Brilio.net - "Seorang terpelajar memang tidak seharusnya menyukai kekerasan. Jika memang harus, serahkan pada Cak Darsam."
Para penonton film Bumi Manusia millenial saat ini sedang dimabukkan dengan cerita romansa antara Annelies dan Minke. Melalui gawai, mereka berlomba-lomba mengunggah review ala-ala tentang film besutan Hanung Bramantyo ini.
Seperti diketahui dalam film tersebut diceritakan tentang dua sosok fiktif yang sedang kasmaran. Untuk menyaksikan kisah cinta mereka, para penonton berbondong-bondong dan rela mengantre di bioskop untuk mendapatkan kursi yang nyaman agat dapat menikmati film di bawah naungan Falcon Pictures ini.
Terlepas dari sudah atau belum membaca novel tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer tersebut, yang jelas ada sosok Iqbaal Ramadhan yang lebih menarik perhatian para penonton masa kini. Dalam film tersebut mantan personel Coboy Junior itu berperan sebagai Minke. Ia beradu akting dengan Mawar Eva de Jongh yang memerankan sosok Annelies Mellema.
Sosok Minke digambarkan sebagai remaja berusia 18 tahun. Minke sebagai remaja pribumi boleh dikata beruntung. Sebab ia satu-satunya siswa berlabel Pribumi di Hogere Burgerschool (H.B.S) Surabaya. Ia pun bahkan ogah menyebut nama keluarganya yang teraliri darah raja-raja Jawa. Minke malah menyambi kerja sebagai penjual perabot rumah tangga bergaya Eropa dan penulis artikel di koran.
Meski begitu, soal selera terhadap perempuan, ia tetaplah seperti remaja kebanyakan. Minke suka dengan perempuan cantik yang dirumuskannya memiliki letak dan bentuk tulang tepat, diikat oleh lapisan daging yang tepat pula, kulit yang halus-lembut, mata bersinar, dan bibir yang pandai berbisik.
Adalah Annelies Mellema yang tetiba muncul menyapa Minke. Berkulit putih, halus, berwajah Eropa, berambut dan bermata pribumi, jelas Annelies merupakan sosok impian Minke. Begitulah kira-kira visualisasi dalam trailer Bumi Manusia.
Selain Minke dan Annelies, tokoh yang menonjol selanjutnya adalah Nyai Ontosoroh alias Sanikem. Tak lain adalah ibu dari Annelies. Seorang pribumi Jawa yang pandai, baik hati, dan pandai berbahasa Belanda serta bertingkah laku layaknya orang Eropa. Dalam film Bumi Manusia ini tokoh Nyai Ontosoroh diperankan dengan baik oleh Sha Ine Febriyanti.
Sebagaimana dituliskan Pram dalam novelnya, ada seorang pria yang selalu setia mendampingi dan membela Nyai Ontosoroh saat menghadapi masa-masa sulitnya. Pria ini selalu muncul dan siap saat Nyai Ontosoroh memerlukannya. Dia adalah Darsam.
Darsam digambarkan Pram sebagai lelaki Madura berumur mendekati 40 tahun. Tingginya 160 cm, dengan kumis baplang hitam kelam dan tebal. Ia adalah tangan kanan dan orang kepercayaan Nyai Ontosoroh.
Ia siap membabat siapa saja yang dianggap musuh majikannya dengan parang yang selalu terselip di pinggangnya. Meski begitu, Darsam adalah orang yang loyal dan setia. Bukan saja kepada Nyai Ontosoroh, tapi juga bayangkara keselamatan Annelies dan Minke.
BACA JUGA :
7 Fakta Nufi Wardhana, penyanyi lagu Didi Kempot versi Indonesia
Tak heran jika pemeran Darsam dalam film ini juga ditunggu dan disorot oleh para penonton. Lantas, siapakah pemeran Darsam yang dipilih Hanung Bramantyo?
Rupanya, tokoh Darsam di film terbaru Bumi Manusia diperankan oleh aktor kawakan, Whani Darmawan. Pada film tersebut, dia didandani dengan kumis tebal dan pakaian serba hitam yang membuatnya makin terkesan sangar.
Beberapa hari lalu brilio.net mendapat kesempatan untuk berkunjung di sebuah rumah, sanggar, sekaligus penginapan di kawasan Nitiprayan, Yogyakarta untuk menemuinya.
"Mau minum apa?" tanya Whani Darmawan ketika menyapa kami saat tiba di Omah Kebon Nitiprayan, Selasa (20/8).
Bagi para penonton film Bumi Manusia, pastinya tak akan menyangka jika sosok sangar Darsam di film tersebut diperankan oleh pria kelahiran Yogyakarta ini. Bagaimana tidak, Whani justru sangat ramah dan hangat ketika berbincang dan bercerita tentang perjalanan kariernya di dunia seni peran.
Jika di dalam film Whani Darmawan sebagai Darsam terlihat seperti pendekar Madura yang kuat dengan celurit sebagai senjatanya, berbeda dengan saat menemuinya langsung. Whani justru menyambut kami dengan sarung dan kemeja santai sambil membawa sebungkus rokok kretek di genggamannya.
--
Sempat tak direstui orangtua jadi seniman
Keberhasilan akting Whani Darmawan di film Bumi Manusia tentu tak lepas dari pengalamannya di dunia teater. Perjalanannya untuk menjadi Darsam di film karya sutradara Hanung Bramantyo, bukan karbitan.
Berawal dari ketertarikan Whani dengan dunia teater pada tahun 1985 silam, pria yang lahir pada 24 Mei 1966 ini akhirnya menekuni bidang seni tersebut hingga kini. Dari sinilah Whani mulai mengikuti berbagai pelatihan di Akademi Seni Drama dan Film yang ada di Jogja. Namun kata Whani, akademi pelatihan seni itu sekarang sudah tutup.
Menggeluti teater sejak duduk di bangku SMA, ternyata membantu Whani menemukan 'pencerahan' di dalamnya. Proses yang ada di dalam teater membuatnya merasa katarsis, seolah menemukan sesuatu yang membuat pikirannya selalu menjadi ringan dan terbuka.
Sejak saat itu pula, Whani Darmawan mulai menggeluti profesinya sebagai pemain teater dengan mondar-mandir manggung di dalam maupun luar negeri.
"Di situ saya mendapat, kalau boleh dibilang dan tidak berlebih-lebihan itu seperti pencerahan. Maksudnya seperti menemukan sesuatu. Bermain teater itu bisa membuat orang katarsis atau perasaannya ringan, pikirannya terbuka. Karena waktu itu memang dilatih logika segala," ujarnya.
Tak berjalan mulus, ternyata keputusan Whani sebagai seniman teater ini sempat ditentang keras oleh sang ayah. Hal itu pastinya tak luput dari anggapan negatif terhadap seniman. Kekhawatiran tentang kehidupan seniman yang dinilai tak urus dan penampilan yang jauh dari kata rapi, melatar belakangi larangan sang ayah.
Namun demikian, pemikiran sang ayah yang cenderung konservatif pada saat itu berhasil diluluhkan Whani dengan prestasi-prestasi yang ia torehkan. Bukan hanya teater, Whani juga mulai menulis di surat kabar. Secara otomatis, perekonomiannya bisa dibilang sudah mencukupi dan membanggakan.
Lambat laun, ayah Whani yang berprofesi sebagai pengrawit itu mulai mendukung langkahnya sebagai seorang seniman dan penulis. Atas dasar itu, almarhum ayah Whani menghadiahkan sebuah mesin ketik manual yang membuatnya semakin termotivasi untuk terus berkarya dan menulis.
"Dulu waktu kecil mau jadi pelukis nggak boleh. Kemudian mau ke seni teater juga nggak boleh, karena mungkin teater pernah cela. Maksudnya jika kehidupan seniman itu tidak urus, baik dari sisi penampilan. Pokoknya yang verbal lah," kenangnya.
"Nah, perlahan-lahan orangtua terbuka karena beberapa hal prestasi-prestasi kecil yang saya bikin. Ternyata saya bisa menulis di koran dan saya mendapat penghasilan dari situ. Dan kemudian waktu itu almarhum bapak kemudian membelikan mesin ketik yang masih manual dan saya semakin tersupport," lanjut Whani.
--
Dari teater hingga layar lebar
Jam terbang tinggi di panggung teater membuat Whani makin yakin ingin menjadi aktor. Saat usianya menginjak 23 tahun, keinginan tersebut semakin bulat. Ia pun konsisten mendalami dunia ini. Selama berkarier di panggung teater, ada beberapa judul yang berkesan menurutnya.
Pertama adalah Metanietzsche: Boneka Sang Pertapa pada tahun 2001-2004. Bukan tanpa alasan, Whani mengatakan bahwa cerita dalam pentas teater ini ia tulis sendiri. Pengalaman teater yang berkesan selanjutnya menurut Whani adalah saat ia pentas dengan Teater Garasi Yogyakarta.
Pada saat itu ia memerankan lakonnya sebagai Beckett dalam teater berjudul Endgame. Pastinya masih banyak pengalaman pentas Whani lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu. Hal tersebut sekaligus menjadikan Whani mendapat banyak jaringan untuk menjajal bermain peran di beberapa film Tanah Air.
Sebelum Darsam di Bumi Manusia, Whani juga bermain dalam film Hanung lainnya. Adalah Sultan Agung, film biopik yang membawanya pada peran sebagai salah satu Tumenggung. Selain Sultan Agung, ia juga pernah ambil bagian dalam film Indonesia Pendekar Tongkat Emas dan Drupadi.
Tak hanya berakting dalam film begenre drama sejarah, Whani juga ambil peran sebagai Warok di dalam film besutan Garin Nugroho berjudul Kucumbu Tubuh Indahku. Deretan pengalaman dalam teater dan film tersebut membuatnya mampu memerankan karakter Darsam di Bumi Manusia dengan sangat baik.
Watak tokoh Darsam yang diciptakan Pram mampu diperankan sangat epik oleh Whani Darmawan. Tak ketinggalan, logat dan cengkok khas Madura yang cukup kental membuatnya semakin berwibawa sebagai Darsam.
Hal ini dibuktikan dengan salah satu penonton Bumi Manusia asal Sumenep, Madura yang mengamini bahwa Whani Darmawan sukses menjadi Darsam. Ahmad Hedar (28), awalnya mengira bahwa pemeran Darsam yang dipilih Hanung berasal dari Madura.
"Pemeran Darsamnya pasti dari Madura. Aku tahu betul logat orang Madura itu kayak gimana," ujar Hedar.
Selang beberapa menit usai menonton film, ia pun berselancar di mesin pencari Google dan terkaget-kaget bahwa ternyata pemeran Darsam berasal dari Jogja.
Keberhasilan akting yang diraihnya pastinya tak lepas perjuangan Whani berlatih. Saat berbincang dengan brilio.net, Whani mengungkapkan rahasia belajar cepatnya menjadi orang Madura. Siapa sangka, Whani yang merupakan pria yang lahir dan tinggal lama di Jogja ini hanya butuh waktu cukup singkat untuk menjadi Darsam.
Ia mengaku belajar Bahasa Madura dalam waktu tiga minggu. Menjadi orang Madura merupakan tantangan tersendiri baginya. Sebab dia sama sekali tak bisa berbahasa Madura. Ia juga menceritakan pengalaman pertamanya mengendarai dokar atau delman. Menurut Whani, dua hal tersebut sebuah tantangan baru yang membuatnya makin semangat.
"Proses pengenalan saya terhadap Bahasa Madura mungkin kira-kira tiga minggu. Ketemu orang sampai kemudian men-translate dari Bahasa Indonesia ke Madura, mencoba pengucapannya, setelah mencoba pengucapannya kemudian mengekspresikannya secara lepas," ujar Whani.
BACA JUGA :
Kisah Pak Gatot, penjual es goreng bisa kuliahkan 3 anaknya hingga S2
Kesuksesan Whani sebagai Darsam tentu saja karena dirinya sudah mengkhatamkan novel Bumi Manusia sejak 1985 silam. Saat membaca novel sastra terebut, Whani mengaku karakter Darsam-lah yang paling nyantel di pikirannya. Atas dasar itu pula membuatnya sangat piawai memerankan sosok tangan kanan Nyai Ontosoroh ini.
Tak berhenti di Bumi Manusia, saat ini Whani sedang mempersiapkan repertoar seni ke Jepang di Forum Asia Tri. Selain itu, ia bersama Teater Panembahan Reso juga sedang berlatih untuk pentas yang akan selenggarakan pada September 2019 mendatang di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.
Ketekunan Whani Darmawan di dunia teater dan seni peran membuatnya menjadi salah satu kiblat para aktor Tanah Air. Menurutnya, ketekunan yang dilakukan secara kontinuitas atau terus menerus pasti menghasilkan hasil sempurna.
"Ketekunan di dalam pencarian harus dilakukan terus menerus. Agar apa yang kita lakukan bisa perfect," tutur Whani.
Setelah berperan sebagai Darsam di Bumi Manusia, ke depannya Whani Darmawan berharap bisa mendapatkan karakter berbeda dengan dirinya sendiri atau dari karakter Darsam. Sebagai aktor, Whani berharap mendapat peran menjadi banci.
"Setelah Darsam di Bumi Manusia sebenernya saya merindu mendapatkan karakter berbeda dengan saya sendiri atau dari si Darsam, karena sebagai aktor jangan-jangan peranku stereotype melulu. Misalnya, jadi banci," imbuh Whani sembari tersenyum menutup obrolan malam itu.
Buat kamu yang masih penasaran dengan sosok pemeran Darsam yang karismatik banget ini, simak juga video eksklusif wawancara kami dengan Whani Darmawan di bawah ini ya!