rupanya sejak 8 tahun yang lalu. Di usianya yang ke-15, wanita ini memilih menempuh pendidikan SMA di Korea Science Academy of KAIST. Diketahui sejak SMA hingga kuliah, dia menempuh pendidikan dengan beasiswa.
Saat berbincang dalam podcast yang dipandu oleh Denny Sumargo, Xaviera mengaku pernah mengalami pengalaman traumatik. Dia mengaku pernah kena mental saat tahun pertama bersekolah SMA di Korea Selatan.
Bukan tanpa sebab, alasan di balik kena mentalnya Xaviera adalah soal adaptasi. Pasalnya dia masuk di salah satu sekolah top di Korea Selatan. Sehingga saat pertama masuk, Xaviera merasa kaget karena harus berhadapan dengan anak-anak muda yang jenius di negeri itu.
"Jadi pas aku pertama kali sampe itu aku harus lawan sama anak top jeniusnya Korea. Aku super kaget," ujar Xaviera dikutip dari brilio.net pada Kamis (11/7).
Untuk berusaha mengimbangi, dia harus belajar dengan keras. Dalam pengakuannya, adik ipar Belva Devara ini bahkan harus belajar setiap hari hingga jam 10 malam.
Selain itu juga mengaku mengalami krisis identitas. Pasalnya, dalam satu angkatan kelas internasional, dia merupakan satu-satunya perempuan yang mengenakan hijab. Dia mengaku agak sulit mencari teman karena biasanya wanita berhijab sudah dicap dengan stereotip tertentu.
"Dan aku satu-satunya yang berhijab di angkatan aku. Jadi itu kayakrasanya aku pas SMP bisa buat (dapat) temen gampang. Tapi aku pas nyampe SMA di sana kayak mau buat temen aja orang udah ada stereotip ke aku kayak apa," curhatnya.
Dia bahkan bercerita bahwa tidak melakukan apapun sudah menerima asumsi negatif. Karena itu, di umur yang masih 15 tahun, dia harus berusaha untuk menjadi representasi dari orang yang berhijab. Bahwa orang berhijab tidak sesuai dengan apa yang teman-temannya pikirkan saat itu.
"Dan aku belum ngapa-ngapain udah ada asumsi. Dan aku sadar selama satu tahun. Aku kan masih 15 tahun ya kak. Rasanya tuh kayak aku harus nge-representasiin orang-orang yang berhijab," katanya.
foto: Instagram/@xavieraaputri
Syukurnya, dia bisa beradaptasi dengan cepat. Sehingga pada tahun kedua itu menunjukkan kualitas diri yang membuat orang-orang merubah pandangan terkait hijab Xaviera.
"Jadi dari situ kan akhirnya aku dapet beasiswa tambahan segala macem. Orang jadi mulai berubah pikirannya," pungkas Xaviera.