Brilio.net - Kematian vokalis Linkin Park, Chester Bennington sungguh mengagetkan. Memori pun banyak dilayangkan pada saat Chester dan Linkin Park menggelar konser megah di Jakarta.
Linkin Park menggelar dua kali konser di Jakarta. Yang pertama bertajuk Meteora World Tour pada 13 Juni 2004 digelar di Pantai Carnaval, Taman Impian Jaya Ancol. Konser kedua digelar pada 21 September 2011 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Dua konser ini sama-sama memukau dihadiri ribuan penggemar Linkin Park di Indonesia.
Namun, ada sisi menarik yang menjadi kenangan dari konser Linkin Park di Ancol 13 tahun lalu. Itulah saat dimana Chester dkk menimbulkan gempa kecil di tanah Pantai Carnaval pada konser yang digelar siang hari, ya siang hari.
Saat itu hari Minggu, panas pantai Carnaval Minggu sangat memanggang. Matahari mencabik-cabik kulit memaksa butiran keringat menetes tanpa henti. Sejak pukul 13.00 WIB, ribuan penonton Linkin Park sudah tersiksa oleh keputusan panitia yang melarang masuknya air mineral ke dalam lokasi konser.
BACA JUGA :
Kenapa anak muda sukses gampang memutuskan bunuh diri? Ini alasannya
Situasi konser Linkin Park (Foto: Screenshot Youtube Yuda TV)
Tepat pukul 14.00 WIB, pintu gerbang untuk masuk ke arena konser mulai dibuka. Antrean untuk masuk sudah sangat panjang, tidak peduli VIP A, VIP B maupun festival, butuh antrian 50 meter yang kalau dikonversi sama dengan 30 menit sebelum menjejak tanah berpasir di depan panggung tempat konser digelar.
Hampir semua penonton menunggu konser mulai selama dua jam diselimuti terik sinar matahari. Celakanya lagi, semprotan air pemadam jarang dan suplai air minum praktis terhambat. Angin laut, bau keringat, sumpah serapah mulai sahut menyahut. "Panas...panas..panasssss." Beberapa penonton pingsan, dirawat tim medis.
Beberapa pihak saat itu menilai pemilihan Pantai Carnaval sebagai tempat pertunjukan siang hari sebagai kendala karena jauhnya jarak yang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Apalagi konser baru dimulai satu jam setelah jam yang tertera di tiket dan sempat membuat penonton mulai dehidrasi karena sulitnya mencari air minum dan kondisi cuaca yang panas.
Chester Bennington saat di Ancol 13 tahun lalu.
Beberapa penonton pria malah tidak sungkan-sungkan melepas baju dan otomatis mengusir beberapa penonton disebelahnya untuk pindah tempat.
Pukul 15.00 WIB beraksilah seorang DJ di panggung sebagai pembuka. Barulah satu jam kemudian penantian penonton terhapus kemunculan Brad Delson, Mike Shinoda, Rob Bourdon, Joseph Hahn, dan Chester Bennington.
Waktu yang ditunggu itu tiba saat alunan "Don't Stay" menggebrak tepat pukul 16.00 WIB.
Total 75 menit dengan 18 buah lagu, Linkin Park menghadirkan hiburan yang menakjubkan. Penampilan yang tidak lari dari janji Linkin Park pada setiap pertunjukan live-nya "Energik". Gerak Chester Benington si Master Ilmu Kimia ini rupanya dahsyat, gaya panggung, komunikasi semuanya dinamis.
"Kita salut banget ngeliat Chester ketika memberhentikan konser gara-gara ada mosh di bagian depan penonton, he says : We Love each other, we help each other, you can help the people near you to get out..please, help them," ujar salah satu penonton.
Stamina yang kedodoran nyaris tidak ditemukan ada pada setiap personel. Beruntung bagi warga Indonesia karena ini memang tur Linkin Park pertama di Asia ketika itu. Sound system juga berdentam dahsyat.
Bukan hiperbola jika penonton layak dipuji. Merekalah yang menggetarkan tanah Pantai Carnaval. Membangkitkan gempa di sekitar panggung. Tanah yang bergetar itu betul-betul dirasakan semua penonton. Hingga pulang konser masih banyak yang bertanya-tanya mengapa tanah di Pantai Carnaval ketika itu bisa bergetar seperti menimbulkan gempa.
Bagi penggemar Linkin Park, konser itu akan terus membekas dalam kenangan. Apalagi saat mendengar kabar Chester Bennington yang memukau ketika itu baru saja meninggal dunia. Rest in peace, Chester.
BACA JUGA :
Vokalis Linkin Park, Chester Bennington meninggal karena bunuh diri