Brilio.net - Kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh siswa berinisial MA (15) dan ayahnya Adnan Achmad terhadap guru bernama Dasrul di SMKN 2 Makassar memang menyita perhatian publik. Pihak sekolah, siswa hingga masyarakat mengecam aksi kekerasan yang dilakukan keduanya.
Kasus berawal ketika MA yang ditegur Dasrul karena tidak membawa alat tulis dan keluar masuk kelas seenaknya malah mengeluarkan makian. Ketika Dasrul refleks menepuk tubuh MA, ia mengadu kepada ayahnya yang langsung datang ke sekolah MA. Bukannya mengklarifikasi, Adnan dan MA malah mengeroyok sang guru saat berpapasan di dekat ruang Kepala Sekolah.
Kasus tersebut menambah panjang peristiwa tragis yang menimpa guru karena memperingatkan muridnya yang dinilai badung.
Namun dibalik itu, ada satu pertanyaan yang menggelitik benak banyak orang, "Kenapa sih orang tua sekarang lebih reaktif terhadap masalah anaknya?"
Menurut Dosen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Rudi Cahyono, setidaknya ada 5 faktor yang membuat orang tua sekarang lebih reaktif terhadap masalah anaknya.
Yang pertama, karena berita di media tentang adanya kekerasan di sekolah seperti bullying sesama siswa hingga hukuman fisik oleh guru membuat masalah kekerasan ini sensitif.
Kedua karena adanya era keterbukaan yang membuat cara pandang orangtua sekarang beda dengan orangtua dulu.
"Maksudnya adalah orangtua sekarang menuntut kesetaraan. Dulu guru sangat dihormati dan dianggap sebagai sumber ilmu, sekarang orangtua seperti merasa bisa 'membeli' guru," ujar Rudi kepada brilio.net, Jumat (12/8).
Faktor ketiga adalah postingan-postingan di media sosial membuat kekhawatiran orang tua terhadap apa yang menimpa anaknya makin tinggi. Bahkan sudah menjadi paranoid di kalangan orangtua.
BACA JUGA :
7 Hukuman di sekolah yang masih layak dipertahankan, setuju?
"Faktor keempat adalah adanya undang-undang yang memang melarang hukuman fisik, maka ada keberanian dari pihak orang tua karena guru dinilai melanggar undang-undang dan Hak Asasi Manusia," tambahnya.
Lebih lanjut Rudi menambahkan faktor lain yang berpengaruh adalah rasa memiliki yang besar. Akan tetapi karena merasa tidak bisa memberikan perlakuan yang baik maka dipercayakan kepada pihak lain, dalam hal ini guru di sekolah.
"Faktor kesibukan orangtua sangat besar berpengaruh. Waktu yang terbatas hingga tekanan pekerjaan membuat mereka mempercayakan anak-anaknya kepada orang lain," tutupnya.