Brilio.net - Kabar duka datang dari dunia seni Tanah Air. Seniman Djaduk Ferianto meninggal dunia di Yogyakarta, Rabu (13/11) pada pukul 02.30 WIB. Meninggalnya seniman bernama lengkap RM Gregorius Djaduk Ferianto ini disampaikan oleh sang kakak, Butet Kertaradjasa melalui akun Instagramnya.
"RIP. Djaduk Ferianto," tulis Butet Kertaradjasa dalam unggahannya.
BACA JUGA :
Daftar rencana berkesenian Djaduk Ferianto sebelum meninggal
Djaduk Ferianto dimakamkan pada Rabu pukul 15.30 WIB di pemakaman keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta. Pemakaman berjalan dengan lancar dengan diikuti pihak keluarga termasuk istri dan putra-putri Djaduk.
Wafatnya Djaduk Ferianto menyisakan duka yang mendalam bagi pihak keluarga. Ia meninggalkan banyak kenangan yang tak terlupakan, termasuk bagi Butet Kartaredjasa.
Dalam unggahan Instagramnya yang terbaru, Butet Kartaredjasa menunjukkan foto dirinya bersama sang adik, Djaduk Ferianto. Keduanya tengah berada di puncak Table Mountain, Afrika Selatan. Foto tersebut diambil pada 30 September lalu.
BACA JUGA :
Mengenang Djaduk Ferianto, 5 prestasinya ini bikin kagum
Pada foto tersebut, adik-kakak sama-sama maestro tersebut tengah berdiri dan bercengkrama di sebuah sudut Table Mountain. Djaduk Ferianto dan Butet Kartaredjasa saling memandang dan memegang sebatang rokok.
Butet mengisahkan bahwa baru sebulan lalu Djaduk menemukan melodi untuk komposisi panggungnya. Melodi tersebut ia peruntukkan tampil di Capetown Jazz Festival, akhir Maret 2020 mendatang.
foto: Instagram/@masbutet
"DAPET MELODI. Di puncak Table Montain, South Africa, 30 September lalu, dengan penuh kegembiraan Djaduk memamerkan temuannya,Aku dah dapet melodi utk komposisinya nih. Dia lalu ber-siul2 dan rengeng2 sambil merekam suaranya. Dia tampak bersemangat banget," tulis Butet Kartaredjasa.
Butet bercerita, Djaduk Ferianto tampak bersemangat apalagi adiknya memilih partner pemusik setempat.
"Apalagi dalam perjalanan ini Djaduk udah memilih partner pemusik setempat, vocalis dari Johanesburg dan pemain perkusi dari Capetown, yang nantinya akan workshop di Yogya utk tampil di Capetown Jazz Festival, akhir Maret 2020 mendatang," terusnya.
Momen tersebut sekarang telah dibawa pergi jauh. Namun, melodi tersebut sudah terlacak dalam smartphone almarhum Djaduk Ferianto. Melodi tersebut juga telah dibagikan kepada teman-teman Kua Etnika, komunitas seni bentukan Djaduk Ferianto.
"Tapi, kegembiraan itu sekarang dibawa pergi jauuuuuuhh. Melodi temuannya yang masih membekas di smartphonenya, kemarin udah terlacak. Sudah dibagikan ke kawan2 Kua Etnika," tambah Butet.
Kakak yang juga salah satu pendiri Kua Etnika tersebut yakin melodi tersebut dijadikan komposisi surgawi oleh Djaduk Ferianto. Butet Kartaredjasa juga percaya Kua Etnika akan menjadikan 'warisan' melodi Djaduk menjadi salah satu komposisi yang keren.
"Pasti Djaduk akan mengaransir melodi itu menjadi komposisi surgawi di sono, tapi saya yakin, kawan2 Kua Etnika bakal menjelmakan warisan melodi dari Djaduk ini menjadi suatu komposisi yang keren. Kita tunggu aja. Uasuwoook," pungkas Butet Kartaredjasa dengan 'kalimat sayangnya'.
Unggahan tersebut mendapatkan respon dari warganet. Mereka mengamini keyakinan Butet Kartaredjasa soal adiknya. Ada yang meyakini almarhum Djaduk Ferianto sudah bersendau-gurau dengan sang ayah, Bagong Kussudiardja.
"My deepest sympathy," komentar Subiakto.
"Di surga mas Djaduk akan membantu teman teman Kua Etnika untuk menyelesaikan melodi tersebut...selamat jalan Mas Djaduk ..," tambah akun @mariachristella81.
"Saat ini Om djaduk pasti lg bersendau gurau saling tukar cerita sama romo bagong...," tulis akun @yantie_haqba.