Brilio.net - Siapa bilang milenial itu hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan tak peduli lingkungan sekitar. Jika ada yang beranggapan begitu, sebaiknya dipikirkan lagi deh. Buktinya, banyak juga anak muda yang tak hanya berkarier untuk dirinya sendiri, tapi mereka juga peduli apad masyarakat di sekitarnya.
Tengok saja empat anak muda sociopreneurship Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu yang bukan hanya sukses menciptakan produk-produk kreatif, tapi juga mampu memberdayakan masyarakat sekitar mereka.
BACA JUGA :
Traveler milenial tak perlu repot bandingkan harga, pakai aplikasi ini
Oh iya, kegiatan ini merupakan ajang pencarian sociopreneurship besutan Kopi Kapal Api yang notabene salah satu produk ternama PT Santos Jaya Abadi. Kampanye #BuatNyataTujuanmu, merupakan program yang baru pertama digelar Kapal Api. Program ini mulai digelar sepanjang tahun lalu.
Bertemu dengan para calon dan pegiat sociopreneur muda di sepanjang program Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu telah memberikan optimisme kepada Kopi Kapal Api akan banyaknya generasi muda yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui pendekatan kreatif sociopreneurship, ujar Marketing Manager PT Santos Jaya Abadi Johnway Suwarsono di sela-sela acara Awarding Night yang digelar di Grand Hyatt, Jakarta, Sabtu (23/2) malam.
BACA JUGA :
12 Surat perjanjian cinta ini isinya bikin geleng kepala
Setelah melewati serangkaian kegiatan yang cukup ketat, akhirnya dipilih tiga sociopreneur terbaik dari 20 finalis. Siapa saja mereka ya? Berikut empat anak muda yang sukses menjadi top tiga sociopreneur Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu.
1. Meybi Agnesya Lomanledo dan Kiki Nurrizky, mengolah pangan berbasis daun kelor
Dua anak muda asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini punya ide bisnis pengolahan pangan berbasis daun kelor yang dimulai dengan pembentukan Sekolah Lapangan Timor Moringa Organik Indonesia (SL-TMOI) di Desa Pitay, NTT. Menurut Meybi, belum meratanya sekolah atau lembaga pendidikan di daerah terpencil membuat masyarakat desa sangat tertinggal akan kemampuan soft skill di berbagai sektor, seperti di sektor pertanian dan industri.
Warga Desa Pitay mendambakan pendidikan keterampilan yang peka terhadap kebutuhan sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, Meybi dan Kiki bertekad membangun SL-TMOI untuk melatih kemampuan warga desa bertani daun kelor secara efektif dan efisien.
Selama ini daun kelor dianggap sebelah mata. Karena itu kami berupaya memanfaatkan daun kelor, bekerja sama dengan petani daun kelor di desa kami. Kemudian kami juga berencana membangun fasilitas teknologi rumah pengering daun kelor, ucap Meybi.
Meybi dan Kiki terpilih sebagai Juara I Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu dan berhak menerima modal usaha sebesar Rp 250 juta dan mentoring bersama wirausahawan Yoris Sebastian selama 6 bulan.
2. Azis Pusakantara, mengolah limbah plastik jadi paving block
Anak muda asal Citereup, Bogor ini menuangkan idenya dengan memanfaatkan sampah kantong plastik kresek yang disulap menjadi eco-paving block. Ide ini muncul karena menumpuknya sampah kantong plastik di sekitar Citereup. Sampah ini bukan hanya mengotori lingkungan, tapi juga sulit diurai dan menjadi sumber penyakit.
Di sekitar tempat tinggal saya banyak sekali sampah plastik, terutama kantong kresek. Lalu saya dan beberapa teman berpikir harus mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut. Kemudian muncul ide bagaimana memanfaatkan sampah plastik ini menjadi barang yang bermanfaat, kata Azis.
Selain itu Azis juga berencana menciptakan sejumlah bank sampah untuk menampung kantong kresek sehingga memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Dia juga menyarankan agar masyarakat mulai mengurangi penggunaan kantong kresek untuk keperluan sehari-hari.
Atas usahanya ini, Azis diganjar Juara II dan berhak atas dukungan dana sebesar Rp100 juta untuk mewujudkan ide Eco-Pavings dengan memanfaatkan limbah kantong plastik.
3. Elven Aprilnico, berdayakan narapidana lewat kopi
Anak muda asal Bekasi, Jawa Barat yang satu ini cukup berani menampilkan ide usaha sebuah coffee shop dan roastery yang diberi nama Titik Balik Coffee. Maklum, ini bukan coffee shop biasa. Tapi usaha ini dijalankan dengan memberdayakan narapidana dan mantan narapidana.
Lewat usaha ini, Elven juga memberi pembekalan kepada narapidana dengan sisa masa tahanan kurang dari enam bulan dengan keterampilan menyeduh kopi di kedai yang berada di lembaga pemasyarakatan (lapas) untuk melayani warga serta pengunjung lapas.
Berkiprah dengan warga binaan sebenarnya sudah dilakukan Elven sejak lama. Sebelum lulus kuliah ia sering melakukan kegiatan sosial di lapas, fokusnya pada literasi emosional.
Namun seiring berjalannya waktu saya bermain dengan warga binaan, saya sadari yang pertama harus didukung dari mereka adalah secara ekonomi. Secara finansial harus kita dukung. Dengan keterbatasan skill mereka dan permintaan kopi yang cukup tinggi akhirnya saya memutuskan untuk memberikan pelatihan roasting di lapas, ungkap Elven.
Berkat usahanya ini, Elven berhak menyandang gelar Juara III dan mendapatkan dukungan dana sebesar Rp50 juta.
Yang jelas program Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu ini menjadi bekal yang luar biasa bagi ketiga pemenang, termasuk seluruh finalis dalam mewujudkan gagasan usaha yang berdampak positif bagi masyarakat.