Brilio.net - Happy Salma, seorang aktris dan penulis Indonesia, menikah dengan Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa, seorang bangsawan dari Ubud, Bali, pada 3 Oktober 2010. Pernikahan mereka ini dilangsungkan dengan adat Bali yang kental, menarik perhatian publik dan wisatawan.
Awal pernikahannya dengan Tjokorda Bagus Dwi Santana ini membuat Happy Salma mengalami culture shock, terlebih lagi ia baru mengetahui bahwa sang suami merupakan keturunan bangsawan Bali. Lewat program tayangan televisi yaitu Rumpi No Secret yang dipandu oleh Feni Rose, Happy Salma menceritakannya dengan detail.
BACA JUGA :
9 Momen Chelsea Islan dan sederet pesohor Tanah Air sambut Paus Fransiskus, kompak pakai busana putih
"Kamu kemarin cerita, katanya awal-awal waktu deket kamu nggak tahu kalau dia itu bangsawan, baru tahunya pas nikah?" tanya Feni Rose.
foto: Instagram/@happysalma
BACA JUGA :
Tinggal di Bali rumahnya khas ala pedesaan, ini 9 potret area outdoor Happy Salma kental nuansa etnik
Happy Salma menyadari bahwa meskipun berasal dari Indonesia, perbedaan budaya antardaerah dapat membuat seseorang merasa asing. Menurutnya, menikah dengan seseorang dari daerah lain seperti Padang atau Kalimantan kemungkinan juga akan menghadirkan pengalaman yang serupa dalam hal penyesuaian budaya.
"Aku menyadari ya, kita sama-sama orang Indonesia setiap daerah tuh kita tuh merasa asing gitu. Jadi kalau saya nikah sama orang Padang atau Kalimantan, mungkin juga punya hal yang sama," jelas Happy Salma.
Wanita kelahiran 4 Januari 1980 ini baru menyadari suaminya seorang bangsawan, yaitu dari pernikahan yang masih menggunakan adat Bali sesuai kasta. Menurut penjelasan Happy, ritual adat sesuai dengan kasta sampai saat ini masih dianggap penting oleh masyarakat Bali.
"Apalagi Bali deket banget sama Sunda yah. Aku pikir tahu, ternyata nggak tahu banyak. Jadi pas menikah, di sana masih ada sistem kasta yang masih berlaku, dan tiap kabupaten berbeda-beda. Bagaimana mereka melakukan kegiatan, ritual adatnya gitu lah. Saya pikir sama aja, paling ada beberapa kasta. Tapi aku nggak tahu seberapa penting kasta itu untuk masyarakat," jelas Happy.
foto: Instagram/@happysalma
Happy Salma mengungkapkan bahwa setelah menikah, ia mengalami "culture shock" karena harus menyesuaikan diri dengan tradisi dan budaya Bali yang sangat berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Happy Salma menjelaskan saat prosesi pernikahannya, banyak ratusan tamu yang datang dan membawa berbagai hasil bumi. Melihat hal tersebut Happy Salma ini kaget dan beranggapan hal tersebut hanya ada di cerita-cerita kerajaan saja.
"Waktu pertama kali kita menikah, bagaimana masyarakat terlibat dalam kegiatan pernikahan kita. Ratusan orang berbondong-bondong datang, memberikan hadiah. Terus ngasih bingkisan dan hasil bumi, saya pikir itu hanya berlaku seperti di cerita jaman dulu ya kayak Wiro Sableng," jelas Happy Salma.
foto: Instagram/@happysalma
Happy Salma menceritakan bahwa keterlibatannya dalam berbagai upacara adat dan kegiatan sosial di Bali memberikan pelajaran hidup yang berharga, memperkaya pemahamannya tentang makna kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat Bali. Pengalaman ini membuatnya semakin menghargai dan mencintai budaya Bali, yang kini menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari.
"Ada sebuah pernikahan dan semua orang itu terlibat. Bukan hanya orang berkasta, tapi semua orang melakukan hal itu. Mereka ada rasa sumbangsih, rasa sayang. Ada ikatan kekerabatannya dan saya pikir itu hanya ada di dalam cerita. Nah, ternyata aku mengalami cerita itu," imbuh Happy Salma.