Brilio.net - Virus corona masih mewabah di Indonesia. Tercatat hingga hari ini (24/11), ada 502 ribu kasus, 422 ribu pasien sembuh, dan 16.002 pasien meninggal dunia. Perkembangan ini juga diiringi dengan sejumlah kabar yang tersebar di media sosial. Salah satunya datang dari kota Jogja yang disebut untuk sejumlah rumah sakit dalam kondisi penuh. Di samping itu, beredar juga bahwa kota Gudeg ini dinyatakan menjadi zona merah Covid-19. Selain menjadi pengingat agar masyarakat terus menjaga kesehatan diri, warganet juga mempertanyakan mengenai kepastian kabar ini.
Dilansir brilio.net pada Selasa (24/11) dari Merdeka.com, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi memberikan suaranya terkait kabar tersebut. Heroe mengatakan bahwa informasi tersebut tidak benar. Ia juga menjelaskan mengenai kondisi dan fasilitas rumah sakit yang ada di Jogja. Diakui Heroe, peningkatan pasien Covid-19 memang terjadi di Jogja. Hal ini terjadi lantaran beberapa faktor yang mengakibatkan bertambahnya angka pasien di kota ini.
BACA JUGA :
Sembako gantung Desa Rendeng Kudus, aksi kepedulian warga bantu sesama
Simak fakta selengkapnya dalam ulasan brilio.net pada Selasa (24/11) dari Merdeka.com berikut ini.
1. Rincian zona Covid-19 di Jogja terkini.
BACA JUGA :
5 Fakta Best Eats Cares, platform untuk industri kuliner saat pandemi
foto: freepik.com
Berdasarkan data dari laman resmi corona.jogjaprov.go.id, terpantau ada 5.219 kasus terkonfirmasi, 3.957 pasien sembuh, dan 127 kasus meninggal terkonfirmasi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wakil Wali kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menjelaskan bahwa saat ini Kota Yogyakarta berada di zona oranye.
"Berdasarkan data Satgas Covid Kota Yogyakarta, dari 45 kelurahan ada 9 masuk zona kuning, 36 zona oranye. Dan tidak ada kelurahan yang masuk zona merah. Oleh karena itu, kota Yogyakarta sampai saat ini kategorinya zona oranye," ujar Heroe dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/11).
2. Sempat disebut zona merah.
foto: freepik.com
Salah satu kabar yang beredar menyebutkan bahwa Kota Yogyakarta saat ini dinyatakan menjadi zona merah. Namun hal ini dibantah oleh Heroe. Lantaran, ia menyebutkan bahwa penghitungan untuk menentukan indeks zona untuk Covid didasarkan atas tiga indikator utama. Ketiga indikator ini adalah epidemiologi, surveilans, dan ketersediaan layanan kesehatan yang dibagi menjadi 14 variabel. Dari 14 variabel layanan kesehatan ini diantaranya menyangkut angka kenaikan atau penurunan kasus positif, kesembuhan dan kematian. Juga jumlah spesimen yg diperiksa dan angka positif rutenya serta ketersediaan kamar isolasi maupun ICU.
"Dari indikator dan variabel tersebut (Kota) Yogya ada di zona oranye. Jadi tidak benar di DIY semua zona merah. Bahkan berdasarkan data dari DIY, ada dua kabupaten zona merah, dua zona oranye dan satu zona zona kuning. Jadi di tingkat DIY pun masuk kategori zona oranye," papar Heroe.
3. Bantah isu rumah sakit Jogja penuh.
foto: freepik.com
Bantahan juga diberikan Heroe terkait isu rumah sakit Jogja yang penuh. Ia menjelaskan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan dari ketersediaan fasilitas kesehatan untuk masyarakat. Heroe menambahkan bahwa ada 7 rumah sakit di Yogya, kamar ICU ada 13, dan kamar isolasi ada 128 kamar. Dari jumlah tersebut masih ada kamar yang bisa dipakai.
"Sehingga tidak benar kalau semua kamar (RS) sudah terisi. Kita selalu pantau terus perkembangan kasus dan ketersediaannya, sehingga kita terus upayakan semua fasilitas dan layanan kesehatan bisa terus memadai untuk antisipasi perkembangan kasusnya," jelas Heroe.
4. Kasus Covid-19 di Jogja alami kenaikan sejak akhir Oktober.
foto: freepik.com
Diakui Heroe, terjadi peningkatan jumlah pasien Covid-19 di kota Jogja. Perubahan ini jelas terlihat terutama pada liburan di akhir bulan Oktober. Sebagai perbandingan, Heroe menuturkan sebelum liburan akhir Oktober jumlah kasus masih berkisar 45 kasus positif harian yang ditangani layanan rumah sakit di Kota Yogyakarta. Sedangkan usai liburan akhir Oktober, ada 147 kasus positif. Hal ini diartikan Heroe, dari tiga minggu paska liburan ada kenaikan tiga kali lebih.
5. Cluster keluarga paling tinggi terjadi.
foto: freepik.com
Kondisi yang terjadi di kota Jogja ini dikatakan Heroe akibat dari beberapa faktor. Salah satunya adalah penularan dalam keluarga yang bisa terjadi akibat paparan virus yang dibawa anggota keluarga dari luar daerah.
"Tetapi jika dilihat, pertumbuhan kasus di kota Yogya banyak terjadi di dalam keluarga. Yaitu ada satu anggota keluarga yang melakukan perjalanan luar kota untuk kerja atau liburan dan sekembalinya menularkan kepada anggota keluarga lainnya. Atau anggota keluarga terpapar dari rekan kerja di kantor dan menularkannya di rumah. Keseluruhan kasus rumah tangga sekitar 65% dari semua kasus positif," kata Heroe.