Brilio.net - Demonstrasi Bela Islam II Jumat (4/11) sedikit ternoda oleh kerusuhan yang terjadi dua jam setelah batas waktu demonstrasi. Di depan Istana Merdeka massa dan aparat sempat ricuh. Tak berselang lama, di wilayah Jakarta Utara juga muncul kerusuhan dan dugaan penjarahan. Banyak yang meyakini kerusuhan itu tidak terkait dengan aksi demonstrasi damai sebelumnya.
Brilio.net mencoba merangkum lima peristiwa penting sepanjang demonstrasi Jumat kemarin:
BACA JUGA :
7 Poin pernyataan sikap Presiden Jokowi di demo 4 November
1. Seorang pendemo meninggal karena asma.
foto: merdeka.com
BACA JUGA :
#Safetycheckjkt menjadi trending, ada video penjarahan minimarket
Seorang pendemo M Syachrie Oy Bcan (55) dilaporkan meninggal karena asma. "Korban meninggal dunia dikarenakan sakit asma," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu dini hari dikutip Antara.
Awi menuturkan korban meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta usai berunjuk rasa pada Jumat (4/11).
Awi menegaskan tidak ditemukan tanda kekerasan maupun luka pada tubuh korban. Pihak keluarga korban M Fajri (20) telah membawa pulang jasad korban ke Tangerang Banten pada Jumat sekitar pukul 22.00 WIB.
2. Dugaan penjarahan.
foto: merdeka.com
Di luar konsentrasi massa yang berada di sekitaran Istana Merdeka, terjadi penjarahan oleh massa yang diduga tidak terkait dengan aksi demonstrasi. Sejumlah video yang diunggah netizen menunjukkan bukti tersebut. Dilaporkan Antara, sekelompok remaja membuat kericuhan di Jalan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu dini hari dengan berusaha melakukan penjarahan toko.
"Mereka bukan peserta aksi di Istana Negara. Mereka remaja yang biasa tawuran setiap menjelang hari libur," ujar warga Muara Baru, Teddy, Sabtu dini hari. Aparat kepolisian bersama TNI yang dilempari batu, berusaha membubarkan massa dengan gas air mata dan "watercanon". Satu per satu remaja pembuat onar yang tertangkap, langsung diamankan pihak kepolisian berpakaian sipil.
3. Ditolak menginap di Gedung DPR/MPR.
foto: merdeka.com
Setelah melakukan aksinya di depan Istana Merdeka, massa menuju gedung DPR/MPR. Di sana mereka melakukan orasi dan mendesak untuk bisa menginap. Namun, keinginan massa ditolak Kapolda Metro Jaya M. Iriawan. Ketua MPR Zulkifli Hasan berjanji akan memperjuangkan aspirasi para demonstran yang menginginkan agar kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama segera diproses hukum.
"DPR khususnya Komisi III akan mengawasi ketat dan sungguh-sungguh. Karena itu penegakkan hukum secara tegas, cepat, dan adil harus segera diselesaikan," kata Zulkifli di hadapan ribuan demonstran di Pintu Masuk Utama Gedung MPR/DPR/DPD. Hal itu dikatakannya usai menerima delapan perwakilan demonstran untuk melobi agar mereka segera meninggalkan Gedung Parlemen.
4. Pengunggah video Buni Yani mengakui kesalahan.
foto: Facebook.
Sebelumnya, pengunggah pertama video dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Buni Yani mengakui ada kesalahan saat mentranskrip kata-kata Ahok. Kesalahan yang dimaksud adalah tidak adanya kata 'pakai'. Muncul petisi online yang meminta Buni Yani diproses hukum. Dikutip dari merdeka.com, hingga Jumat (4/11) pukul 19.00 WIB sudah 56.617 orang yang mendukung petisi itu.
5. Permintaan turunkan Jokowi.
Selain meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di proses secara hukum karena diduga melakukan penistaan agama Islam akibat pernyataannya di Kepulauan Seribu beberapa bulan yang lalu, massa aksi juga meminta supaya Presiden Joko Widodo turun dari jabatannya.
"Jika Presiden Joko Widodo melindungi Ahok, berarti dia harus turun dari kursi Presiden. Turun..turun..turun Jokowi, turun Jokowi sekarang juga," kata sang orator diikuti massa aksi lainnya.